- Beranda
- The Lounge
Jangan Jadi "Manusia Otomatis". Konsep Sederhana Menuju Indonesia Lebih Baik
...
TS
RhezaKings
Jangan Jadi "Manusia Otomatis". Konsep Sederhana Menuju Indonesia Lebih Baik
Halo Kaskuspreneur, salam sukses!!
Manusia otomatis sepertinya tidak memanfaatkan ruangyang diberikan Tuhan, antara stimulus dan respons. Atau mungkin... hanya belum sadar aja?
Sumber bacaan: Digitalinbro.com
(belajar bisnis gak pake susah)
Quote:
Quote:
Jangan Jadi ‘Manusia Otomatis’. 1 Konsep Sederhana Menuju Indonesia Lebih Baik
Quote:
Gua cukup yakin bahwa masih sangat sering dari kita, gak sadar dengan hal yang akan dibahas dalam tulisan singkat ini.
Padahal, apa yang akan gua bahas di sini adalah salah satu hal yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin.
Ya, tuntutan seorang entrepreneur untuk bisa meraih kesuksesan dan kebahagiaan dalam hidup.
Padahal, apa yang akan gua bahas di sini adalah salah satu hal yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin.
Ya, tuntutan seorang entrepreneur untuk bisa meraih kesuksesan dan kebahagiaan dalam hidup.
Quote:
Kalau kita menyadari...
Akhir - akhir ini di media sosial lagi kebanjiran dengan hal yang berbau hoax dan provokasi. Entah itu yang berbentuk video, foto, atau berita. Entah itu yang berbau agama, politik, atau ras.
Di luar itu, yang jadi pertanyaan adalah; kenapa masalah seperti ini, khususnya di media sosial mampu dengan mudahnya memengaruhi (sebagian besar) para penerimanya?
Parahnya lagi, masalah ini hampir gak pandang bulu sama sekali.
Mulai dari yang belum dewasa hingga yang sudah dewasa, dari kaum yang kurang memiliki basis pendidikan, hingga mereka yang punya deretan gelar pendidikan terpandang.
Semuanya pernah menjadi korban berita hoax atau provokasi. Ya, termasuk gua salah satunya.
Akhir - akhir ini di media sosial lagi kebanjiran dengan hal yang berbau hoax dan provokasi. Entah itu yang berbentuk video, foto, atau berita. Entah itu yang berbau agama, politik, atau ras.
Di luar itu, yang jadi pertanyaan adalah; kenapa masalah seperti ini, khususnya di media sosial mampu dengan mudahnya memengaruhi (sebagian besar) para penerimanya?
Parahnya lagi, masalah ini hampir gak pandang bulu sama sekali.
Mulai dari yang belum dewasa hingga yang sudah dewasa, dari kaum yang kurang memiliki basis pendidikan, hingga mereka yang punya deretan gelar pendidikan terpandang.
Semuanya pernah menjadi korban berita hoax atau provokasi. Ya, termasuk gua salah satunya.
Quote:
Akibatnya apa?
Seolah - olah kita bergotong royong, saling menguatkan satu sama lain untuk membela hal yang belum tentu kebenarannya. Bahkan tega menjatuhkan pihak lainnya.
Komentar - komentar pedas mampus dengan mudahnya kita lontarkan kepada orang lain, seolah diri kita lah yang paling benar.
Gua sendiri cukup sedih dan marah melihat apa yang dilakukan beberapa netizen, khususnya, ketika BI meluncurkan beberapa desain mata uang baru.
Mulai dari ‘pahlawan kafir’, sampai pelecehan pada pahlawan di lembar Rp 10,000.
Wah, seolah - olah pahlawan tersebut kalah berjasa dibanding mereka yang mampu berkomentar pedas mampus itu.
Seolah - olah kita bergotong royong, saling menguatkan satu sama lain untuk membela hal yang belum tentu kebenarannya. Bahkan tega menjatuhkan pihak lainnya.
Komentar - komentar pedas mampus dengan mudahnya kita lontarkan kepada orang lain, seolah diri kita lah yang paling benar.
Gua sendiri cukup sedih dan marah melihat apa yang dilakukan beberapa netizen, khususnya, ketika BI meluncurkan beberapa desain mata uang baru.
Mulai dari ‘pahlawan kafir’, sampai pelecehan pada pahlawan di lembar Rp 10,000.
Wah, seolah - olah pahlawan tersebut kalah berjasa dibanding mereka yang mampu berkomentar pedas mampus itu.
Quote:
Quote:
Inilah yang dinamakan ‘manusia otomatis’.
Di luar konteks tadi, banyak juga loh situasi yang membuat kita menjadi manusia otomatis. Bahkan sampai saat ini, gua sendiri termasuk manusia otomatis.
Jadi, apa sih ‘manusia otomatis’ yang dimaksud itu?
Yang mana, kalau ditelusuri lebih lanjut sebenarnya konsep ini ditemukan oleh Stephen Covey dengan gagasannya yakni stimulus-respons:
"Di antara kejadian yang terjadi (stimulus) dan bagaimana cara kita memberikan respons, terdapat kebebasan dalam memilih."
Di luar konteks tadi, banyak juga loh situasi yang membuat kita menjadi manusia otomatis. Bahkan sampai saat ini, gua sendiri termasuk manusia otomatis.
Jadi, apa sih ‘manusia otomatis’ yang dimaksud itu?
Yang mana, kalau ditelusuri lebih lanjut sebenarnya konsep ini ditemukan oleh Stephen Covey dengan gagasannya yakni stimulus-respons:
"Di antara kejadian yang terjadi (stimulus) dan bagaimana cara kita memberikan respons, terdapat kebebasan dalam memilih."
Quote:
Spoiler for Ilustrasinya kalau bingung...:
Manusia otomatis sepertinya tidak memanfaatkan ruangyang diberikan Tuhan, antara stimulus dan respons. Atau mungkin... hanya belum sadar aja?
Quote:
Kehidupan sehari - hari.
Dan konsep ini gak hanya berkaitan dengan berita hoax atau provokasi di media sosial aja, tapi juga dalam kehidupan kita sehari - hari.
Apa yang biasanya dilakukan ketika kita terjebak macet? Bete? Maki - maki pengendara lain? Bunyikan klakson selama mungkin dan berharap macet akan terurai dengan sendirinya?
Gimana kalau tiba - tiba kendaraan kita gak sengaja diserempet oleh pengendara lain? Marah gak karuan lalu berharap agar pengendara tersebut menuruti segala kemauan kita?
Atau mungkin ketika kita lagi menerima bonus, entah itu komisi atau THR, tanpa berpikir panjang kita langsung menghabiskan untuk memenuhi keinginan sesaat.
Ketika bisnis kita sedang berhadapan dengan penawaran kerja sama yang ‘keliatannya’ menguntungkan, karena dikejar nafsu kita langsung meng-iya-kan penawaran tersebut.
Oh ya, gimana ketika kaum wanita, khususnya, melihat barang diskon besar - besaran di mall? Mungkin sebagian besar langsung membeli barang tersebut yang mana gak dibutuhkan sama sekali. Padahal mungkin masih banyak kebutuhan genting dan penting yang harus dipenuhi.
Semua ini merupakan tanda - tanda bahwa kita adalah (masih) manusia otomatis.
Dan konsep ini gak hanya berkaitan dengan berita hoax atau provokasi di media sosial aja, tapi juga dalam kehidupan kita sehari - hari.
Apa yang biasanya dilakukan ketika kita terjebak macet? Bete? Maki - maki pengendara lain? Bunyikan klakson selama mungkin dan berharap macet akan terurai dengan sendirinya?
Gimana kalau tiba - tiba kendaraan kita gak sengaja diserempet oleh pengendara lain? Marah gak karuan lalu berharap agar pengendara tersebut menuruti segala kemauan kita?
Atau mungkin ketika kita lagi menerima bonus, entah itu komisi atau THR, tanpa berpikir panjang kita langsung menghabiskan untuk memenuhi keinginan sesaat.
Ketika bisnis kita sedang berhadapan dengan penawaran kerja sama yang ‘keliatannya’ menguntungkan, karena dikejar nafsu kita langsung meng-iya-kan penawaran tersebut.
Oh ya, gimana ketika kaum wanita, khususnya, melihat barang diskon besar - besaran di mall? Mungkin sebagian besar langsung membeli barang tersebut yang mana gak dibutuhkan sama sekali. Padahal mungkin masih banyak kebutuhan genting dan penting yang harus dipenuhi.
Semua ini merupakan tanda - tanda bahwa kita adalah (masih) manusia otomatis.
Quote:
Memang apa yang bisa kita lakukan?
Begini…
Ketika kita bertemu dengan orang yang sangat menyebalkan, dan kita menjadi marah karenanya, lalu salah siapa?
Mungkin benar salah yang pertama ada pada orang tersebut. Tapi bukan berarti kita yang menjadi marah lepas dari segala kesalahan.
Karena sesuai dengan konsep stimulus-respons ini, kita memiliki beberapa pilihan ketika bertemu dengan teman tersebut.
“Bagaimana sebaiknya kita menghadapi orang yang menjengkelkan ini?”
“Apa akibatnya ketika kita menjadi marah atas perbuatannya?”
“Apakah marah adalah satu - satunya jalan yang terbaik bagi saya dan dia?”
Pertanyaan - pertanyaan seperti ini merupakan bagian dari pemanfaatan ruang antara stimulus dan respons. Waktunya kita berpikir dan memilih respons yang tepat.
Begini…
Ketika kita bertemu dengan orang yang sangat menyebalkan, dan kita menjadi marah karenanya, lalu salah siapa?
Mungkin benar salah yang pertama ada pada orang tersebut. Tapi bukan berarti kita yang menjadi marah lepas dari segala kesalahan.
Karena sesuai dengan konsep stimulus-respons ini, kita memiliki beberapa pilihan ketika bertemu dengan teman tersebut.
“Bagaimana sebaiknya kita menghadapi orang yang menjengkelkan ini?”
“Apa akibatnya ketika kita menjadi marah atas perbuatannya?”
“Apakah marah adalah satu - satunya jalan yang terbaik bagi saya dan dia?”
Pertanyaan - pertanyaan seperti ini merupakan bagian dari pemanfaatan ruang antara stimulus dan respons. Waktunya kita berpikir dan memilih respons yang tepat.
Quote:
Lalu...
Tantangan terberatnya adalah ketika kita dihadapkan dengan situasi yang memicu emosi marah, lalu emosi tersebut semakin dibakar oleh banyaknya orang yang sepihak dan mendukung.
Persis ketika beberapa netizen dengan mudahnya melecehkan Frans Kaisiepo, sang pahlawan yang saat ini nampak pada lembar baru Rp 10,000.
Sekarang kita sudah semakin tau tentang konsep sederhana ini.
Lalu saatnya kita menguji, sudah sampai manakah kualitas diri kita masing - masing?
Tantangan terberatnya adalah ketika kita dihadapkan dengan situasi yang memicu emosi marah, lalu emosi tersebut semakin dibakar oleh banyaknya orang yang sepihak dan mendukung.
Persis ketika beberapa netizen dengan mudahnya melecehkan Frans Kaisiepo, sang pahlawan yang saat ini nampak pada lembar baru Rp 10,000.
Sekarang kita sudah semakin tau tentang konsep sederhana ini.
Lalu saatnya kita menguji, sudah sampai manakah kualitas diri kita masing - masing?
Sumber bacaan: Digitalinbro.com
(belajar bisnis gak pake susah)
Spoiler for Komentar bagus:
Quote:
Original Posted By tjungpawe►Mengapa di Indonesia ini banyak manusia otomatis seperti yang dikatakan TS di atas, manusia otomatis ini tercipta karna doktrin yang secara instan agar manusia menjadi dogma. Solusi dari permasalahan di atas seeprti apa? Dengan cara pengedukasian perawatan nalar di dalam diri manusia, entah itu mau pengedukasian di dlm lingkungan pendidika formal atau pendidikan non formal.
Quote:
Original Posted By kang ajie►yg gw bingung itu kanapa dolar tetep ya gambarnya ga robah² dr jaman duku sampe sekarang ?
dan knapa mudahnya negara kita ganti model desain duit ?
dr pada ganti desain duit, mending dana buat itu dipake mensejahteraken rakyat atau ngebangun area timur sama tengah
sebetulnya ga salah² amat kalo ada yg sampe proes soal duit, karena pahlawan yg tertera mungkin kurang dikenal, harusnya pas jaman pelajaran PSPB dulu ya mbo dikenalken
da pada akhirnya semua jd ga salah, hanya sosialisasi pihak terkait yang kurang, dan kebetulan masyarakat kondisinya you know lah mang TS.
jd bukan cerita masalah mau manusia ostomastis atau manual atau autopilot atau apalah.
andai sosaialisai dr awal, pengenalan tokoh dr awal, gw rasa ga bakal jd kaya gini.
sory TS, IMO
dan knapa mudahnya negara kita ganti model desain duit ?
dr pada ganti desain duit, mending dana buat itu dipake mensejahteraken rakyat atau ngebangun area timur sama tengah
sebetulnya ga salah² amat kalo ada yg sampe proes soal duit, karena pahlawan yg tertera mungkin kurang dikenal, harusnya pas jaman pelajaran PSPB dulu ya mbo dikenalken
da pada akhirnya semua jd ga salah, hanya sosialisasi pihak terkait yang kurang, dan kebetulan masyarakat kondisinya you know lah mang TS.
jd bukan cerita masalah mau manusia ostomastis atau manual atau autopilot atau apalah.
andai sosaialisai dr awal, pengenalan tokoh dr awal, gw rasa ga bakal jd kaya gini.
sory TS, IMO
Quote:
Original Posted By samwiguna►Menurut Ane, kita hidup dilingkungan dimana manusia mudah "tersulut" informasi terlepas dari fakta yang ada. Kita tak suka lagi diajak berpikir kritis mengenai rangkaian pristiwa yang terjadi. Perlahan kita hanya membentuk diri kita menjadi manusia "sumbu pendek" atas informasi yang kita dapat.
Quote:
Original Posted By aduh..lupa►kalo kata orang luar negeri, orang indonesia tu rata2 gapunya "common sense" dan mudah banget "overproud".
terlepas dari itu yg ngomong siapa, rasain sendiri deh di diri kita masing2
terlepas dari itu yg ngomong siapa, rasain sendiri deh di diri kita masing2
Quote:
Original Posted By L0ST►
gue punya dosen yg sdh senior, pernah belajar di luar negeri, gelar berderet tapi kelakuannya akhir2 ini astaga...
mulai dari nge-share berita hoax tiap jam (tiap jam lohhh ) sampai menjelek2kan agama dan ras tertentu,,miris sekali
gue punya dosen yg sdh senior, pernah belajar di luar negeri, gelar berderet tapi kelakuannya akhir2 ini astaga...
mulai dari nge-share berita hoax tiap jam (tiap jam lohhh ) sampai menjelek2kan agama dan ras tertentu,,miris sekali
Diubah oleh RhezaKings 02-01-2017 05:38
0
39K
Kutip
241
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
924.7KThread•89.4KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya