rizetkiAvatar border
TS
rizetki
Di di tinggal bini
Apes, ya apes yg ane rasain sekarang ini, ntah perasaan campur aduk jadi pikiran dan stress, kalo udah gini larinya kepenyakit! Ane mending curhat aja disini bomat ga pake clonengan.

Ane lelaki usia 25 tahun yg harus merasakan pedihnya perpisahab karna di tinggal pergi istri, pernikahan kami yg baru berumur 4 bulan harus berakhir hanya karna masalah sepele.

Hanya karna sifat ane yg menurut dia terlalu childish, sebenernya bukan itu saja masalahnya tapi kurangnya waktu bersama setelah menikah menjadi biang kerok juga sehingga kami jarang berinteraksi satu sama lain, kurangnya komunikasi menambah buruk keadaan dan keegoisan istri membuat ane semakin dingin.

Ane ceritaan lengkap deh kronologinya dari awal banget.

Oktober 2015, ibu ane sakit keras pembengkakan jantung yg membuatnya harus menjalani perawatan dan harus bolak-balik dirawat, kami hanya hidup berdua saja, jauh dari sanak saudara dan ane adalah anak satu-satunya, bapak ane udah meninggal terlebih dahulu di tahun 2013. Ane sendiri merawat ibu ane bolak-balik rumah sakit di saat-saat itu ane mulai merasa kesepian dan merasa sendirian dengan kondisi ibu ane yg seperti itu aku berjanji akan mencari jodoh dan segera memberikan cucu sebelom terlambat. Ane semakin giat beribadah shalat 5 waktu dan shalat tahajud untuk meminta keajaiban untuk kesembuhan ibu ane dan jodoh untuk ane, bulan demi bulan berlalu, ibu ane pun masih tetap bolak-balik dirawat dirumah sakit.

Februari 2016, ada sedikit cahaya terang bagi ane, waktu itu mantan ane tiba-tiba menghubungi ane lagi dan muncul setelah 7 tahun berpisah, dia begitu perhatian hingga datang ke rumah sakit untuk menjenguk ibu ane dan menemani ane di rs, ane melihat sosok dia adalah sosok istri ideal, kami intens berkomunkasi selama beberapa hari dia membuka diri menceritakan masa lalunya yg kelam, ane shock tapi ane perlahan mulai menerima kenyataan, ane pun mengajak balikan lagi dengan tujuan hubungan yg lebih serius tapi dia menolaknya dengan alasan dia masih ada pacarnya, dia pun menyuruh ane bersabar untuk menunggu dia karna dia sulit melepaskan pacarnya itu, kecewa ya perasaan kecewa padahal ane kira dia lah orang yg tuhan kirimkan untuk menemani ane! Ane curhat ke temen dan kebetulan dia punya temen yg sedang cari jodoh juga, singkat kata kami di perkenalkan, ane mulai mengurangi intensitas chat dengan mantan ane dan lebih memfokuskan pada sosok wanita yg baru ane kenal ini, 2 minggu selang perkenalan ane mengajaknya untuk kopi darat dan membicarakan tentang hubungan ini, kami sepakat tidak pacaran dan mencoba lebih mengenal karakter masing-masing, minggu berikutnya ane beranikan diri main kerumahnya untuk bertemu orang tuanya dan minggu berikutnya giliran dia ane undang untuk berkenalan dengan ibu ane. Semua berjalan begitu cepat, 2 minggu setelah itu keluarga kami datang untuk melamarnya semua lancar tanggal pernikahan pun sudah ada.

Juli 2016, perkenalan singkat itu berakhir di pernikahan, ane merasa semua doa-doa ane dikabulkan oleh Allah, semua urusan dilancarkan seolah tanpa ada hambatan, ane berfikir dialah sosok bidadari yg akan menemani hari-hari ane sampai tua nanti. Tapi di hari pernama itu lah ane mulai merasa kejanggalan setelah semua acara selesai dan berakhir baik! Ane pernah denger mitos tentang malam pertama, katanya kalo mapam pertamanya itu berkesan atau indah maka kedepanya pub akan baik! Pada malam itu adalah malam terburuk dalam hidup ane, ane yg baru saja menikah denganya dan belum mengenal lingkungan rumahnya serta keluarganya di tinggal sendirian, dia lebih memilih menginap di penginapan bersama saudara jauhnya ketimbang bersama suaminya, gondok ya sangat! Setelah beberapa hari dia ane bawa untuk tinggal dirumah ane bersama ibu ane dan awal-awal ane masih maklumin dia bolak-balik 3 hari di rumah ane dan sisahnya dia pulang ke rumahnya, ane pikir karna dia belum terbiasa tapi lama-kelamaan itu pun menjadi agenda wajib dia, ane menanyakan sampai kapan dia begini terus, inginya ane ya kalau sudah nikah harusnya lebih banyak waktunya untuk suaminya dan bukan ane melarang untuk dia pulang kerumahnya tapi ya seengganya jangan lama-lama sampe 3-4 hari dan setiap disinggung masalah ini dia pun selalu marah, padahal kalo dia tinggal bersama, ane tidak banyak menuntut dan menyuruh dia ini itu dan berbagi tugas untuk beres-beres ane pun ga keberatan dengan itu, terkadang karna ane ingin membuat dia lebih nyaman semua pekerjaan rumah ane yg lakuin dari nyuci piring, nyuci pakaian, nyapu, ngepel dll dia hanya membuat sarapan saja, tapi makin lama bukanya dia makin betah disini malah makin mengurangi waktu disini entah itu alasanya yg membuat hanya 3 hari disini dan lebih dari 7 hari disana, sampai akhirnya ane mulai bersikap dingin kepadanya karna sikapnya dia yg tidak ada perubahan itu.

Kalau dilihat dia terlalu banyak menuntut, dia menuntut ane untuk diet dan mencari pekerjaan yg kebih baik, fisik ane memang jumbo dan pekerjaan ane hanya wirausaha saja tapi dia menginginkan ane kerja kantoran, ane pun melakukan apa yg dia pinta, ane diet dan cari-cari loker! Dari sini terlihat dia tidak menerima keadaan ane seperti apa adanya ini, mungkin memang terlihat baik tapi ane sendiri ga pernah menuntut apa-apa ke dia dan cuma 1 tuntutan ane yaitu dia tinggal menetap bersama ane!

Oktober 2016, dia mulai ikut gym, waktu makin dipangkas olehnya, pulang kerja ngegym sampai larut malam, ane selalu menjemputnya di stasiun jam 10-11 malam dia mulai bangun siang tidak pernah lagi membuatkan sarapan atau bersih-bersih, ketika bangun pun dia langsung bersiap-siap untuk berangkat kerja, kami makin renggang hampir ga ada waktu untuk sekedar mengobrol, sehari-hari pun chat sepi ane mulai merasa kesepian didalam pernikahan ini.

Bulan lalu adalah pertemuan terakhir ane dan juga pertengkaran terbesar selama pernikahan ini ya masalahnya cuma ane yg menuntut supaya dia tinggal berasama ane dan menanyakan sampai kapan begini terus, dia lebih memberatkan adik laki-lakinya yg sudah mau lulus perguruan tinggi di tambah lagi kini adiknya tinggal sendirian setelah bapak mertua ane menikah lagi, pada hari terakhir dia bilang dia lebih memilih tinggal berasama adiknya dari pada suaminya sendiri, 1 minggu ga ada kabar, dia bilang butuh waktu untuk intropeksi diri, 2 minggu 3 minggu, hingga minggu ke 5 tanpa kabar dan komunikasi, ane beranikan diri menanyakan tentang kejelasan hubungan ini tepat beberapa hari kemarin, dan ya dia tidak mau tinggal disini karna memberatkan adiknya tersebut dan meminta ane untuk lebih dewasa ane bingung harus seperti apa lagi kriteria dewasa menurut dia apakah harus memaklumi dia yg tidak mau menetap bersama suami? Ane pernah menanyakan sampai kapan dia akan seperti itu dan jawabanya adalah selama-lamanya biarpun adiknya sudah bekerja dan berumah tangga dia akan tetap membagi waktu dalam 1 minggu dan ane menanyakan lagi gimana kalau sudah punya anak kelak dan jawabanya pun sama! Ga habis pikir ane dengan pola pikirnya, ane cuma menginginkan kehidupan normal seperti pasangan-pasangan yg lain yg hidup bersama! Kami pun bertengkar lagi dan berakhir dengan kesepakatan untuk cerai, hari ini ane menghubunginya lagi dan mengalah untuk mempertahankan pernikahan kami tapi keputusan dia kemarin sudah sangat bulat dan tidak bersedia untuk bersatu lagi!

Sedih pernikahan kami harus berakhir karna keegoisan dia dan selalu saja menyalahkan ane yg bersikap "kurang dewasa" menurutnya ane sendiri pun bingung kurang dewasa seperti apa!

Tahun ini ane berganti 3 status bujang jones, suami dan duda.

Kenapa tuhan memberikan jodoh yg salah?? Padahal ane berfikir doa-doa ane sudah dikabulkan tapi kini ane sendiri lagi dan ngecewain banyak pihak terutama ibu ane sendiri

Maaf kalo kurang rapi
tata604
tata604 memberi reputasi
1
11.7K
72
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Wedding & Family
Wedding & FamilyKASKUS Official
8.8KThread9.6KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.