TS
angelot
[GontaGantiHape.com] REVIEW - HTC One E8 Dual-sim (Asia Version)
Dear KASKUSERs, ijin share artikel review sederhana lagi ya, semoga bisa memberi manfaat atau minimal jadi hiburan buat rekan semua.
Sebagian gambar/foto saya tidak cantumkan di sini, supaya tidak memberatkan.
Lengkapnya silakan cek di artikel sumber:
Enjoy
---------------------------
Beberapa waktu lalu, saya dikejutkan dengan munculnya HTC One E8 versi garansi distributor di salah satu marketplace langganan. Namun harga yang belum cukup menarik, serta masih merasa nyaman dengan sang mantan performa Lenovo VIBE S1, menjadi dua alasan utama saya untuk belum tergerak meminang smartphone yang harga resminya saat dirilis di Indonesia mencapai angka tujuh setengah juta Rupiah itu.
Hingga pada satu hari, saya menemukan beberapa seller lain turut menjual produk ini di Elevenia. Tak tanggung-tanggung, tiga seller sekaligus memasang harga yang sama untuk HTC One E8 versi garansi ditsributor. Harga yang apabila saya terapkan voucher diskon, menghasilkan total yang harus dibayar sebesar Rp 3.074.000,- saja.
Pengecekan berlanjut kepada data ketiga seller. Ini adalah hal yang wajib dilakukan saat hendak membeli barang secara online. Selalu lihat reputasi sang penjual! Naga-naganya ketiga seller ini memang berada dalam satu bendera yang sama, ini terlihat dari alamat pengiriman yang persis sama. iPhone Cellular, Apple Cellular, dan Lexashop, sama-sama menggunakan sebuah alamat pengiriman dari daerah Cideng, Jakarta Barat, dekat ITC Roxy Mas. Saya perhatikan sudah ada beberapa ulasan positif untuk produk yang mereka jual, kebanyakan sih smartphone garansi distributor. Kalau tidak iPhone seri lama, maka seri-seri smartphone keluaran Xiaomi-lah yang nampak sudah mendapatkan ulasan dari pembeli. Dalam pencarian lebih lanjut, saya temukan Lexashop juga menjual HTC One E8 ini di Lazada, bagi Anda yang lebih suka berbelanja di sana, silakan klik link ini.
Tugas selanjutnya adalah memilih pasangan hidup warna. Total ada empat pilihan warna yang kesemuanya menarik hati. Ada pilihan warna putih dan merah untuk bahan glossy, serta abu tua dan biru untuk yang mempunyai sentuhan akhir doff. Pilihan ini malah lebih banyak dibandingkan dengan pilihan warna yang terdapat pada HTC One E8 garansi resmi yang hanya sebatas putih dan abu tua. Setelah berkutat dengan Google Images, saya putuskan untuk mengambil warna biru. Kombinasi biru tua pada body, dengan aksen biru neon metalik pada sekitar lensa kamera dan LED flash, membuat bagian belakang HTC One E8 ini terlihat super catchy.
Oh ya, kelak ada satu hal lagi yang justru takkan Anda temukan pada HTC One E8 garansi resmi. Apakah itu? Pastikan saja Anda membaca tulisan ini hingga tuntas ya, biar tidak menyesal.
Warna sudah saya tetapkan. Tinggal memilih mau beli dari seller yang mana. Satu-persatu saya cek bagian tanya jawabnya, nampak sudah ada yang mempertanyakan spesifikasinya. Dual-sim apa tidak, refurbished atau bukan, garansi mana, hingga kenapa harga bisa semurah itu. Dari kompilasi jawaban yang diberikan seller, didapat informasi bahwa HTC One E8 ini aslinya garansi Singapore, di-backup dengan garansi distributor lokal, dual-sim, BNIB, dan bisa murah karena seller mengaku sebagai distributor langsung.
Pesanan pun dilakukan kepada iPhone Celluler karena seller ini yang memberikan opsi memilih warna via sistem Elevenia (bukan via catatan pembelian). Pembayaran kali ini lagi-lagi menggunakan Mandiri Clickpay. Sebelumnya sempat saya pilih pembayaran via ATM, mengamankan stok selagi menunggu jandanya Gista Putri galau di hati hilang. Tak lupa saya mengirimkan pesan kepada seller agar segera diproses pengirimannya.
Pesanan kemudian datang dua hari berselang. Ini adalah saatnya mengecek apakah barangnya refurbished atau bukan. Satu kekhawatiran hilang, karena tadinya saya cukup deg-degan ketika memutuskan membayar pesanan ini. Saya takut ini adalah seller abal-abal yang seringkali tidak mengirimkan pesanan pembelinya. Sampai pada tahap ini, bisa dikatakan seller memang benar niat berjualan.
Unboxing HTC One E8 Garansi Distributor Indonesia
Dari penampilan kemasannya sih meyakinkan. Isi di dalam kotak pun benar terasa baru. Hanya ada dua yang tak saya dapatkan, kartu garansi dan buku petunjuk penggunaan asli milik HTC. Jika benar pengakuan seller bahwa ini adalah garansi Singapore, seharusnya ada kartu garansi HTC berbahasa Inggris dalam paket penjualan. Namun, kenyataannya saya hanya dapat menemukan kartu garansi Platinum supported by Bless, pemain lama di dunia Blackberry dan iPhone garansi distributor.
Kemasan HTC One E8
Setelah mengecek kelengkapan dalam paket penjualan, tak sabar saya pun segera menyalakan HTC One E8 ini untuk pertama kali. Sungguh terasa seperti menyingkap kenangan lama yang sangat dirindukan. FYI, sebelumnya saya adalah pengguna setia beberapa seri smartphone keluaran HTC, mulai dari HTC Chacha, Evo 3D, One X, Desire 616, hingga One M7.
Hanya saja, proses rebooting setelah update selesai dilakukan terasa lama. Mungkin memang untuk mendapatkan apa yang benar-benar kita cintai, selalu butuh penantian dalam waktu yang lama. Sekarang saya mengerti kenapa sampai ada yang bikin lagu Kutunggu Jandamu, ha.. ha.. Okelah, Gista, Aa akan selalu menunggumu. Jangan lupa aja ya pakai krim anti-aging, takutnya nunggunya sampai Gista punya cucu, hiks. Paragraf yang amat sangat tidak penting nih, terimakasih sudah menyempatkan membacanya, ha.. ha..
Saking tak sabarnya, saya bahkan rela tidak membuat video unboxing dari smartphone yang satu ini.
Begitu menyala, saya segera melakukan cek update OTA. Alhamdulillah, ada update kecil. Meskipun kecil namun sangat cukup untuk membuktikan bahwa ini bukan barang abal-abal atau supercopy. Hingga titik ini, saya berani memastikan bahwa HTC One E8 garansi distributor ini betul-betul asli produk HTC (bukan supercopy, selanjutnya saat saya cek IMEI memang benar terdaftar untuk HTC One E8 Asia), dan bukan hasil rekondisi.
Hands-on dan First Impression pada HTC One E8 Garansi Distributor Indonesia
Kesan pertama saat menggunakan produk jajaran teratas HTC lagi, terasa sungguh memuaskan. Kita bahas per-bagian saja ya.
HTC One E8 - bagian atas
HTC One E8 - bagian belakang, keren!
HTC One E8 - speaker di bawah layar menjadi pembeda
HTC One E8 - aksen biru neon pada logo HTC, dan logo NFC
Dimulai dari body HTC One E8. Meskipun terbilang cukup tebal karena mengakomodasi bentuk dual curve pada bagian belakangnya, namun sensasi yang dihasilkannya pada genggaman tangan terasa istimewa. Ergonomis! Beberapa level lebih baik daripada tingkat keergonomisan HTC One M7 dulu. Bahan polikarbonat yang digunakan mampu memberikan kesan yang jauh dari murahan, meskipun pada dasarnya bahan ini tetap plastik. Warna birunya mampu membuat smartphone ini terlihat seperti berbahan metal. Sayangnya, meski bertekstur doff, namun bekas minyak acapkali masih terlihat nangkring pada bagian belakang smartphone ini.
Lanjut ke bagian layar, terlihat begitu vivid, sedikit mengingatkan kepada Xiaomi Mi 4c. Dari dulu HTC selalu menggunakan layar yang dinamai Super LCD, di HTC One E8 ini sudah menggunakan generasi ketiga dari layar tersebut. HTC tidak latah menggunakan layar IPS seperti kebanyakan produsen smartphone lainnya. Layar HTC One E8 mampu beroperasi dengan kontras yang baik pada kondisi pemakaian di luar ruangan dengan sinar matahari yang terik.
Perhatian lebih perlu Anda berikan pada masalah suara yang dihasilkan oleh HTC One E8. Teknologi BoomSound yang dibawanya terdengar menggelegar tanpa tipu-tipu. Kenapa saya bilang demikian? Karena HTC One E8 benar-benar membawa speaker stereo melalui dua set speaker grille yang berada di atas dan bawah layarnya. Dalam beberapa review terakhir saya, sering kita temukan speaker grille yang hanya berfungsi sebagai lubang microfon, atau malah berupa aksesoris semata. Nah, untuk urusan yang satu ini, HTC One E8 mampu mengungguli semua smartphone yang pernah saya tulis ulasannya di blog ini.
Beralih ke performa user interface, smooth adalah kata yang tepat untuk mewakilinya. Jika dibandingkan dengan dua smartphone saya sebelumnya yang juga diotaki oleh Qualcomm Snapdragon 801, maka HTC One E8 ini performanya setingkat dengan Motorola Moto X 2014, dan di atas ASUS Padfone S, namun skor Antutu Benchmark-nya jadi yang paling tinggi dari ketiganya.
Kustomisasi UI ala HTC Sense 6 mampu memberikan sentuhan berbeda pada tampilan Android Lollipop 5.0.2 yang digunakan HTC One E8. Rasanya pas aja gitu, esensinya dapat, tidak berlebih, apalagi sampai memberatkan RAM. Jumlah aplikasi yang dapat dikategorikan sebagai bloatware rasanya masih masuk akal, tidak seperti ASUS yang kelewat rajin membuatkan aplikasi pada smartphone keluaran mereka, he.. he..
Satu hal yang selalu saya sukai dari HTC Sense adalah Task Switcher atau Recent Apps-nya yang dapat ditampilkan dalam bentuk Grid View 3x3. Pilihan Card View ala Android Lollipop dapat Anda pilih pada menu Setting.
Ada satu hal yang khas dari sebuah smartphone flagship yang dibekali processor paling mumpuni pada jamannya seperti HTC One E8 ini. Smartphone flagship selalu dilengkapi fitur yang dapat membantu meningkatkan kualitas hidup para jomblo.
Pertama, jomblo yang memiliki smartphone flagship tentu saja terlihat lebih keren dan pede untuk mencari mangsa.
Kedua, buat yang jomblo dan percaya dirinya tidak terbantu dengan menenteng sebuah smartphone flagship, paling tidak HTC One E8 bisa membantu menghadirkan kehangatan dalam kehidupan mereka. Cukup dipakai bermain game puzzle selama 5 menit, maka para jomblo sudah bisa mendapatkan kehangatan yang pernah hilang dari hidup mereka. If you know what I mean, ha.. ha.. ha..
Satu saran saya, sehabis dipakai bermain game maka jangan langsung dimasukkan ke saku atau kantong celana. Dijamin Anda akan merasakan sensasi seperti ngompol di celana, karena ada sesuatu yang hangat terasa di sekitar pangkal paha, ha.. ha.. ha..
Sebetulnya saya sudah enggan memakai perangkat dengan processor Snapdragon 801. Bukan karena masalah performanya, cuma arsitekturnya saja yang sudah agak ketinggalan zaman. Masih 32-bit gitu lho.
Tapi demi HTC One E8, saya buat pengecualian deh. Asal Anda tahu saja, sebelumnya sudah dua kali saya mencoba menabung guna membeli smartphone yang satu ini, namun selalu setiap uang sudah terkumpul, hati ini berbalik pikir, sayang rasanya menggelontorkan lebih dari enam juta rupiah untuk sebuah smartphone pada waktu itu.
Kali ini, saya telan ludah saya soal Snapdragon 801. Biarlah arsitekturnya masih 32-bit, yang penting mimpi lama saya terwujud. Toh selama RAM-nya masih tak lebih dari 3 GB, arsitektur 32-bit masih mampu mengoptimalkan penggunaan RAM. Lain cerita kalau RAM 4 GB diotaki oleh processor 32-bit, karena arsitektur 32-bit hanya mampu mengelola alamat physical address di memory hingga sekitar 3,5 GB saja.
Hasil Uji Hardware, Sensor, dan Benchmark HTC One E8
Info hardware dihasilkan via aplikasi CPU-Z, sementara info sensor dihasilkan menggunakan software Sensor Box for Android dan hasil benchmark sintetis menggunakan Antutu Benchmark serta Antutu Benchmark 3D disajikan pada gambar di bawah ini.
HTC One E8 - info hardware via CPU-Z
Performa HTC One E8 dalam penggunaan sehari-hari masih sangat mumpuni. Meskipun sering menghasilkan suhu berlebih, performanya dalam multitasking banyak aplikasi maupun bermain game. Kali ini, urusan baterai saya tidak khususkan mengukurnya dikarenakan tampilan battery usage pada HTC Sense kurang dapat menunjukkan berapa lama waktu penggunaan, termasuk Screen-On Time. Namun, dalam pemakaian ala saya, di hari kerja pada umumnya mampu digunakan dari pagi hingga malam saat pulang kerja, bahkan kadang sampai 24 jam. Sementara pada hari libur di mana waktu saya lebih senggang dan lebih banyak menggunakan smartphone, rata-rata saya melakukan pengisian daya sebanyak dua kali dalam sehari.
Hasil Uji Kamera HTC One E8
Hasil pengambilan gambar menggunakan lensa kamera HTC One E8 dapat Anda tinjau pada artikel berikut ini ya.
Plus dan Minus HTC One E8
Saatnya membuat daftar, apa saja yang menjadi plus dan minus dari HTC One E8 ini setelah saya gunakan kurang lebih selama dua minggu sebagai hape utama saya.
Kelebihan HTC One E8:
Kekurangan HTC One E8:
Kesimpulan Akhir dari HTC One E8
Kesimpulan akhir ini mungkin akan terasa sangat hiperbol bagi Anda. Perlu dimaklumi karena saya dapat dikatakan sebagai fans dari brand yang satu ini, meskipun tidak sampai pada level fanatik yang rela mengesampingkan akal sehat untuk perang komentar di kolom komentar pada portal berita sih, ha.. ha..
HTC One E8 tiga jutaan? Nyesel kalo ngga beli!Sudah, itu saja kesimpulan akhir dan rekomendasi saya. Saya rasa itu sudah sangat mewakili maksud saya. Kecele kan? Ha.. ha.. ha..
Bagi yang kurang puas dengan penjelasan saya, silakan lihat kesan saya tentang HTC One E8 ini melalui video yang saya unggah ke Youtube.
Selamat menikmati, saya pun akan kembali menikmati nostalgia saya bersama HTC One E8. Adios.
Sebagian gambar/foto saya tidak cantumkan di sini, supaya tidak memberatkan.
Lengkapnya silakan cek di artikel sumber:
Spoiler for sumber:
Enjoy
---------------------------
Beberapa waktu lalu, saya dikejutkan dengan munculnya HTC One E8 versi garansi distributor di salah satu marketplace langganan. Namun harga yang belum cukup menarik, serta masih merasa nyaman dengan sang mantan performa Lenovo VIBE S1, menjadi dua alasan utama saya untuk belum tergerak meminang smartphone yang harga resminya saat dirilis di Indonesia mencapai angka tujuh setengah juta Rupiah itu.
Hingga pada satu hari, saya menemukan beberapa seller lain turut menjual produk ini di Elevenia. Tak tanggung-tanggung, tiga seller sekaligus memasang harga yang sama untuk HTC One E8 versi garansi ditsributor. Harga yang apabila saya terapkan voucher diskon, menghasilkan total yang harus dibayar sebesar Rp 3.074.000,- saja.
Pengecekan berlanjut kepada data ketiga seller. Ini adalah hal yang wajib dilakukan saat hendak membeli barang secara online. Selalu lihat reputasi sang penjual! Naga-naganya ketiga seller ini memang berada dalam satu bendera yang sama, ini terlihat dari alamat pengiriman yang persis sama. iPhone Cellular, Apple Cellular, dan Lexashop, sama-sama menggunakan sebuah alamat pengiriman dari daerah Cideng, Jakarta Barat, dekat ITC Roxy Mas. Saya perhatikan sudah ada beberapa ulasan positif untuk produk yang mereka jual, kebanyakan sih smartphone garansi distributor. Kalau tidak iPhone seri lama, maka seri-seri smartphone keluaran Xiaomi-lah yang nampak sudah mendapatkan ulasan dari pembeli. Dalam pencarian lebih lanjut, saya temukan Lexashop juga menjual HTC One E8 ini di Lazada, bagi Anda yang lebih suka berbelanja di sana, silakan klik link ini.
Tugas selanjutnya adalah memilih pasangan hidup warna. Total ada empat pilihan warna yang kesemuanya menarik hati. Ada pilihan warna putih dan merah untuk bahan glossy, serta abu tua dan biru untuk yang mempunyai sentuhan akhir doff. Pilihan ini malah lebih banyak dibandingkan dengan pilihan warna yang terdapat pada HTC One E8 garansi resmi yang hanya sebatas putih dan abu tua. Setelah berkutat dengan Google Images, saya putuskan untuk mengambil warna biru. Kombinasi biru tua pada body, dengan aksen biru neon metalik pada sekitar lensa kamera dan LED flash, membuat bagian belakang HTC One E8 ini terlihat super catchy.
Oh ya, kelak ada satu hal lagi yang justru takkan Anda temukan pada HTC One E8 garansi resmi. Apakah itu? Pastikan saja Anda membaca tulisan ini hingga tuntas ya, biar tidak menyesal.
Warna sudah saya tetapkan. Tinggal memilih mau beli dari seller yang mana. Satu-persatu saya cek bagian tanya jawabnya, nampak sudah ada yang mempertanyakan spesifikasinya. Dual-sim apa tidak, refurbished atau bukan, garansi mana, hingga kenapa harga bisa semurah itu. Dari kompilasi jawaban yang diberikan seller, didapat informasi bahwa HTC One E8 ini aslinya garansi Singapore, di-backup dengan garansi distributor lokal, dual-sim, BNIB, dan bisa murah karena seller mengaku sebagai distributor langsung.
Pesanan pun dilakukan kepada iPhone Celluler karena seller ini yang memberikan opsi memilih warna via sistem Elevenia (bukan via catatan pembelian). Pembayaran kali ini lagi-lagi menggunakan Mandiri Clickpay. Sebelumnya sempat saya pilih pembayaran via ATM, mengamankan stok selagi menunggu jandanya Gista Putri galau di hati hilang. Tak lupa saya mengirimkan pesan kepada seller agar segera diproses pengirimannya.
Pesanan kemudian datang dua hari berselang. Ini adalah saatnya mengecek apakah barangnya refurbished atau bukan. Satu kekhawatiran hilang, karena tadinya saya cukup deg-degan ketika memutuskan membayar pesanan ini. Saya takut ini adalah seller abal-abal yang seringkali tidak mengirimkan pesanan pembelinya. Sampai pada tahap ini, bisa dikatakan seller memang benar niat berjualan.
Unboxing HTC One E8 Garansi Distributor Indonesia
Dari penampilan kemasannya sih meyakinkan. Isi di dalam kotak pun benar terasa baru. Hanya ada dua yang tak saya dapatkan, kartu garansi dan buku petunjuk penggunaan asli milik HTC. Jika benar pengakuan seller bahwa ini adalah garansi Singapore, seharusnya ada kartu garansi HTC berbahasa Inggris dalam paket penjualan. Namun, kenyataannya saya hanya dapat menemukan kartu garansi Platinum supported by Bless, pemain lama di dunia Blackberry dan iPhone garansi distributor.
Kemasan HTC One E8
Setelah mengecek kelengkapan dalam paket penjualan, tak sabar saya pun segera menyalakan HTC One E8 ini untuk pertama kali. Sungguh terasa seperti menyingkap kenangan lama yang sangat dirindukan. FYI, sebelumnya saya adalah pengguna setia beberapa seri smartphone keluaran HTC, mulai dari HTC Chacha, Evo 3D, One X, Desire 616, hingga One M7.
Hanya saja, proses rebooting setelah update selesai dilakukan terasa lama. Mungkin memang untuk mendapatkan apa yang benar-benar kita cintai, selalu butuh penantian dalam waktu yang lama. Sekarang saya mengerti kenapa sampai ada yang bikin lagu Kutunggu Jandamu, ha.. ha.. Okelah, Gista, Aa akan selalu menunggumu. Jangan lupa aja ya pakai krim anti-aging, takutnya nunggunya sampai Gista punya cucu, hiks. Paragraf yang amat sangat tidak penting nih, terimakasih sudah menyempatkan membacanya, ha.. ha..
Saking tak sabarnya, saya bahkan rela tidak membuat video unboxing dari smartphone yang satu ini.
Begitu menyala, saya segera melakukan cek update OTA. Alhamdulillah, ada update kecil. Meskipun kecil namun sangat cukup untuk membuktikan bahwa ini bukan barang abal-abal atau supercopy. Hingga titik ini, saya berani memastikan bahwa HTC One E8 garansi distributor ini betul-betul asli produk HTC (bukan supercopy, selanjutnya saat saya cek IMEI memang benar terdaftar untuk HTC One E8 Asia), dan bukan hasil rekondisi.
Hands-on dan First Impression pada HTC One E8 Garansi Distributor Indonesia
Kesan pertama saat menggunakan produk jajaran teratas HTC lagi, terasa sungguh memuaskan. Kita bahas per-bagian saja ya.
HTC One E8 - bagian atas
HTC One E8 - bagian belakang, keren!
HTC One E8 - speaker di bawah layar menjadi pembeda
HTC One E8 - aksen biru neon pada logo HTC, dan logo NFC
Dimulai dari body HTC One E8. Meskipun terbilang cukup tebal karena mengakomodasi bentuk dual curve pada bagian belakangnya, namun sensasi yang dihasilkannya pada genggaman tangan terasa istimewa. Ergonomis! Beberapa level lebih baik daripada tingkat keergonomisan HTC One M7 dulu. Bahan polikarbonat yang digunakan mampu memberikan kesan yang jauh dari murahan, meskipun pada dasarnya bahan ini tetap plastik. Warna birunya mampu membuat smartphone ini terlihat seperti berbahan metal. Sayangnya, meski bertekstur doff, namun bekas minyak acapkali masih terlihat nangkring pada bagian belakang smartphone ini.
Lanjut ke bagian layar, terlihat begitu vivid, sedikit mengingatkan kepada Xiaomi Mi 4c. Dari dulu HTC selalu menggunakan layar yang dinamai Super LCD, di HTC One E8 ini sudah menggunakan generasi ketiga dari layar tersebut. HTC tidak latah menggunakan layar IPS seperti kebanyakan produsen smartphone lainnya. Layar HTC One E8 mampu beroperasi dengan kontras yang baik pada kondisi pemakaian di luar ruangan dengan sinar matahari yang terik.
Perhatian lebih perlu Anda berikan pada masalah suara yang dihasilkan oleh HTC One E8. Teknologi BoomSound yang dibawanya terdengar menggelegar tanpa tipu-tipu. Kenapa saya bilang demikian? Karena HTC One E8 benar-benar membawa speaker stereo melalui dua set speaker grille yang berada di atas dan bawah layarnya. Dalam beberapa review terakhir saya, sering kita temukan speaker grille yang hanya berfungsi sebagai lubang microfon, atau malah berupa aksesoris semata. Nah, untuk urusan yang satu ini, HTC One E8 mampu mengungguli semua smartphone yang pernah saya tulis ulasannya di blog ini.
Beralih ke performa user interface, smooth adalah kata yang tepat untuk mewakilinya. Jika dibandingkan dengan dua smartphone saya sebelumnya yang juga diotaki oleh Qualcomm Snapdragon 801, maka HTC One E8 ini performanya setingkat dengan Motorola Moto X 2014, dan di atas ASUS Padfone S, namun skor Antutu Benchmark-nya jadi yang paling tinggi dari ketiganya.
Kustomisasi UI ala HTC Sense 6 mampu memberikan sentuhan berbeda pada tampilan Android Lollipop 5.0.2 yang digunakan HTC One E8. Rasanya pas aja gitu, esensinya dapat, tidak berlebih, apalagi sampai memberatkan RAM. Jumlah aplikasi yang dapat dikategorikan sebagai bloatware rasanya masih masuk akal, tidak seperti ASUS yang kelewat rajin membuatkan aplikasi pada smartphone keluaran mereka, he.. he..
Satu hal yang selalu saya sukai dari HTC Sense adalah Task Switcher atau Recent Apps-nya yang dapat ditampilkan dalam bentuk Grid View 3x3. Pilihan Card View ala Android Lollipop dapat Anda pilih pada menu Setting.
Ada satu hal yang khas dari sebuah smartphone flagship yang dibekali processor paling mumpuni pada jamannya seperti HTC One E8 ini. Smartphone flagship selalu dilengkapi fitur yang dapat membantu meningkatkan kualitas hidup para jomblo.
Pertama, jomblo yang memiliki smartphone flagship tentu saja terlihat lebih keren dan pede untuk mencari mangsa.
Kedua, buat yang jomblo dan percaya dirinya tidak terbantu dengan menenteng sebuah smartphone flagship, paling tidak HTC One E8 bisa membantu menghadirkan kehangatan dalam kehidupan mereka. Cukup dipakai bermain game puzzle selama 5 menit, maka para jomblo sudah bisa mendapatkan kehangatan yang pernah hilang dari hidup mereka. If you know what I mean, ha.. ha.. ha..
Satu saran saya, sehabis dipakai bermain game maka jangan langsung dimasukkan ke saku atau kantong celana. Dijamin Anda akan merasakan sensasi seperti ngompol di celana, karena ada sesuatu yang hangat terasa di sekitar pangkal paha, ha.. ha.. ha..
Sebetulnya saya sudah enggan memakai perangkat dengan processor Snapdragon 801. Bukan karena masalah performanya, cuma arsitekturnya saja yang sudah agak ketinggalan zaman. Masih 32-bit gitu lho.
Tapi demi HTC One E8, saya buat pengecualian deh. Asal Anda tahu saja, sebelumnya sudah dua kali saya mencoba menabung guna membeli smartphone yang satu ini, namun selalu setiap uang sudah terkumpul, hati ini berbalik pikir, sayang rasanya menggelontorkan lebih dari enam juta rupiah untuk sebuah smartphone pada waktu itu.
Kali ini, saya telan ludah saya soal Snapdragon 801. Biarlah arsitekturnya masih 32-bit, yang penting mimpi lama saya terwujud. Toh selama RAM-nya masih tak lebih dari 3 GB, arsitektur 32-bit masih mampu mengoptimalkan penggunaan RAM. Lain cerita kalau RAM 4 GB diotaki oleh processor 32-bit, karena arsitektur 32-bit hanya mampu mengelola alamat physical address di memory hingga sekitar 3,5 GB saja.
Hasil Uji Hardware, Sensor, dan Benchmark HTC One E8
Info hardware dihasilkan via aplikasi CPU-Z, sementara info sensor dihasilkan menggunakan software Sensor Box for Android dan hasil benchmark sintetis menggunakan Antutu Benchmark serta Antutu Benchmark 3D disajikan pada gambar di bawah ini.
Spoiler for sensor dan antutu:
HTC One E8 - info hardware via CPU-Z
Performa HTC One E8 dalam penggunaan sehari-hari masih sangat mumpuni. Meskipun sering menghasilkan suhu berlebih, performanya dalam multitasking banyak aplikasi maupun bermain game. Kali ini, urusan baterai saya tidak khususkan mengukurnya dikarenakan tampilan battery usage pada HTC Sense kurang dapat menunjukkan berapa lama waktu penggunaan, termasuk Screen-On Time. Namun, dalam pemakaian ala saya, di hari kerja pada umumnya mampu digunakan dari pagi hingga malam saat pulang kerja, bahkan kadang sampai 24 jam. Sementara pada hari libur di mana waktu saya lebih senggang dan lebih banyak menggunakan smartphone, rata-rata saya melakukan pengisian daya sebanyak dua kali dalam sehari.
Hasil Uji Kamera HTC One E8
Hasil pengambilan gambar menggunakan lensa kamera HTC One E8 dapat Anda tinjau pada artikel berikut ini ya.
Spoiler for hasil kamera:
Plus dan Minus HTC One E8
Saatnya membuat daftar, apa saja yang menjadi plus dan minus dari HTC One E8 ini setelah saya gunakan kurang lebih selama dua minggu sebagai hape utama saya.
Kelebihan HTC One E8:
- Looks, looks, looks! Anda tidak akan habisnya mengagumi desain HTC One E8.
- Ergonomis.
- Top build quality.
- Kualitas audio BoomSound yang dihasilkan dual stereo front-speaker.
- Layar kelas atas, Super LCD 3.
- Performa masih mumpuni, meskipun menggunakan spesifikasi ala dua tahun lalu.
- Dual-sim.
- Slot micro-SD mandiri alias terpisah atau tidak makan slot sim-card, mendukung hingga kapasitas 128 GB.
- HTC Sense.
Kekurangan HTC One E8:
- Percaya atau tidak, HTC One E8 yang resmi beredar di Indonesia tidak mendukung jaringan 4G! Untungnya yang versi distributor ini adalah versi Asia yang sudah saya uji dapat terhubung ke jaringan XL 4G (1800 MHz).
- Hanya kalangan tertentu yang tahu gengsi dari brand HTC. Sebagian besar mungkin mengira ini adalah merk lokal yang tak jelas.
- Slot sim-card kedua hanya dapat mengakses jaringan 2G, perlu menukar posisi kedua sim-card untuk mengubah sim-card yang dapat mengakses jaringan internet cepat.
- Kualitas hasil kamera, rasanya angin-anginan.
- Body sering terasa hangat, konsekuensi dari processor dengan clock tinggi.
Kesimpulan Akhir dari HTC One E8
Kesimpulan akhir ini mungkin akan terasa sangat hiperbol bagi Anda. Perlu dimaklumi karena saya dapat dikatakan sebagai fans dari brand yang satu ini, meskipun tidak sampai pada level fanatik yang rela mengesampingkan akal sehat untuk perang komentar di kolom komentar pada portal berita sih, ha.. ha..
HTC One E8 tiga jutaan? Nyesel kalo ngga beli!Sudah, itu saja kesimpulan akhir dan rekomendasi saya. Saya rasa itu sudah sangat mewakili maksud saya. Kecele kan? Ha.. ha.. ha..
Bagi yang kurang puas dengan penjelasan saya, silakan lihat kesan saya tentang HTC One E8 ini melalui video yang saya unggah ke Youtube.
Selamat menikmati, saya pun akan kembali menikmati nostalgia saya bersama HTC One E8. Adios.
0
18.2K
39
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Android
29.5KThread•15KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya