GP Ansor Banten Waspadai Peredaran Surat Dukungan Rizieq Shihab

JAKARTA (IGS BERITA) – Pimpinan Wilayah GP Ansor Banten mewaspadai beredarnya surat dukungan untuk menjadikan pentolan Front Pembela Islam (FPI), Rizieq Shihab, sebagai imam besar umat Islam Indonesia.

Ketua GP Ansor Banten, Ahmad Nuri, mengatakan, pihaknya menolak surat tersebut, dan meminta kepada umat Islam Indonesia, khususnya Banten, untuk tetap menguatkan ukhuwwah Islamiyah, ukhuwwah insaniyah, dan ukhuwwah wathaniyah dengan tetap menjaga komitmen sebagai kaum yang menjunjung tinggi nilai-nilai Islam rahmatan lil alamin.

“Kami meminta kepada umat Islam untuk tidak menanggapi surat dukungan tersebut, juga memohon agar MUI (Majelis Ulama Indonesia) menelusuri dan melakukan tabayyun terhadap Habib Rizieq sebagai imam besar yang justru telah meresahkan umat Islam,” kata Nuri di Sekretariat GP Ansor Banten, Perumahan Ciceri Permai, Kota Serang, Banten, Senin (9/1).

Penolakan GP Ansor Banten itu merujuk pada sejarah panjang umat Islam di Indonesia, yang sejak awal tidak pernah mengenal istilah imam besar.

Sementara, melalui blangko surat pernyataan dukungan yang tersebar di media sosial dan masyarakat, terkandung desakan yang seolah-olah mengharuskan kaum muslim untuk mendukung Rizieq Shihab menjadi Imam Besar Umat Islam Indonesia.

Disebutkan di sana, pengisi blangko surat dukungan itu menyatakan sepakat untuk mengangkat: DR. Habib Muhammad Rizieq Shihab, Lc., MA., DPMSS., sebagai Imam Besar Umat Islam Indonesia dan berjanji setia atas perintah dan larangannya yang sesuai dengan syari’ah Allah SWT dan Rasul-Nya.

Pada blangko kosong tersebut, sudah tercetak tanggal pembuatan pernyataannya adalah: Pandeglang-Banten, 04 Januari 2017.

“Dalam perkembangan sejarah Islam di Indonesia, tidak dikenal terminologi imam besar umat Islam Indonesia,” kata Nuri.

Bahkan, lanjut Nuri, pihaknya mendukung pemerintah dan aparat penegak hukum untuk melakukan langkah-langkah strategis demi terciptanya kedamaian dan kondusivitas masyarakat di Provinsi Banten terkait peredaran surat dukungan tersebut.

“Pasalnya, kalau hal-hal seperti ini terus berlanjut, artinya ada surat dukungan, pasti ke depan bakal muncul juga surat penolakan,” kata Nuri lagi.

Sementara itu, Sekretaris GP Ansor Banten, Tb. Adam Marifat, menilai, dukungan tersebut murni sarat muatan politis. Bukan politik praktis, namun lebih pada politik ideologis. Karena, muatannya tidak sekadar keindonesiaan, tapi juga ada tumpangan-tumpangan dari dunia internasional terhadap keislaman di Indonesia.

“Kita tidak pernah mengenal istilah imam besar dalam keislaman kita. Di Al Quran tidak ada, tidak ada juga aturan dari alim ulama dan rujukan yang mengharuskan kehadiran imam besar. Jadi, motif dukungan Habib Rizieq sebagai imam besar ini, menurut saya, adalah motif politik. Karena, kalau secara syar’i atau agama, itu sama sekali tidak mempunyai dasar,” kata Adam.

Ia menegaskan, berbicara kiblat keumatan di Indonesia, sejarah mencatat bahwa Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah merupakan organisasi kemasyarakatan yang menjaga keislaman dan keindonesiaan.

Tidak ada dari kedua ormas tersebut yang mengharuskan hadirnya imam besar. Tidak ada juga dari para nenek moyang Islam di Indonesia yang mengharuskan adanya imam besar.

“Menurut saya, sekarang umat Islam itu sebaiknya jangan terlalu berpolitik. Karena, tugas kita adalah mengurusi pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan. Itu yang paling utama. Para santri dulu memerdekakan Indonesia, berjuang merdeka, agar mampu berdampingan dengan sesama umat Islam atau non-Muslim untuk mencapai kesejahteraan dan kecerdasan, kemudian agar toleransi dan pola hidup berdampingan itu hadir di Indonesia secara sah dilindungi oleh negara,” kata Adam. (yhr)