Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

zs.amrieAvatar border
TS
zs.amrie
[share] KEETIKA PENDIDIK BUKAN LAGI "PAHLAWAN TANPA TANDA JASA"
[share] KEETIKA PENDIDIK BUKAN LAGI "PAHLAWAN TANPA TANDA JASA"
pertama tama jgan lupa di emoticon-Rate 5 Star ya agan

berhubung ni msh dalam suasna hari pahlawan... ane mau ajak share soal gelar pahlawan tanpa tanda jasa yaitu guru..
langsung aja ke TKP
emoticon-Ngacir2

Institusi pendidikan sekarang bukanlah lagi suatu wadah membentuk dan memanusiakan manusia. Kalau kita mengingat kembali sejarah sebelum Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, kita banyak mengenal tokoh-tokoh Pahlawan Nasional yang bersekolah, memperoleh pendidikan dan menimba ilmu diluar negeri. Tetapi ilmu yang mereka dapat dinegeri orang memang semata-mata diberikan demi kepentingan bangsa dan negaranya sendiri hingga Indonesia berhasil mencapai puncak kemerdekaan tepatnya pada tanggal 17 Agustus 1945. Namun sekarang kesemuanya itu berbanding jauh terbalik dari masa lalu.

Seperti inilah yang harus kita rasakan sekarang, Para Profesor, Doktor, Insinyur,,Sarjana, Master dan lain sebagainya memanfaatkan ilmu dan gelarnya hanya demi kepentingan pribadi semata. Malah saling berlomba untuk dapat bekerja di luar negeri. Sebuah fenomena yang aneh yang terjadi di negeri ini, hingga para peserta didik pun bukan lagi di didik sebagai agen of change yakni sebagai pelaku perubahan yang pernah dibangga-banggakan.

Hal ini dapat kita lihat mulai dari tenaga pengajarnya. Ya, merekalah yang disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Berbicara tentang peran pendidik sekarang ini bukanlah suatu hal yang membuat kita kagum dan terharu apabila melihat dan mendengarkan cerita mereka dari orang-orang, dulu mungkin ya, tetapi untuk zaman yang serba global sekarang ini perlulah kita untuk memikirkannya kembali dan memahaminya lebih dalam lagi. Seperti yang orang awam bilang kebanyakan “ Di zaman sekarang ini mana ada yang gratis “, begitu pulalah yang terpikir dalam otak para peran pendidik sekarang ini. Mereka tidak lagi berbicara keikhlasan dan hati nurani, melainkan berbicara profit orientied. Bagaimana mendatangkan penghasilan sampingan dari mengajar?

Salah satunya ya dengan berdalih ini-itulah mereka memanfaatkan anak didik untuk memperoleh tambahan pendapatan dengan apapun dan bagaimanapun caranya asalkan masih berkaitkan dengan kebutuhan para peserta didiknya, karena gaji mereka yang katanya tidak pernah cukup untuk membiayai kebutuhan hidupnya tetapi tidak pula memikirkan nasib dari orang tua peserta didiknya.

Terdengar kabar ketika para guru melakukan aksi demo di istana merdeka beberapa waktu lalu, dimana yang dijadikan grand issue nya adalah menuntut kenaikan anggaran pendidikan 20%. Kemudian setelah ditelusuri yang melatarbelakangi aksi unjuk rasa para guru itu adalah ketika salah seorang masa aksi mengungkapkan dengan jujurnya bahwa “aksi ini merupakan taktik maupun srategi yang disepakati bersama bahwa apabila kami mendukung menuntut kenaikan anggaran pendidikan 20%, maka hasilnya akan berimbas langsung kepada guru juga, mulai dari naiknya gaji guru, tunjangan ini-itu dan lain-lain sebagainya, daripada menuntut kenaikan gaji guru yang tidak akan didengar orang. Begitulah intinya ceritanya

Berdasarkan dari kejadian diatas, dapat kita tarik kesimpulan bahwasanya kondisi dan situasi yang terjadi didalam dunia pendidikan bahkan mungkin sistem pendidikan yang notabenenya mereka adalah bagian dari sistem tersebut tidak memahami apa yang telah mereka lakukan. Dari sini pun terlihat jelas seperti apa dan bagaimana kualitas dari tenaga pendidik yang ada sekarang ini. Representatif tidaknya tindakan yang mereka lakukan tergantung dari penilaian masyarakat yang ingin memaknainya seperti apa.

Mereka mengira bahwa apabila terealisasikannya anggaran pendidikan menjadi 20%, maka harapan mereka seperti yang dijelaskan diatas yaitu akan berimbas kepada naiknya gaji para guru, tunjangan dan lain sebagainya. Padahal kenyataannya bukan seperti demikian, dengan terealisasikannya anggaran pendidikan 20% sebenarnya tidak akan mencapai apa yang menjadi target sebenarnya dari aksi yang dilakukan oleh para guru tersebut, karena hal tersebut tidak berkaitan sama sekali bahkan tidak diatur dalam Undang-Undang. Wajarkah unjuk rasa yang dilakukan oleh para guru tersebut? Adakah yang salah dengan sistem pendidikan di negeri ini? Atau Pemerintahkah yang harus disalahkan dalam hal ini karena belum mengabulkan anggaran pendidikan 20%?

Satu hal yang harus kita ketahui dan pahami bersama bahwa Institusi Pendidikan bukanlah CV, PT maupun MLM dimana semua itu adalah wahana dalam mencari keuntungan atau seperti perusahaan-perusahaan laba-rugi lainnya, melainkan suatu tempat untuk proses memanusiakan manusia khususnya bangsa Indonesia.


mari bangun neagara ini dengan sesuatu yang lebih bersih dan baik..
selamat hari pahlawan...
Diubah oleh zs.amrie 10-11-2013 19:35
0
1.6K
17
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.4KThread84.6KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.