Saya seorang wanita berusia 29 tahun, sudah menikah. Suami saya bekerja sebagai pekerja tambang di Kalimantan. Biasanya dia bekerja dengan system rooster, 8 minggu bekerja di site (tempat kerjanya di Kalimantan), dan 2 minggu libur, sehingga kami hanya bertemu setiap 2 bulan berpisah.

Dalam 2 minggu kepulangannya kerumah kami di Jakarta, biasanya dia melakukan rutinitas seperti antar jemput saya ke kantor, membenahi rumah, dan melakukan hobbynya. Kami bukan pasangan yang sering melakukan hal romantis, jika kami sedang berdua. Kami lebih sering mengobrol dan membahas pekerjaan kami. Yap, kami berdua tipikal workaholic people, yang sangat tergila-gila akan pekerjaan kami sampai sering ingin membahasnya ketika bersama. Sometimes, kami memang pergi nonton bioskop, jalan ke mall, atau hanya sekedar dinner. Tidak terlalu istimewa menurut saya. Dan kami jarang memberikan hadiah satu sama lain. Hal romantis menurut kami mungkin lebih ke menghabiskan waktu berdua.
Dua hari sebelum dia harus kembali ke site, kami bertengkar hebat. Akhirnya kami tidak bertegur sapa sampai dia berangkat. Seminggu sebelum jadwal dia kembali pulang, saya mendapatkan paket berisi sebuah mini dress warna hitam, dan sepucuk surat. Di surat itu hanya tertulis, “I’m your secret admirer, if you want to have dinner with me this valentine, please wear that dress. I’ll pick you up at 7. I know your husband still in Kalimantan.

XOXO ~”

Saya berpikir, woooo “who’s this man?”, saya merasa mengenali signature yang dia tuliskan. Rasanya seperti signature suami saya, dia selalu menuliskan XOXO dengan emoticon ini ~

Saya tau jika suami saya akan datang menjemput saya dan memutuskan akan mengikuti permainannya. Saya bersiap-siap, memakai mini dress pemberian dia. Pukul 7 malam saya keluar pagar, dan saya melihat ada mobil Alphard berhenti didepan pagar rumah saya. Seorang lelaki dengan jas berwana biru keluar dari pintu belakang. Dia terlihat sangat tampan dengan rambut pendeknya. Tiba-tiba saya gugup. Saya tau dia suami saya, tapi tidak terlihat seperti suami saya biasanya. Dia membuat perubahan yang biasanya tidak dia sukai, seperti memakai jas berwarna biru, dan duduk di kursi belakang bukan di kursi pengemudi. Suami saya tipikal orang yang lebih suka mengendarai mobilnya sendiri, Alphard pun bukan tipikal mobil kesukaannya.

Dia menyapa saya dari balik pagar, terlihat gugup. Saya memutuskan untuk membalas sapaannya dengan senyuman dan memainkan peran ini dengan baik.

Kami pergi ke sebuah fancy restoran di kawasan setiabudi, sudah dipesan atas nama lelaki lain yang mungkin dia mengarangnya. Selama malam itu kami mengobrol dan tertawa tentang hal-hal umum. Tidak menanyakan hal yang bersifat pribadi atau pekerjaan. Setelah agak larut, dia mengantar saya pulang. Membukakan pintu mobil untuk saya, menggandeng tangan saya sampai ke depan pagar. Dia menatap saya dengan penuh cinta, saya pun menatap dia balik. And then he kissed me.

Ciuman itu hanya sebentar, saya tidak pernah merasa seperti itu sebelumnya ketika dicium olehnya. Dia melepaskan tangan saya, dan tetap menatap saya. Saya mengucapkan terimakasih kepadanya atas makan malam yang menyenangkan, namun saya tidak bisa bertemu kembali denganya, menjelaskan bahwa saya sangat mencintai suami saya meskipun kami harus menjalani long distance marriage. Dia tersenyum mengerti.

Keesokan harinya, suami saya muncul dirumah, seolah baru pulang dari Kalimantan. Kami tidak pernah pernah membahas tentang hari valentine kemarin, hanya tersenyum satu sama lain. Saat itu, saya merasa meskipun kami terkadang jauh dan berantem, sebenarnya dia sangat mencintai saya.