Performa AS Roma hingga pekan ke-22 musim ini dapat dikategorikan amat baik. Sejauh ini I Lupi berhasil bertengger di posisi ketiga di tangga klasemen sementara Serie A dan memangkas jarak hanya 7 poin dari pemuncak klasemen sementara, Juventus. Tentunya pencapaian musim ini lebih bagus ketimbang musim 2015/2016 lalu di mana Sang Seriga Roma hanya mampu menempati posisi kelima.

Hasil positif ini sedikit banyak dibantu dengan performa apik striker andalan mereka, Edin Dzeko. Pria asal Bosnia-Herzegovina ini berhasil mengembalikan kondisinya ke puncak performa dengan menyetor 15 gol dari 22 laga bersama Roma di ajang Serie A sejauh ini. Bahkan ia berhasil mencetak empat gol dalam empat pertandingan terakhir dengan raihan satu gol di setiap laga yang diikuti Roma.



Torehan ini tentunya berbanding terbalik dengan pencapaian musim lalu di mana mantan pemain yang didatangkan dari Manchester City dengan mahar 10 juta euro ini hanya mampu mencetak 8 gol di musim perdananya bermain di Serie A. Memang, bila menilik sejarah karirnya, performa Edin tidak terlalu mengesankan saat menjalani musim pertamanya bila merujuk dari statistik pada empat klub yang dibela sebelumnya.

Kini, nama Dzeko pun ikut bercokol di daftar pencetak gol terbanyak di ajang tertinggi sepak bola Italia bersanding dengan penyerang top lainnya seperti Mauro Icardi (Inter Milan) dan Gonzalo Higuain (Juventus) serta hanya terpaut satu gol saja dari pemuncak top skor sementara, Dries Mertens.

Namun meski begitu, pemain yang menjadi top skor sepanjang masa bagi Tim Nasional Bosnia dengan 49 gol ini tak bisa lepas dari cibiran yang diberikan Romanisti—julukan penggemar AS Roma—terhadap dirinya, walau berstatus sebagai pemain paling subur di Giallorossi sejauh ini, tetapi faktanya pria bernomor punggung 9 ini dianggap sering membuang peluang.

Menurut catatan dari Whoscored, pemain berusia 30 tahun ini telah melakukan 111 tembakan ke arah gawang lawan hingga pekan ke-22. Itu artinya, Dzeko terlalu banyak membuang-buang kesempatan untuk mencetak gol. Bahkan beberapa waktu lalu ia sempat dijuluki Edin Cieco atau dalam bahasa Indonesia berarti Edin Si Buta oleh pengemar fanatik AS Roma.

Namun meski begitu, pria yang juga merupakan ambasador Unicef ini mengaku ejekan yang diterimanya justru kian memotivasi dirinya untuk tampil lebih baik.

"Di Inggris, kalau kita lagi bermain buruk, itu normal-normal saja. Di Roma, saya terus ditekan. Tapi itu harus saya hadapi karena situasinya tak beda dengan di Bosnia. Kritikan bagian dari perbaikan performa," kata Dzeko.

Ucapan tersebut pun dibuktikan dengan menolak pinangan dan gaji tinggi dari klub Liga Super Tiongkok, Tianjin Quanjin pada bursa transfer musim dingin beberapa waktu lalu. Kesetiaanya untuk membela AS Roma ini mungkin didasari keinginanya yang kuat untukmengulangi sukses seperti saat bermain Jerman, tepatnya di Wolfsburg di mana ia berhasil menjadi top skor di Bundesliga dengan catatan 22 gol di musim 2009/2010 lalu.

Menilik pada ketajaman Dzeko musim ini, banyak pengamat membandingkan dirinya dengan Gabriel Batistuta, penyerang tajam asal Argentina yang pernah mencetak 20 gol di Serie A pada musim 2000/2001 sekaligus membawa pulang scudetto bagi Roma.

Dengan hanya berbeda lima gol saja untuk menyamai rekor yang dipahat oleh Batistuta—bahkan bisa melampaui. Dzeko masih memiliki waktu yang kesempatan yang cukup panjang hingga akhir musim nanti untuk membuktikan kapasitasnya sebagai penebar teror paripurna bagi pertahan lawan sekaligus membawa gelar juara yang sudah lama tak singgah di Ibu Kota Italia tersebut.

“Aku hidup untuk mencetak gol, itulah tujuan hidup saya. Aku berharap bisa mencetak lebih banyak gol dan berupaya meningkatkan level performa saya” ujar Dzeko.