JAKARTA - Sayap Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Gerakan Mahasiswa Satu Bangsa (Gemasaba) menyatakan bahwa terdakwa penistaan agama yang juga Gubernur nonaktif DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok tak mencerminkan seorang pemimpin. Hal tersebut terkait dengan perlakuan mantan Bupati Belitung Timur itu kepada Ketua Umum MUI yang juga Rais 'Aam NU, KH Ma'ruf Amin.

"Ahok itu tak mencerminkan seorang pemimpin, tak juga mencerminkan politisi atau tokoh. Ia itu harusnya jadi panutan bagi bawahannya, bukan malah bikin gaduh," jelas Sektetaris Jendral Dewan Pimpinan Nasional Gemasaba Adan Ma'rifat saat dikonfirmasi Okezone melalui sambungan telefon, Sabtu (4/2/2017).

Meski sudah meminta maaf, Adan menyebut bahwa permintaan maaf tersebut hanya sebatas strategi politik, agar elektabilitasnya tak kembali anjlok usai kasus penistaan agama.

"Dia juga awalnya enggak mau minta maaf. Minta maaf ahok itu kan politik," tutur Adan.

Seperti diketahui, dalam sidang Selasa lalu, Ahok mempersoalkan kesaksian Ma'ruf yang dianggapnya tidak objektif dan memojokkan dirinya.

Ahok juga menilai Rais Aam PBNU itu memiliki kedekatan dengan salah satu pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta yang merupakan lawan politiknya dalam pilkada 2017.

Tak hanya itu, mantan Bupati Belitung Timur ini beserta tim kuasa hukumnya mengaku memiliki bukti komunikasi antara Ma'ruf dan Presiden RI keenam Susilo Bambang Yudhoyono, pada Oktober lalu. Atas hal ini, ia berencana akan memperkarakan Ma'ruf ke ranah hukum.

Kendati demikian, ‎langkah hukum yang akan ditempuh Ahok kepada Ma'ruf terhenti setelah warga Nahdliyin, Muhammadiyah beserta umat Islam lainnya mengecam perlakuan mantan pendamping Joko Widodo (Jokowi) di Ibu Kota ini.

Akhirnya, Ahok meminta maaf kepada Ma'ruf dan meralat pernyataannya bahwa dirinya tak bermaksud demikian. Ia juga tak bermaksud melaporkan Ma'ruf ke ranah hukum. Namun, permohonan maaf itu belum dilakukannya secara langsung.