Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

i.love.usaAvatar border
TS
i.love.usa
Persulit Aborsi, Kebijakan Donald Trump Dikecam
Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Senin (23/1/2017) menandatangani larangan bagi organisasi sipil di seluruh dunia, yang memperoleh dana dari Washington, untuk mendukung aborsi.

Kebijakan itu ditanggapi dengan keras oleh para pejuang hak perempuan, lapor Reuters.

Aturan, yang akan berdampak langsung terhadap organisasi sipil Amerika Serikat yang beroperasi di luar negeri tersebut, pertama kali diterapkan oleh mantan Presiden Ronald Reagan pada 1984.

Trump, yang merupakan penentang aborsi, memutuskan untuk menerapkan kembali aturan itu pada hari keempat ia duduk di kursi tertinggi Gedung Putih. Kebijakan tersebut sebelumnya dibatalkan oleh mantan presiden Barack Obama pada 2009 lalu.

"Kesehatan dan hak perempuan adalah salah satu korban pertama pemerintahan Trump," kata Serra Sippel, kepala lembaga sipil Center for Health and Gender Equity di Washington.

"Aturan larangan mendukung pengguguran kandungan selama ini dihubungkan dengan peningkatan angka aborsi yang tidak aman. Kami memperkirakan kebijakan Trump ini akan menghilangkan banyak nyawa perempuan," kata dia.

Penerapan kembali larangan pendukungan aborsi ditetapkan hanya dua hari setelah lima jutaan orang dari berbagai kota di dunia turun ke jalan untuk memperjuangkan hak perempuan, salah satu di antaranya adalah akses terhadap aborsi.

Aturan itu akan berdampak langsung terhadap organisasi sipil yang mendapat uang dari Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat, meski mereka menggunakan sumber dana berbeda untuk menjalankan layanan pengguguran kandungan.

"Mengerikan bahwa (pemerintah) berupaya mendikte kelompok masyarakat sipil dan penyedia layanan kesehatan mengenai bagaimana mereka membelanjakan uang dan memaksa mereka untuk menyembunyikan informasi yang sangat penting bagi perempuan terkait kesehatan reproduksi," kata Nancy Northup, kepala lembaga Center for Reproductive Rights yang berkantor di Amerika Serikat.

Kebijakan itu memojokkan organisasi pejuang hak reproduksi ke posisi yang sangat sulit, kata Brian Dixon dari lembaga Population Connection Action Fund.

Mereka hanya punya pilihan untuk memerima larangan pendidikan aborsi dengan tetap mendapatkan dana, atau menolak aturan namun kehilangan sumber pendanaan, kata Dixon.

"Kedua pilihan itu sama-sama merugikan para perempuan," kata Dixon.

Sejak pertama kali diterapkan pada 1984, sudah dua kali aturan pembatasan pendidikan hak reproduksi dibatalkan oleh mantan Presiden Bill Clinton, namun kembali diterapkan oleh mantan Presiden George W. Bush pada 2001.

Ann Starrs, kepala organisasi pejuang hak reproduksi Guttmacher Institute, mengatakan tidak ada bukti bahwa aturan pelarangan aborsi dapat mengurangi angka pengguguran kandungan.

"Faktanya, aturan itu akan berdampak sebaliknya karena membuat perempuan semakin sulit menghindari kehamilan yang tidak diinginkan. Mereka kemudian akan mencari prosedur aborsi yang tidak aman," kata Starrs.


Trump Teken Perintah Eksekutif Anti-Aborsi

Liputan6.com, Washington, DC - Bertempat di Ruang Oval, Gedung Putih, Presiden Amerika Serikat (AS),
Donald Trump dengan dikelilingi sejumlah staf pria menandatangani perintah eksekutif anti-aborsi. Hadir dalam peristiwa itu Wapres Mike Pence dan menantu Trump, Jared Kushner, yang menjabat sebagai penasihat senior.

Pada saat yang bersamaan, Trump memulihkan kebijakan Mexico City atau dikenal pula sebagai Global Gag Rule. Aturan ini melarang pemberian bantuan dana kepada organisasi internasional non-pemerintah yang melakukan atau mempromosikan aborsi.

"Presiden, bukan rahasia lagi, telah menyatakan dengan jelas bahwa ia pro-kehidupan. Ia ingin berdiri di pihak seluruh rakyat Amerika, termasuk mereka yang belum lahir. Dan saya pikir pemulihan kebijakan ini bukan hanya menggemakan nilai-nilai tersebut, namun juga menghormati para pembayar pajak," jelas Sekretaris Pers Gedung Putih, Reince Priebus, seperti dikutip dari CNN, Rabu, (25/1/2017).

Kebijakan Mexico City pertama kali diberlakukan pada era Presiden Ronald Reagan, tahun 1984. Pada tahun 1993, aturan ini dicabut oleh Presiden Bill Clinton, namun di era Presiden George W. Bush kembali diterapkan.

Presiden Barack Obama juga memilih meniadakan aturan ini.

Seperti dilansir The Huffington Post, Rabu, (25/1/2017), Negeri Paman Sam menghabiskan dana sekitar US$ 600 juta per tahun untuk program KB dan kesehatan reproduksi yang disalurkan ke organisasi internasional. Hal ini memungkinkan 27 juta perempuan dan pasangan untuk mengakses layanan dan perlengkapan kontrasepsi.

Sementara itu, perintah eksekutif Trump ini memiliki implikasi dan dinilai mematikan bagi para perempuan yang hidup di negara-negara berkembang dan zona perang di mana mereka kerap menempuh cara berbahaya untuk mengakhiri kehamilan mereka ketika tidak memiliki akses ke aborsi yang aman.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa lebih dari 21 juta wanita yang hidup di negara-negara berkembang, melakukan aborsi tidak aman dalam waktu satu tahun. Dan angka kematiannya mencapai 13 persen.



http://m.liputan6.com/global/read/28...if-anti-aborsi

http://m.bisnis.com/kabar24/read/201...-trump-dikecam

Pro Choice Vs Pro Life

Pro Choice: Demokrat
Pro Life: Republik

apapun alasan nya, membunuh manusia adalah dosa, sekalipun bayi yang dikandung adalah hasil dari pemerkosaan!

jadi, secara pribadi, saya Pro Life.

ntar ada bom klinik aborsi lagi lho kalo bandel emoticon-Big Grin emoticon-Big Grin
Diubah oleh i.love.usa 26-01-2017 03:00
sebelahblog
anasabila
anasabila dan sebelahblog memberi reputasi
2
5.3K
38
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita Luar Negeri
Berita Luar NegeriKASKUS Official
79.3KThread11.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.