- Beranda
- The Lounge
Mengenal “Latte Factor”, Bahaya Baru yang Menggerogoti Orang Indonesia
...
![hairpin](https://s.kaskus.id/user/avatar/2008/08/16/default.png)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
TS
hairpin
Mengenal “Latte Factor”, Bahaya Baru yang Menggerogoti Orang Indonesia
Mengenal “Latte Factor”, Bahaya Baru yang Menggerogoti Orang Indonesia
Halo Agan Sis sekalian Apa kabar
![Mengenal “Latte Factor”, Bahaya Baru yang Menggerogoti Orang Indonesia](https://s.kaskus.id/images/2017/01/27/526530_20170127042422.jpg)
Ijinkan saya untuk sharing trit copaz saya (f#ck lugu amat lo cuk) dari sumber kompas
silahkan
dan coment rate ya...
![Mengenal “Latte Factor”, Bahaya Baru yang Menggerogoti Orang Indonesia](https://s.kaskus.id/images/2017/01/27/526530_20170127042745.jpg)
apakah agan salah satunya.....
Halo Agan Sis sekalian Apa kabar
![Wow emoticon-Wow](https://s.kaskus.id/images/smilies/smilies_fb5ogiimgq21.gif)
![Mengenal “Latte Factor”, Bahaya Baru yang Menggerogoti Orang Indonesia](https://s.kaskus.id/images/2017/01/27/526530_20170127042422.jpg)
Ijinkan saya untuk sharing trit copaz saya (f#ck lugu amat lo cuk) dari sumber kompas
silahkan
![Toast emoticon-Toast](https://s.kaskus.id/images/smilies/smilies_fb5ly1iothbu.gif)
![Mengenal “Latte Factor”, Bahaya Baru yang Menggerogoti Orang Indonesia](https://s.kaskus.id/images/2017/01/27/526530_20170127042745.jpg)
Hanna (25), adalah seorang karyawati di sebuah perusahaan swasta yang gemar minum kopi. Ia selalu minum kopi di kedai yang harga satu cangkir kopinya bisa mencapai Rp 50.000. Lama – lama, perilaku konsumsi ini menjadi kebiasaan sehari – hari Hanna, tanpa Ia sadari.
Setiap bulan, perempuan lajang ini bisa menghabiskan Rp 700.000 sampai Rp 1.000.000 untuk membeli kopi. Bila diakumulasikan, kata Hanna, rasanya memang berat. Namun, gaya hidup seperti itu cukup memberi kesenangan tersendiri bagi Hanna. Oleh karena itu, kebiasaan tersebut sulit ditinggalkan.
Istilah latte factor ditemukan oleh David Bach, penulis buku finansial ternama. Latte factor adalah pengeluaran untuk hal yang sebenarnya tidak perlu, yang terlihat kecil dan tanpa sadar dilakukan terus menerus, hingga akhirnya membuat pengeluaran membengkak.
Selain kopi, pengeluaran untuk baju, kosmetik, transportasi online, biaya transaksi perbankan juga merupakan latte factor.
Gaya hidup seperti itu bisa jadi berbahaya. Bahkan, bisa-bisa pengeluaran lebih besar daripada penghasilan yang diperoleh setiap bulannya. Sebuah riset dari Kadence International Indonesia pada tahun 2013 menemukan fakta bahwa 28 persen masyarakat Indonesia memiliki pengeluaran yang lebih besar daripada pendapatan.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2015 juga menyatakan masyarakat Indonesia semakin konsumtif dan mulai meninggalkan kebiasaan menabung. Hal itu tergambar dari menurunnya Marginal Propensity to Save (MPS) dan naiknya Marginal Prosperity to Consume (MPC) selama tahun 3 tahun terakhir sebelum 2015.
Mulai sekarang coba pikirkan, apa latte factor Anda? Jangan – jangan faktor tersebut yang menjadi alasan dompet selalu tipis. (Adv)
Setiap bulan, perempuan lajang ini bisa menghabiskan Rp 700.000 sampai Rp 1.000.000 untuk membeli kopi. Bila diakumulasikan, kata Hanna, rasanya memang berat. Namun, gaya hidup seperti itu cukup memberi kesenangan tersendiri bagi Hanna. Oleh karena itu, kebiasaan tersebut sulit ditinggalkan.
Istilah latte factor ditemukan oleh David Bach, penulis buku finansial ternama. Latte factor adalah pengeluaran untuk hal yang sebenarnya tidak perlu, yang terlihat kecil dan tanpa sadar dilakukan terus menerus, hingga akhirnya membuat pengeluaran membengkak.
Selain kopi, pengeluaran untuk baju, kosmetik, transportasi online, biaya transaksi perbankan juga merupakan latte factor.
Gaya hidup seperti itu bisa jadi berbahaya. Bahkan, bisa-bisa pengeluaran lebih besar daripada penghasilan yang diperoleh setiap bulannya. Sebuah riset dari Kadence International Indonesia pada tahun 2013 menemukan fakta bahwa 28 persen masyarakat Indonesia memiliki pengeluaran yang lebih besar daripada pendapatan.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2015 juga menyatakan masyarakat Indonesia semakin konsumtif dan mulai meninggalkan kebiasaan menabung. Hal itu tergambar dari menurunnya Marginal Propensity to Save (MPS) dan naiknya Marginal Prosperity to Consume (MPC) selama tahun 3 tahun terakhir sebelum 2015.
Mulai sekarang coba pikirkan, apa latte factor Anda? Jangan – jangan faktor tersebut yang menjadi alasan dompet selalu tipis. (Adv)
![Kaskus Banget emoticon-Kaskus Banget](https://s.kaskus.id/images/smilies/smilies_fbeg2zay8rj5.gif)
0
65.8K
454
![Guest](https://s.kaskus.id/user/avatar/default.png)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
![The Lounge](https://s.kaskus.id/r200x200/ficon/image-21.png)
The Lounge![KASKUS Official KASKUS Official](https://s.kaskus.id/kaskus-next/next-assets/images/icon-official-badge.svg)
923.3KThread•84.3KAnggota
Urutkan
Terlama
![Guest](https://s.kaskus.id/user/avatar/default.png)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru