dedesssssAvatar border
TS
dedesssss
Akhirnya Ku Menemukanmu
Sebenernya udh sempet post ini dengan judul yg berbeda tpi aku post lg dgn judul dan cerita yang sedikit ditambah. Semoga suka😂😂😂😂

Akhirnya Ku Menemukanmu
“Surat ini aku buat untuk Kinan.” Ujar Reza. Seketika aku tersentak ketika mendengar namaku disebut olehnya. Entah apa yang kurasakan napasku mendadak tidak teratur dan tentu saja wajahku pasti berubah seperti kepiting yang sudah direbus tak lupa keringat dingin pun mulai keluar dari seluruh tubuhku, Entah apa yang harus kulakukan.

“Waktu itu sempet chatting sama Kinan, tapi balesnya lama banget. Tapi itu enggak ngurangin rasa suka aku ke dia.” Lanjutnya. Aku tak berani menatap matanya dan mungkin wajahku sudah sangat amat memerah saat itu. Orang-orang memerintahkanku untuk menjawab surat dari Reza. Ya dia adalah teman yang baru saja berkenalan denganku beberapa waktu yang lalu, tepatnya mungkin beberapa minggu. Kami bertemu pada sebuah organisasi yang diadakan diluar sekolah. Aku masih ingat saat pertama aku berjumpa dengannya, ia tersenyum manis padaku saat aku kembali duduk di tempatku. Lucu memang bila diceritakan aku tak tahu kenapa dia bisa mempunyai perasaan kepadaku padahal aku baru saja mengenalnya. Mungkin itu yang dinamakan cinta pada pandangan pertama.

Anak-anak lain masih saja memandangku dengan tatapan geli, aku bingung harus menjawab apa. Otakku terus berputar memikirkan jawaban yang harus kusampaikan. “Maaf, tapi aku sudah mempunyai banyak penggemar. Jadi hal seperti ini sudah biasa.” Entah mengapa kata-kata itu terlontar dari mulutku, aku tahu perkataanku pasti akan melukai perasaannya dan membuat orang-orang berfikir bahwa aku adalah orang yang angkuh. Tapi nasi sudah menjadi bubur aku tidak bisa menarik perkataanku kembali. Orang-orang disekitarku seketika tertawa karena mendengar ucapanku. Aku merasakan udara mulai memanas, oksigen di sekitarku terasa semakin menipis, keringat dingin mulai bercucuran kembali disekitar wajahku. Baik aku tidak bisa menopang badanku lagi, aku kembali duduk di tempatku. Dan sial, orang-orang masih saja menatapku dengan tatapan herannya. Mungkin mereka berpikir masih ada orang yang tidak berperasaan dan aneh sepertiku. Aku tidak peduli dengan apa yang mereka pikirkan tentangku yang jelas aku saat itu amat sangat benci pada Reza. Aku benci padanya karena dia sudah mempermalukanku di depan umum. Aku berjanji akan membalas kelakuannya.

Sejak hari itu Reza secara teratur menghubungiku tapi tentu saja aku dengan sengaja mengabaikan pesan singkat dan telepon darinya. Selain karena aku masih membencinya aku juga tidak ingin dianggap memberikan harapa palsu padanya. Dan benar, cara itu terbukti ampuh karena Reza mulai mengurangi intensitasnya dalam menghubungiku bahkan sepertinya dia sudah enggan untuk untuk berkomunikasi denganku. Aku kaget ketika ponselku bergetar menandakan ada sebuah pesan singkat yang masuk. Benar pesan itu dari Reza, aku sangat heran kenapa dia kembali menghubungiku tapi tentu saja aku tidak peduli dengan alasannya. “Hargailah orang yang mencintaimu” Mungkin seperti itulah kesimpulan pesan singkat yang dia berikan padaku. Aku merasa sangat tersindir dengan itu, tapi aku tidak ingin mempermasalahkannya dan akupun segera kembali pada keseharianku karena menurutku berlarut-larut dalam masalah itu tidak baik.
Kami hanya bertemu satu minggu sekali, tapi minggu ke minggu terasa sangat cepat kulewati, aku semakin sering bertemu dengannya. Dan entah kenapa setelah dia mulai mengabaikanku aku malah merasa rindu akan sapaan maupun pesan singkatnya. Apakah aku mulai jatuh cinta padanya? Ah itu tidak mungkin dan kalaupun itu benar kenapa perasaan itu baru muncul sekarang?

Setelah beberapa minggu reza mengabaikanku dia mulai mendekati seseorang yang merupakan temanku. Seperti minggu ini dia terus bersendau gurau dengannya, entahlah tapi melihat kedekatannya aku merasakan sesuatu yang berbeda, apakah mungkin aku cemburu padanya? Hingga pada akhir pertemuan dia seperti ingin mengungkapkan sesuatu dan benar saja dia mengungkapkan perasaannya pada temanku. Aku sangat kaget mendengar ucapannya, secepat itukah dia bisa berpaling dariku? Ataukah dia hanya melampiaskan perasaannya pada temanku? Entahlah tapi sejak saat itu aku memutuskan untuk menjauh darinya.

Hujan turun sangat lebat hari ini, meninggalkan aroma khas dan hawa yang sangat dingin. Dari kejauhan aku melihat seseorang tengah berlari di bawah rintiknya hujan, orang itu mulai mendekat padaku dan ternyata itu adalah Arya salah satu temanku yang juga mengikuti organisasi yang sama denganku. Dia menyodorkan sebuah kotak yang terbuat dari kertas dan memiliki sebuah pita kecil diatasnya. Aku membuka kotak tersebut dan aku merasa kaget dibuatnya. “Hah? Cincin? Dari siapa ini?” Kotak itu berisi sebuah cincin berwarna silver dengan tulisan namaku diatasnya. Arya tidak menjawab pertanyaanku dia malah langsung melenggang pergi meninggalkanku dengan beribu pertanyaan dalam otaku. Apakah cincin ini dari Reza? Apakah dia masih menginginkanku? Tapi mengapa dia malah menyatakan perasaannya kepada temanku? Ataukah mungkin cincin ini dari Arya? Rasanya tidak mungkin seorang Arya yang notabenenya hanyalah teman biasa memberikan ini kepadaku. Aku tidak ingin memikirkan terlalu dalam hal ini, segera kulempar kotak tersebut kedalam tasku. Aku memutuskan untuk segera pulang karena hari sudah semakin sore dan perlahan matahari mulai meninggalkan tahtanya.

Minggu ini aku datang terlalu pagi, sehingga ruangan yang biasanya selalu ramai kini terlihat sepi. Ketika aku sampai ternyata Reza sudah datang terlebih dahulu, dia terlihat sedikit mencuri pandang terhadapku tapi ketika aku menoleh dia langsung membuang mukanya ke arah yang lain. Ingin rasanya aku kembali ke masa lalu ketika kami bertegur sapa seperti layaknya teman tanpa ada tembok besar sebagai penghalang seperti saat ini. Untung saja perasaan canggung ini tidak berlangsung lama, satu persatu temanku datang kedalam ruangan ini. Dari kejauhan aku bisa melihat Reza tertawa bersama temannya, andai saja kami bisa tertawa bersama dan aku menjadi alasan tawanya. Aku tidak mengerti kenapa aku memikirkan ini tapi entah mengapa semakin aku berusaha untuk melupakan reza bayang-bayangnya semakin menghantuiku.

Beberapa minggu ini aku tidak mengikuti kegiatan organisasi karena selain tugas sekolahku menumpuk ujian kenaikan kelas pun semakin dekat, aku tidak ingin nilaiku hancur karena kegiatanku yang terlalu padat. Selain itu aku sudah tidak nyaman dengan sikap Reza yang begitu dingin terhadapku. Hingga pada akhirnya Maya menanyakan kenapa alasanku tidak hadir dalam kegiatan itu. Aku menjelaskan alasanku dan dia bisa menerimanya bahkan dari Maya aku mengetahui siapa yang memberikan cincin itu. Dugaanku ternyata benar Reza yang memberikan cincin itu padaku. Tapi kenapa? Kenapa dia memberikannya? Aku sangat tidak mengerti apa yang ada dalam pikirannya.

Sesampainya di rumah pikiranku tidak terlepas dari Reza, aku masih berusaha keras memikirkan alasan Reza memberikan cincin ini. Tindakannya membuatku merasa mendapat perlakuan yang berbeda. Jantungku berdegup kencang saat memikirkannya. Apakah aku mulai jatuh hati padanya?
Aku berusaha untuk tak hiraukan perasaanku yang mulai tumbuh untuknya. Aku terus mencoba dan mencoba lagi untuk membohongi hatiku. “Aku tidak mencintainya, aku tidak, aku tidaaaaak!” kata-kata itu terus bergumam dalam pikiranku. Aku tidak bisa mengendalikan ini aku tidak bisa membohongi diriku sendiri, aku tidak bisa membohongi perasaanku, aku tidak bisa membohongi hatiku, bahkan aku tidak bisa membohongi teman-temanku. Yaa, sebagai seorang manusia biasa aku tidak bisa menanggung beban ini seorang diri. Seperti remaja pada umumnya aku membutuhkan orang lain untuk untuk mendengarkan keluh kesahku. Bercerita pada seseorang apa yang kau rasakan dan mendengarkan solusi terbaik darinya. Tentu saja itu akan sedikit meringankan bebanmu, dan kau tahu akan kemana dirimu melangkah selanjutnya.

Aku membuka tasku dan membereskan buku yang akan kubawa esok hari. Dan aku menemukan sebuah kotak yang sangat kuingat siapa pemberinya, bagaimana ia memberikannya, dan sejuta kejahatanku padanya. Tepat, benda itu dari Reza. Orang yang telah kusia-siakan, yang telah kusakiti hatinya, dan orang yang telah menaruh hatinya untuk orang lain. Aku mencoba benda itu di jariku. Yaks, benda itu memang indah tapi entah mengapa aku seperti tidak cocok menggunakannya. Entah memang aku yang tidak pantas atau memang benda itu bukan ditakdirkan untuk berada pada jariku. Entahlah, hanya Tuhan-Lah yang tau jawabannya.

Hari ini aku memang sangat dipusingkan dengan tugas sekolahku. Selain itu, aku juga di tugaskan untuk memberi informasi kepada teman yang mengikuti ekstra kulikuler yang sama denganku. Ketika aku melihat salah satu nama temanku yang memiliki kesamaan nama dengannya. “Bagaimana jika aku juga mengirimkan pesan ini padanya juga?” Entah darimana ide konyol itu muncul, aku mencoba memikirkan, membayangkan, dan menimbang apa yang akan terjadi selanjutnya jika aku melakukan ide gila ini. Tanpa sadar akupun akhirnya memutuskan untuk melakukannya. Aku sentuh fitur send pada ponselku, ada perasaan menyesal setelah aku melakukan hal itu. Ingin rasanya aku putar ulang waktu dan menghentikan niatku. Tapi apalah daya, nasi sudah menjadi bubur. Dan sekarang aku hanya bisa menunggu balasan darinya akan apa yang ku perbuat.

Aku kembali menatap ponsel dan berharap ada balasan pesan singkat darinya, tapi tidak ada satupun pesan yang muncul. Hanya pesan dari beberapa teman yang mengikuti ekstra kulikuler yang sama denganku. Aku menghela napas sambil menatap langit-langit kamarku, langit-langit kamar yang selalu jadi pemandangan kesukaanku. Aku terperangah ketika nada di ponselku berbunyi, APAAAAA? Sepertinya mataku sudah menjadi rabun akibat melihat namanya tertera di layar ponselku. “Tidaaaak ini nyata!” aku mencoba meyakinkan diriku sendiri, untuk lebih pasti aku mencubit kedua pipiku dan memastikan bahwa ini memang kenyataan. Yaaa ini nyata, dia membalas pesanku dengan belaga polos yang kentara. Aku mencoba bersikap biasa padanya tapi dia juga bersikap seadanya, aku mencoba memancingnya tapi dia tidak bereaksi. Aku bahkan mengucapkan terima kasih atas benda darinya meskipun aku tau ini sangatlah terlambat dan memang terlambat. Sekarang dia dingin, dia biasa, dia tak seperti dulu, diaaa…berubaaaaah. Kini dia telah berubah, dia tak sehangat dulu, dia tak seperhatian dulu, dia tak sebaik dulu, Dia telah berubah dan itu menyakitiku.
Tentu saja ini semua bukan hanya kesalahanku, ini juga salahnya yang tidak sabar untuk bertahan pada perasaannya, untuk benih-benih cinta yang ia tabur dimana-mana. Tanpa berpikir panjang apa yang akan menantinya. Aku lelah, aku capek, jika harus terus menerus menunggu dan berharap dia akan kembali padaku. Dimataku dia berarti banyak hal, keindahan juga kesedihan. Aku dengan sengaja membuka akun sosial media milikku, dan membuka akun miliknya. Aku melihat dia yang sudah melupakanku, dia seperti tak ingin mengenalku lagi. Dia sudah bisa melupakanku, tapi kenapa aku masih berada dalam bayang-bayang dirinya? Baiklah jika dia bisa melupakanku, akupun pasti bisa melupakannya. Aku sadar dia bukanlah orang terbaik untukku, mungkin dia hanya persinggahan dalam kehidupanku. Tetapi melupakan itu tidak segampang dengan teorinya, praktek dari melupakan itu jauh lebih sulit dari apa yang kita bayangkan. Aku yakin aku pasti bisa melupakannya meskipun itu membutuhkan waktu yang tidak singkat tentunya.

Benar kata pepatah, mati satu tumbuh seribu. Setelah beberapa bulan ia mengacuhkanku datang seseorang yang mulai menggantikan posisinya dihatiku. Dia seolah tahu keretakan hatiku. Setiap malam, sebelum tidur, kuhabiskan beberapa menit untuk membaca pesan singkat darinya. Tawa kecilnya, kecupan berbentuk tulisan, dan candanya selalu membuatku tersenyum diam-diam. Dia adalah Anton pria yang bisa membuatku lupa akan Reza, pria yang bisa mencairkan balok es dalam hatiku. Dia begitu berbeda dengan yang lainnya. Dia sederhana, apa adanya, misterius, dan begitu sulit untuk ditebak. Dia yang sulit kutebak tapi begitu manis dalam beberapa peristiwa. Dia yang menggemaskan dalam keadaan yang bahkan sulit kujelaskan. Aku mulai mencintainya, aku mulai membangun mimpi, aku mulai berharap lebih. Kugantungkan harapanku padanya. Kuberikan sepenuhnya perhatianku untuknya.
Hari-hari kulewati dengan banyak pertanyaan. Apakah perasaannya sedalam yang kuharapkan? Aku sedikit menangkap isyarat itu. Dia mengajakku bicara dalam percakapan manis kita di pesan singkat. Dia menghangatkanku di tengah dinginnya malam dengan candaan kecilnya. Senyumannya selalu bisa membuatku tersipu malu. Aku selalu berharap waktu berhenti sejenak ketika bersamanya. Tuhan seakan menjawab segala doaku, penantianku tidak berakhir sia-sia, dia mulai mengungkapkan rasa, bercerita tentang rasa kagumnya terhadapku. Dan kalian pun tahu, aku juga mengaguminya, tapi aku tak ingin bilang. Aku terlalu gengsi untuk mengatakan bahwa aku mulai menyukainya dan mulai nyaman dengan keberadaannya. Di senja itu aku resmi menjadi kekasihnya, alampun seakan ikut bahagia dengan memperlihatkan jingganya, aku sangat bahagia dan sangat lega karena pertanyaanku sudah terjawab. Akankah kebahagiaan ini bertahan lama?

Setelah beberapa bulan kami menjalin hubungan secara backstreet, akhirnya teman-teman organisasiku mengetahui hubungan kami. Dan tentu saja Reza juga mengetahuinya, bahkan pada saat awal hubungan kami tersebar aku sempat dimusuhi untuk beberapa waktu oleh Reza dan teman-temannya. Mereka menganggapku sebagai pemberi harapan palsu, padahal kita semua tau bahwa dia terlalu banyak menyebar benih dan aku tidak mau saat perasaanku mulai tumbuh untuknya dia pergi untuk memilih benih lain yang telah tumbuh.

Ada cerita lucu saat dia mengetahui hubungan kami. Dia mengunggah foto pada salah satu media sosial miliknya dan kalian tau itu foto apa? Itu adalah fotoku yang sengaja dia bakar dan foto itu mendapatkan banyak komentar dari temanku yang lain. Aku hanya bisa tertawa sekaligus heran melihat sikapnya yang sangat kekanakan. Sebegitu bencikah dia kepadaku sehingga dia juga menebar kebenciannya kepada orang disekitarnya. Apakah sikapku terlalu jahat padanya?

Anton sangat bersikap dewasa saat itu, aku sangat bersyukur memilikinya. Dia bahkan mengajakku untuk meminta maaf kepada Reza agar tidak ada kesalahpahaman lagi seperti ini. Tentu saja aku tidak ingin melakukannya karena aku merasa tidak memiliki kesalahan apapun padanya. Tapi Anton tetap bersikeras untuk melakukan hal itu, dia akhirnya menemui Reza seorang diri dan meminta maaf atas nama kami berdua. Mereka bahkan sempat berfoto bersama sebagai bukti bahwa mereka sudah berbaikan. Apakah Reza benar-benar memaafkan kami? Ya, sepertinya dia sudah bisa bisa berlapang dada menerima semua kenyataan ini. Bahkan sekarang dia sudah menemukan pujaan hatinya, terlihat pada akun sosial media miliknya dia selalu menggunggah kebersamaannya disana. Alangkah indahnya momen itu, semoga kami bisa terus menjalin hubungan baik ini.

Tidak ingin kalah dengan Reza aku tentu saja sangat bahagia memiliki Anton. Dia adalah pria yang paham caranya membuatku jatuh cinta untuk kesekian kalinya. Aku mencintainya. Hanya itu yang kutahu. Hanya itu yang bisa aku lakukan. Bila mencintainya hanyalah mimpi, maka aku tak ingin bangun selamanya. Dan, bila aku disuruh memilih untuk bernapas atau mencintainya. Aku akan menggunakan napas terakhirku untuk mengatakan “aku mencintainya”.
Diubah oleh dedesssss 12-02-2017 10:05
0
2.5K
23
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Heart to Heart
Heart to HeartKASKUS Official
21.6KThread27.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.