- Beranda
- Berita dan Politik
2 Mahasiswa UII Meninggal Saat Diksar Mapala di Lereng Lawu
...
TS
Klonengannya
2 Mahasiswa UII Meninggal Saat Diksar Mapala di Lereng Lawu
Quote:
Liputan6.com, Yogyakarta - Dua mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta meninggal dunia usai mengikuti The Great Camping (TGC) atau kegiatan rutin Pendidikan Dasar (Diksar) Unit Kegiatan Mahasiswa Mapala UII. Dua mahasiswa itu Muhammad Fadhli dan Syaits Asyam mengembuskan napas terakhir dalam diksar tahunan ke-37.
Kegiatan Diksar Mapala UII yang diikuti 37 peserta terdiri dari 34 laki-laki dan tiga perempuan, itu berlangsung di lereng selatan Gunung Lawu, Tawangmangu, Jawa Tengah.
"Muhammad Fadhli, mahasiswa Teknik Elektro angkatan 2015, wafat pada hari Jumat, 20 Januari 2017, dalam perjalanan menuju RSUD Karanganyar. Sementara, mahasiswa kedua atas nama Syaits Asyam, program studi Teknik Industri angkatan 2015, meninggal dunia pada hari Sabtu, 21 Januari 2017, setelah sempat dirawat di RS Bethesda," demikian rilis yang diterima Liputan6.com, Minggu (22/1/2017).
Rektor UII, Harsoyo, membenarkan jika ada dua mahasiswa yang meninggal dunia dalam TGC yang digelar pada 13-20 Januari 2017. Ia mengaku juga sudah menyiapkan tim investigasi untuk menyelidiki kejadian sebenarnya. Tim ini terdiri dari unsur pimpinan UII, bidang kemahasiswaan, bidang medis forensik, dan bidang hukum.
Harsoyo mengatakan pula, acara TGC memang dilaksanakan setiap tahun. Kegiatan ini dilaksanakan dengan sepengetahuan pihak universitas dan dijalankan sesuai prosedur formal yang berlaku di internal UII. Di mana ada proposal ke pihak universitas, dan juga ada penanggung jawab dari pihak panitia, ada susunan panitia dan jadwal acara.
Selain itu, menurut dia, ada pula surat izin orangtua peserta, ada validasi kesiapan peserta dari sisi kesehatan. Sebab, peserta wajib melakukan tes kesehatan dan surat keterangan sehat dari dokter.
"Sebelum pelaksanaan setiap tahap kegiatan TGC ada pemeriksaan tim medis bekerja sama dengan tim medis UNS," tutur Rektor UII.
Harsoyo menegaskan, UII berkomitmen untuk bekerja sama dengan semua pihak demi mengungkap kebenaran atas wafatnya kedua mahasiswa tersebut. UII juga akan menindak tegas siapa pun yang terlibat. Terutama, bila terbukti terjadi penyimpangan prosedur saat pelaksanaan TGC.
"Apabila terbukti terjadi penyimpangan, maka seluruh kegiatan (termasuk pendidikan dasar seperti TGC) akan dibekukan sampai ada komitmen untuk perbaikan mekanisme pelaksanaan kegiatan sesuai dengan prosedur dan kembali sesuai dengan tujuan awal, yaitu membentuk jiwa patriotik dan nilai-nilai kemandirian, kecintaan terhadap alam, dan tanpa kekerasan," Harsoyo memungkasi penjelasan mengenai kematian dua mahasiswa UII Yogyakarta tersebut. Sum-ber
Kegiatan Diksar Mapala UII yang diikuti 37 peserta terdiri dari 34 laki-laki dan tiga perempuan, itu berlangsung di lereng selatan Gunung Lawu, Tawangmangu, Jawa Tengah.
"Muhammad Fadhli, mahasiswa Teknik Elektro angkatan 2015, wafat pada hari Jumat, 20 Januari 2017, dalam perjalanan menuju RSUD Karanganyar. Sementara, mahasiswa kedua atas nama Syaits Asyam, program studi Teknik Industri angkatan 2015, meninggal dunia pada hari Sabtu, 21 Januari 2017, setelah sempat dirawat di RS Bethesda," demikian rilis yang diterima Liputan6.com, Minggu (22/1/2017).
Rektor UII, Harsoyo, membenarkan jika ada dua mahasiswa yang meninggal dunia dalam TGC yang digelar pada 13-20 Januari 2017. Ia mengaku juga sudah menyiapkan tim investigasi untuk menyelidiki kejadian sebenarnya. Tim ini terdiri dari unsur pimpinan UII, bidang kemahasiswaan, bidang medis forensik, dan bidang hukum.
Harsoyo mengatakan pula, acara TGC memang dilaksanakan setiap tahun. Kegiatan ini dilaksanakan dengan sepengetahuan pihak universitas dan dijalankan sesuai prosedur formal yang berlaku di internal UII. Di mana ada proposal ke pihak universitas, dan juga ada penanggung jawab dari pihak panitia, ada susunan panitia dan jadwal acara.
Selain itu, menurut dia, ada pula surat izin orangtua peserta, ada validasi kesiapan peserta dari sisi kesehatan. Sebab, peserta wajib melakukan tes kesehatan dan surat keterangan sehat dari dokter.
"Sebelum pelaksanaan setiap tahap kegiatan TGC ada pemeriksaan tim medis bekerja sama dengan tim medis UNS," tutur Rektor UII.
Harsoyo menegaskan, UII berkomitmen untuk bekerja sama dengan semua pihak demi mengungkap kebenaran atas wafatnya kedua mahasiswa tersebut. UII juga akan menindak tegas siapa pun yang terlibat. Terutama, bila terbukti terjadi penyimpangan prosedur saat pelaksanaan TGC.
"Apabila terbukti terjadi penyimpangan, maka seluruh kegiatan (termasuk pendidikan dasar seperti TGC) akan dibekukan sampai ada komitmen untuk perbaikan mekanisme pelaksanaan kegiatan sesuai dengan prosedur dan kembali sesuai dengan tujuan awal, yaitu membentuk jiwa patriotik dan nilai-nilai kemandirian, kecintaan terhadap alam, dan tanpa kekerasan," Harsoyo memungkasi penjelasan mengenai kematian dua mahasiswa UII Yogyakarta tersebut. Sum-ber
bisa sampe dua orang yg meninggal, emang diklat model apa sih
Sebelum Tewas, Mapala UII Sebut Nama Penganiaya di Gunung Lawu
Quote:
Yogyakarta - Sri Handayani (47), ibunda Asyits Asyam (21), sempat berkomunikasi dengan putranya untuk terakhir kali. Dalam kesempatan itu, Handayani bertanya apa dan siapa yang menyebabkan mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII) tersebut tergolek tak berdaya.
"Dia (Asyam) cerita kronologinya dan saya catat di kertas. Asyam cerita kalau punggungnya disabeti pakai rotan, lehernya berat karena membawa air terlalu banyak, punggung dipukuli 10 kali, diinjak. Dia bilang sakit," kata Sri kepada wartawan di rumahnya di Kelurahan Caturharjo, Kecamatan Sleman, Kabupaten Sleman, Senin (23/1/2017).
Handayani berusaha tegar dan bertanya, kemudian mencatat setiap jawaban Asyam di selembar kertas atas saran seorang dokter. Asyam, kata Handayani, juga berusaha menjawab, meski kondisinya sangat lemah.
"Saya tanya, (dipukuli) siapa? Lalu Asyam sebut nama Yudi," imbuhnya.
Tak hanya itu, dengan kemampuan bicaranya yang terbatas, Asyam juga sempat meminta maaf kepada ibunya.
"Tangan saya diciumi terus sama Asyam. Saya antar dia saat sakaratul maut, dia minta diputar (posisi tubuhnya) ingin menghadap ke saya," kata Handayani sambil terisak.
Hingga saat itu, Handayani juga belum ditemui satu pun panitia The Great Camping (TGC). Pada Sabtu (21/1) sore, barulah Handayani bertemu dengan seorang mahasiswa yang mengantarkan putra tunggalnya itu ke RS Bethesda.
"Saya lupa namanya. Tapi katanya, Asyam sampai ke kampus (pulang dari Lereng Gunung Lawu) diare. Makanya diantar ke RS Bethesda," imbuhnya.
Paman Asyam, Seno Aji (57), menyampaikan pihak keluarga sangat menyayangkan peristiwa ini. Ditambah lagi hingga saat ini pihak kampus belum menemui keluarga untuk menjelaskan apa yang terjadi saat TGC di lereng Gunung Lawu sehingga Asyam meninggal dunia.
"Jadi sama saja saya dengan Mbak dan Mas (wartawan). Kami hanya tahu dari katanya-katanya. Dan kalau saja ibunya telat datang ke rumah sakit, kita tidak akan tahu apa. Karena Asyam sempat cerita langsung ke ibunya, sebelum dia meninggal," urai Seno.
Paman Asyam yang lain, Lilik Margono (51), juga mempertanyakan tak ada satu pun dari pihak panitia yang menghubungi keluarga saat Asyam dibawa ke rumah sakit. Keluarga justru dapat kabar dari seorang teman Asyam yang tidak mengikuti kegiatan TGC.
"Kenapa dibawa ke rumah sakit, kok tidak menghubungi keluarga? Padahal di surat izin keluarga, sudah ada nomor HP yang bisa dihubungi jika terjadi apa-apa," ujar Lilik. Sum-ber
(sip/idh)
"Dia (Asyam) cerita kronologinya dan saya catat di kertas. Asyam cerita kalau punggungnya disabeti pakai rotan, lehernya berat karena membawa air terlalu banyak, punggung dipukuli 10 kali, diinjak. Dia bilang sakit," kata Sri kepada wartawan di rumahnya di Kelurahan Caturharjo, Kecamatan Sleman, Kabupaten Sleman, Senin (23/1/2017).
Handayani berusaha tegar dan bertanya, kemudian mencatat setiap jawaban Asyam di selembar kertas atas saran seorang dokter. Asyam, kata Handayani, juga berusaha menjawab, meski kondisinya sangat lemah.
"Saya tanya, (dipukuli) siapa? Lalu Asyam sebut nama Yudi," imbuhnya.
Tak hanya itu, dengan kemampuan bicaranya yang terbatas, Asyam juga sempat meminta maaf kepada ibunya.
"Tangan saya diciumi terus sama Asyam. Saya antar dia saat sakaratul maut, dia minta diputar (posisi tubuhnya) ingin menghadap ke saya," kata Handayani sambil terisak.
Hingga saat itu, Handayani juga belum ditemui satu pun panitia The Great Camping (TGC). Pada Sabtu (21/1) sore, barulah Handayani bertemu dengan seorang mahasiswa yang mengantarkan putra tunggalnya itu ke RS Bethesda.
"Saya lupa namanya. Tapi katanya, Asyam sampai ke kampus (pulang dari Lereng Gunung Lawu) diare. Makanya diantar ke RS Bethesda," imbuhnya.
Paman Asyam, Seno Aji (57), menyampaikan pihak keluarga sangat menyayangkan peristiwa ini. Ditambah lagi hingga saat ini pihak kampus belum menemui keluarga untuk menjelaskan apa yang terjadi saat TGC di lereng Gunung Lawu sehingga Asyam meninggal dunia.
"Jadi sama saja saya dengan Mbak dan Mas (wartawan). Kami hanya tahu dari katanya-katanya. Dan kalau saja ibunya telat datang ke rumah sakit, kita tidak akan tahu apa. Karena Asyam sempat cerita langsung ke ibunya, sebelum dia meninggal," urai Seno.
Paman Asyam yang lain, Lilik Margono (51), juga mempertanyakan tak ada satu pun dari pihak panitia yang menghubungi keluarga saat Asyam dibawa ke rumah sakit. Keluarga justru dapat kabar dari seorang teman Asyam yang tidak mengikuti kegiatan TGC.
"Kenapa dibawa ke rumah sakit, kok tidak menghubungi keluarga? Padahal di surat izin keluarga, sudah ada nomor HP yang bisa dihubungi jika terjadi apa-apa," ujar Lilik. Sum-ber
(sip/idh)
dipukulin pake rotan bray
Klarifikasi dari pihak UII
Quote:
Original Posted By mzuquare►Udah lah kalian disini kagak usah komen yang ga jelas. Udah pada OOT ndak nyambung. Seumpama bener juga ga ada yang denger. Waktu kalian terbuang sia sia kan capek ngetik. Saya mahasiswa FTI UII (bukan anggota mapala). Kalian tuh kalo ga ngerti ga usah sok sok ikutan ngomong sampek bawa bawa turun kan rektor dkk karena itu nggak nyambung sama sekali. Kalo soal rektor memberi ijin, ya sewajarnya. Karena ijinnya diksar bukan pukul pukulan. Yang salah adalah senior yang menyiksa bukan Rektor, dekan, kajur, mahasiswa dll. Hanya oknum. Paham? Oke lanjut.. UII udah bikin tim buat mengusut kejadian ini. Tim ini bersifat internal dan tidak mempengaruhi hasil dari pihak berwajib. UII juga memfasilitasi seluruh biaya peserta TGC dan orang tua yang mendampingi ke jogja terpasuk biaya transport.
Selengkapnya :
http://www.uii.ac.id/content/view/4505/257/
http://www.uii.ac.id/content/view/4507/257/
JADI JANGAN SOK IDE KALO KOMEN!!!!
Selengkapnya :
http://www.uii.ac.id/content/view/4505/257/
http://www.uii.ac.id/content/view/4507/257/
JADI JANGAN SOK IDE KALO KOMEN!!!!
tien212700 memberi reputasi
1
27.2K
Kutip
202
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
681.3KThread•49.1KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya