Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

anwarmustofa10Avatar border
TS
anwarmustofa10
Pendidikan Pecinta Alam
Pendidikan Pecinta Alam
(Anwar Mustofa)

Pecinta alam adalah salahsatu kegiatan atau organisasi yang bergerak dalam bidang lingkungan dana lam bebas. Pecinta alam dapat ditemui di sekolah menengah atas sebagai ekstrakulikuler, di perguruan tinggi sebagai unit kegiatan mahasiswa, dan di masyarakat umum sebagai organisasi kemasyarakatan atau komunitas.

Baru-baru ini masyarakat digemparkan oleh peristiwa meninggalnya peserta diksar Mapala Universitas Islam Indonesia, yaitu : Syaits Syam (19), Muhammad Fadli (19), dan Ilham Nurfadmy Listia Adi (20). Tak hanya korban meninggal, 10 peserta diksar yang lain dilaporkan harus dirawat di rumah sakit.

Peristiwa tersebut tentu menjadi pukulan kelam dalam praktek pendidikan di Indonesia. Sebelumnya, kejadian yang hamper serupa terjadi di Jakarta, tepatnya di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Manunda, seorang taruna tingkat 1 meninggal dunia diduga karena telah dianiaya oleh senior-seniornya yang tingkatnya lebih tinggi.

Tidak terlalu asing memang kita mendengar seperti itu, terutama dalam pendidikan pecinta alam di perguruan tinggi. Apakah tragedi tersebut terjadi karena kesalahan para senior mapala yang terkait? Menilik dari sejarah, pecinta alam yang pertama kali didirikan adalah Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Indonesia (Mapala UI) pada 12 Desember 1964 yang dicetuskan oleh seorang aktivis mahasiswa UI pada waktu itu, Soe Hok Gie, yang saat itu jenuh dengan situasi konflik dan penuh intrik politik di kalangan mahasiwa dan negaranya tercinta, Indonesia. Akhirnya ia mengusulkan untuk membentuk suatu organisasi yang bisa menjadi wadah berkumpulnya berbagai kelompok mahasiswa yang peduli tentang keadaan Negara Indonesia, bukan hanya yang gemar berkegiatan di alam bebas.

Dari sejarah pembentukan pecinta alam tersebut, tidak aneh memang pendidikan pecinta alam bisa dikatakan “agak keras”. Bahkan bisa dikatakan bahwa pendidikan pecinta alam hampir atau setingkat dengan pendidikan kemiliteran. Bukan tanpa alasan, karena pecinta alam didirikan untuk membentuk manusia-manusia hebat, yang bukan hanya bisa menjaga lingkungan, tapi berkontribusi besar bagi negeri ini.

Tetapi, apakah harus ada unsur kekerasan dalam pendidikan “agak keras” ini?. Kekerasan bukanlah cara untuk membentuk mental dan fisik yang kuat. Yohanes Poda Sintong Siburian (M-954-UI), Ketua Mapala Universitas Indonesia berpendapat bahwa disiplin, tangguh, dan ulet serta kreatif adalah keharusan dalam kehidupan. Tapi, karakter itu mustahil tumubuh dalam cara mendidik dengan kekerasan dan instan. Kekerasan dalam pendidikan mungkin hanya dilakukan oleh orang tak bertanggung jawab yang menggunakan pendidikan hanya untuk ajang balas dendam. Karena pendidikan pecinta alam seharusnya didasarkan pada pendidikan intelektual, sehingga dalam membuat sistem pendidikan harusnya diutamakan pada pengasahan mental dan intelektual peserta didik, sedangkan fisik dilatih menyusul sesuai kebutuhan pokok.

Dengan itu, hasil pendidikan dasar pecinta alam sebagai organisasi yang berada dalam lingkungan masyarakat dapat berguna bagi lingkungan tempat bernaungnya organisasi tersebut seminimalnya, yang nantinya akan berkembang untuk berkontribusi terhadap kemajuan Negara Indonesia. Sesuai bunyi kode pecinta alam yang kedua. “Pecinta alam sebagai bagian dari masyarakat , sadar, akan tanggung jawabnya terhadap Tuhan, Bangsa, dan Tanah Air.”
Diubah oleh anwarmustofa10 10-02-2017 13:32
0
2.7K
16
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.4KThread84.5KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.