sadsonAvatar border
TS
sadson
Apakah semua Ayah seperti ini kepada putra bungsunya?
Pertama - tama, salam kepada semua penghuni forum kaskus, terutama sub forum H2H

Perkenankan saya menuliskan beban di dalam hati saya selama ini, karena saya sudah tidak tahu, kepada siapa lagi saya harus meminta saran dan nasihat.

Sebagai perkenalan singkat, saya seorang lelaki berusia 25 tahun, anak bungsu dari 3 bersaudara.


Masalah yang saya alami dengan Ayah kandung saya sendiri sudah bermula sejak saya masih duduk di bangku SMP.

Mulai dari hal kecil dimana saat sekolah kita akan bekerja kelompok di rumah teman, saya selalu di larang atau sekedar bermain di rumah teman, juga akan selalu di larang dengan alasan rumah saya jauh dari rumah teman, atau dibolehkan dengan pertengkaran yang tak pendek di depannya.

Pertama - tama, saya kira itu hanya bentuk kekhawatiran beliau, secara saya masih usia SMP.

Namun semua berlanjut ketika SMA

Perlakuan yang saya terima saat SMP, masih terulang. Hingga saya menjadi orang terakhir di kelas untuk di pilih sebagai teman kerja kelompok (karena hampir mayoritas semua teman SMP saya menjadi teman kelas di SMA). Sehingga trademark bahwa "percuma satu kelompok dengan saya" ini selalu ada.

Bahkan saat libur hari Raya Idul Fitri, Natal, dan sekolahpun, saya tidak diperbolehkan bermain dengan teman - teman, dan di wajibkan membantu kerja di kantor Ayah saya, dengan alasan persiapan masa depan saya.

Bahkan kegiatan ekstrakulikulerpun, saya pasti dilarang ikut, karena jam pulang yang dianggap Beliau tidak masuk akal.
Saya kekurangan teman...saya tidak diberi waktu untuk berkumpul dengan teman baik di jam semi-akademis, maupun di luar akademis.
Saya memberontak, saya jadi sering berbohong bahwa ada jam pelajaran tambahan, atau embel2 program wajib sekolah yang bukan ekstrakulikuler, untuk berkumpul, dan bermain dengan teman-teman sebaya saya.

Dampak negatif dari kebohongan itu, saya jadi mengulang bangku SMA kelas 1 saya, mungkin karena kelalaian saya sendiri, terlena oleh sensasi *berteman* kala itu.
Dampak positif dari kebohongan itu, saya jadi lebih berhati hati dalam bergaul, memilih teman, dan memanage waktu saya.

Iya, saya dilidungi Ibu saya ketika tidak naik kelas, karena Ibu saya dan saya tahu, bahwa Ayah saya akan marah besar jika mengetahui saya tidak naik kelas.

Namun pepatah sepandai2nya tupai melompat akhirnya akan jatuh juga sangat nyata.
Ayah saya akirnya mengetahui bahwa saya tidak naik kelas, dan ya...Beliau kecewa dan marah besar.

Skip skip....

Setamat SMA, saya sempat menganggur tidak boleh melanjutkan kuliah, karena Ayah saya mengatakan :
"Kamu belajar kerja dulu, biar tidak terlena di kuliah, karena Ayah ada rencana menyekolahkan kamu di luar negri."

Oke, saya menanggapi kata - kata beliau dengan serius dan tetap mencari jurusan serta sekolah yang saya minati dan mampu jalani.
Namun apa yang terjadi?

Saya kembali kecewa...karena entah mengapa tiba-tiba Ayah saya menlarang saya kuliah. 100% TIDAK BOLEH!!!
Ketika saya mengungkit janji beliau, saya di beri pertanyaan :
"Memang kamu mau jurusan kuliah apa????"
"Saya ingin kuliah Desain Grafis / Animasi, atau di bidang FnB"
Ayah saya menjawab :
"Kuliah itu tidak penting! Kamu baca saja buku2 Ayah di rumah (Ayah saya gemar membaca), dan tanya Ayah kamu soal appaun, ilmu kamu akan lebih banyak dari Dosen Harvard sekalipun"

WOW dalam hati saya...

Singkat cerita, saya berdebat habis2an dengan Ayah saya, sampai masalah tsb selalu dibahas hingga 1-2 minggu lamanya.
Setelah suasana mendingin, saya berpikir *Ah, mungkin masalah ekonomi, okelah....ga kuliah juga gpp, nanti saya belajar otodidak*

Setelah masalah itu...masalah demi masalah bermunculan, mulai dari yang masuk akal hingga tidak masuk akal.

Salah satu masalah yang sampai saat ini membekas di hati saya adalah pada Tahun 2012... ketika kakak tertua saya (laki laki) akan menikah.

Semua urusan persiapan pernikahan Kakak saya, entah mengapa di bebankan kepada Ibu saya, dan saya.

Saya sampai terheran heran.....yang mau menikah siapa?? Yang repot siapa??

Mulai urusan dekorasi, makanan, tempat pesta pernikahan, hingga persiapan perabot masa depan kakak saya, saya HARUS ikut mengurus dengan dalih nantinya kakak saya akan mengurus segala sesuatunya saat saya akan menikah nanti.

"BULLSHIT!!!!" dalam hati saya

Saat itu, saya berlogika, saat usia saya akan menikah nanti, kakak saya akan memiliki 1 atau 2 anak kecil (sekarang sudah ada 2), kakak saya TIDAK AKAN mau keliling kota hanya untuk mengurus ini itu, karena padatnya jadwal pekerjaan dan adanya keluarga beliau.

Skip skip hingga akhir acara pernikahan kakak saya

Ada kekurangan saat acara, yaitu foto pengantin baru (kakak saya dan ipar) di rumah yang di tinggali mereka tidak ada.
Coba para kaskuser / reader tebak, siapa yang dimarahi dulu?

YA, SAYA dan IBU Saya
Saya dan Ibu saya yang dianggap lalai tidak mengingatkan fotografer dan Kakak saya untuk foto di rumah baru mereka saat memakai atribut pengantin mereka.
Saya heran, saya...saya MARAH
Saya memberontak, saya membela diri dengan berkata : "Yang nikah siapa Pa? Jangan semua ditumpahkan ke saya dan Ibu, yang nikah tanggung jawab diri sendiri donk, enak banget?"

Dan Ayah saya tetap memarahi saya tanpa alasan yang jelas, hanya menggunakan rumus "POKOKNYA"

Skip skip

Semakin lama...Ayah saya semakin berumur dan semakin tidak masuk akal...

Akhir akhir ini Beliau menemukan sistem STRATA dalam keluarga, dimana Beliau selalu memarahi saya dengan alasan :
"Di rumah ini strata paling tinggi Ayah, Ibu, Kakak Laki kamu, Iparmu, Kakak perempuan kamu, dan kamu!, jadi mau kamu benarpun, kalau yang atas kamu bilang kamu salah, kamu SALAH!!!"

WHAAAAAAT?!??!?!?!

Saya tidak tahu harus berkata apa lagi...bila ini mimpi...saya hanya ingin ini berakhir.....
Jujur kekerasan fisik tidak bisa dihindari lagi....saya sudah kebal dengan ancaman, atau aksi yang dilemparkan Ayah saya kepada saya.

Jujur saya jadi sedikit minder dalam hal bersosialisasi.
Karena tidak jarang semuanya sudah di rencanakan di awal...saya sudah izin Ayah saya untuk ada acara pada tanggal / hari tersebut (sabtu atau minggu, atau hari libur), namun saat mood Ayah saya berubah, maka Beliau tidak segan mencaci maki, dan melarang saya untuk berangkat ke acara tujuan.

Dan yang saya herankan, ketika saya ada cek cok dengan Ayah saya, Beliau selalu mengumpulkan 1 keluarga saya(Ya, kita masih tinggal serumah), untuk duduk, dan "menghakimi" saya, dengan kronologis yang Beliau potong potong, atau bolak balik untuk membenarkan diri Beliau.

Saya hanya meminta, ceritalah apa adanya, namun apa tanggapan Beliau? Saya berbohong, durhaka karena memojokkan Ayah sendiri dengan mengarang cerita bahwa Ayah saya memotong2 / merubah kronologis kejadian.

Tak jarang meskipun saat percekcokan belum dimulai hingga dimulai ada Kakak tertua saya duduk di 1 ruangan, namun Kakak saya selalu beralasan : tidak memperhatikan kalian saat saya bertanya : Kak, kakak sebagai saksi yang mendengarkan, coba ceritakan apa yang sebenarnya terjadi.

Dear kaskuser...what should I do? Apa yang harus saya lakukan?
Saya tak mau terjebak di lingkaran kejadian ini.....
Saya tidak kuat....

Terimakasih kepada semua orang yang mau sekedar membaca, atau bahkan memberi saya solusi, karena saya akan memantau thread ini.

Sekali lagi....
Terimakasih
0
3.4K
59
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Heart to Heart
Heart to HeartKASKUS Official
21.6KThread27.5KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.