Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

scavityAvatar border
TS
scavity
Kamu Jangan Sampai Mencabut Jati Diri Dan Kewarganegaraan Indonesia
Suatu siang pada awal Desember 2016 di Den Haag, Belanda, Dwi Hartanto duduk berhadapan dengan sang legenda teknologi kedirgantaraan Indonesia, siapa lagi kalau bukan B.J Habibie. Sebelumnya, Dwi tidak pernah menyangka bisa berbincang langsung dengan mantan orang nomor satu di Indonesia ini bahkan lebih tak disangka lagi, kini ia duduk di hadapan lelaki berjuluk Mr. krack itu atas undangan beliau sendiri.

’’Si penelepon bilang, bapak ingin bertemu. Saya sempat bingung, siapa bapak yang dia maksud,’’ cerita Dwi ketika ditemui setelah pembukaan Visiting World Class Professor sebagaimana ditulis Batam Pos.

Dan ternyata bukan tanpa alasan pula Habibie ingin menemui Dwi secara langsung. Dwi sendiri juga awalnya penasaran mengapa tokoh cendekiawan hebat itu ingin menemuinya. Hingga akhirnya kedua anak bangsa hebat ini berjumpa, mereka banyak membahas tentang ilmu-ilmu kedirgantaraan dan tak lupa Habibie memberikan petuah yang amat penting bagi Dwi.

Siapakah Dwi Hartanto?

Boleh jadi Dwi kita sebut sebagai the next Habibie. Ia adalah salah satu anak bangsa yang amat ahli di bidang aerospace engineering yang tahun 2015 lalu menjadi kandidat doktor di Technishe Universiteit Delft bidang Space Technology & Intelligent System. Kini Dwi tengah berjuang meraih gelar profesor.

Dwi menjadi begitu spesial karena ia pernah terlibat dalam beberapa proyek riset bersama guru besar dari Technische Universiteit (TU) Delft yang menggarap bidang national secutiry oleh Kementerian Pertahanan Belanda, European Space Agency (ESA), NASA, Japan Aerospace Agency (JAXA), dan Airbus Defence. Dwi juga pernah telibat dalam penyempurnaan teknologi pesawat tempur Eurofighter Typhoon generasi teranyar milik Airbus Defence.

Terobosannya yang terbesar adalah ia menggarap teknologi roket untuk militer dan luar angkasa yang mana proyek ini dsebut sebagai riset yang sensitif.

’’Riset bidang itu kan sensitif sekali jika digarap orang dari negara lain,’’ kata pria asal Yogyakarta ini. Kasarannya, potensi untuk menjual hasil riset ke pesaing usaha atau membocorkan pertahanan Belanda ke negara lain sangat memungkinkan. Dari situ kemudian Dwi mendapat tawaran dari pemerintah Belanda untuk pindah kewarganegaraan Belanda.

Kondisi ini pun membuat Dwi akhirnya jadi curhat kepada Habibie karena pemerintah Belanda amat getol menawari dirinya paspor Negeri Kincir Angin tersebut dan sejauh ini Dwi mampu menolak dengan halus.

"Pak Habibie bilang, kalau pemerintah Belanda masih menawari lagi, saya disuruh melapor ke beliau. Nanti beliau yang menghadapi pemerintah Belanda,’’ kenang Dwi.
Pertemuan dua jagoan teknologi dirgantara Indonesia inipun membuahkan sebuah wejangan penting dari Habibie. Beliau mewanti-wanti agar Dwi tetap teguh pada pendiriannya untuk tidak tergiur pindah menjadi warga negara Belanda.

’’Kamu jangan sampai mencabut jati diri dan kewarganegaraan Indonesia-mu,’’ demikian pesan Habibie kepada Dwi.

Ditambah lagi, Dwi juga mendapat wejangan senada dari orang tuanya di Yogyakarta. Kata mereka, "Memang, di Belanda hujan emas. Tetapi, siapa yang membantu negaramu?’’
Dwi Hartanto menerima beasiswa S2 luar negeri dari Kementerian Kominfo pada tahun 2007 untuk mengambil studi Master (dengan spesialisasi bidang Space Technology) dan kemudian melanjutkan studi doktor nya di bidang yang sama serta di Universitas yang sama, yaitu TU Delft, Belanda
0
3.2K
44
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.8KThread41.5KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.