Jauh Dari Hingar Bingar Modernisasi, Suku-suku Pedalaman ini Betah Hidup di Hutan
TS
yukepodotcom
Jauh Dari Hingar Bingar Modernisasi, Suku-suku Pedalaman ini Betah Hidup di Hutan
WELCOME TO MY INSPIRATION THREAD
Ada yang bilang, "Jamane jaman edan (zamannya zaman gila)." Gimana gak gila, semua udah serba instan dan sudah sangat bergantung dengan teknologi. Alhasil, banyak yang menyalahgunakan kemajuan teknologi tersebut. Imbasnya adalah munculnya generasi-generasi yang pemalas. Ya itu emang balik lagi sih sama individunya masing-masing. Yang penting kan gak ngerugiin orang lain. Kemajuan teknologi yang kita nikmatin sekarang masih banyak lho yang menolaknya. Hal itu biasanya ditolak oleh suku-suku pedalaman yang menurut mereka teknologi adalah suatu ancaman bagi keberlangsungan budaya mereka. Sebenernya bisa-bisa aja kok teknologi menembus hutan-hutan belantara agar bisa mereka nikmatin. Tapi, memang hal itu mereka tolak secara terang-terangan. Mereka memang lebih memilih untuk menyatu dengan alam. Please, jangan diganggu ya suku-suku pedalaman ini, biar menambah keragaman di Indonesia. Bangga kan?
Spoiler for Suku Baduy (Banten):
Guys, di sini ada yang udah pernah berkunjung ke suku Baduy? Suku pedalaman ini mengizinkan orang luar Baduy untuk berkunjung lho. Kalo kamu beruntung malah kamu bisa menginap di sana, asalkan harus izin ya dengan warga setempat. Suku Baduy adalah suatu kelompok masyarakat adat sub-etnis Sunda di wilayah Kabupaten Lebak, Banten. Populasi mereka pun gak banyak kok hanya 5.000 hingga 8.000 orang. Mereka sendiri leih suka disebut sebagai Urang Kanekes atau lebih lengkapnya dengan menyebutkan nama desa mereka seperti Urang Cibeo, Urang Gajeboh, Urang Cikeusik atau yang lainnya. Mayoritas penduduk Baduy Luar memang sudah agak sedikit modern dan lumayan bisa menerima informasi dari luar. Beda dengan Baduy Dalam, mereka sama sekali menutup diri dari dunia luar. Bahkan untuk memfoto lingkungan Baduy Dalam pun sangat dilarang, karena dianggap melanggar adat. Kalo kamu tertarik bisa aja kok datang ke sana. Tapi ada baiknya cari tahu dulu tentang hari besar mereka yaitu Kawalu, karena gak boleh ada yang dateng berkunjung.
Spoiler for Suku Anak Dalam (Jambi):
Suku Anak Dalam atau Orang Rimba adalah salah satu suku pedalaman yang hidup di pedalaman Sumatra tepatnya di Provinsi Jambi. Perkiraannya populasi mereka ada sekitar 200.000 orang. Secara garis besar di Jambi mereka hidup di 3 wilayah ekologis yang berbeda yaitu di Taman Nasional Bukit 30, Taman Nasional Bukit 12 dan wilayah selatan Provinsi Jambi yaitu sepanjang jalan lintas Sumatra. Mereka hidupnya nomaden dan mendasarkan hidupnya pada berburu dan meramu. Mayoritas mereka menganut kepercayaan animisme, tetapi ada juga beberapa puluh keluarga yang pindah ke agama Islam.
Spoiler for Suku Laut (Kepulauan Riau):
Suku Laut atau sering juga disebut Orang Laut adalah suku bangsa yang menghuni kepulauan Riau. Secara lebih luas istilah Orang Laut mencakup: "berbagai suku dan kelompok yang bermukin di pulau-pulau dan muara sungai Kepulauan Riau Lingga, Pulau Tujuh, Kepulauan Batam, dan pulau-pulau di lepas pantai Sumatra Timur dan Semenanjung Malaya bagian selatan." Sejarahnya Orang Laut dulunya adalah perompak namun berperan penting dalam Kerajaan Sriwijaya, Kesultanan Malaka dan Kesultanan Johor. Mereka bertugas menjaga selat-selat, mengusir bajak laut, memandu para pedagang ke pelabuhan kerajaan-kerajaan tersebut dan mempertahankan hegemoni mereka di daerah tersebut.
Spoiler for Suku Sakai (Riau):
Suku Sakai adalah sekumpulan masyarakat yang terasing dan hidup masih secara tradisional dan nomaden pada suatu kawasan di pulau Sumatera, Indonesia. Beberapa ahli berpendapat bahwa Orang Sakai ini merupakan percampuran antara orang Wodoid dengan orang Minangkabau yang bermigrasi sekitar abad-14. Orang Sakai sendiri menganggap bahwa mereka datang dari Negeri Pagaruyung.
Spoiler for Suku Kajang (Sulawesi Selatan):
Suku Kajang merupakan salah satu suku pedalaman tradisional yang terletak di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan tepatnya sekitar 200 km arah timur kota Makassar. Suku ini hampir sama lho dengan suku Baduy yang terbagi dua secara geografis, yaitu Kajang Dalam (Tau Kajang) dan Kajang Luar (Tau Lembang). Kajang Luar sudah sedikit lebih modern dibandingkan Kajang Dalam.
Spoiler for Suku Dani (Papua):
Suku Dani adalah salah satu suku yang bermukim dan mendiami wilayah Pegunungan Tengah, Papua, Indonesia dan mendiami keseluruhan Kabupaten Jayawijaya serta sebagian Kabupaten Puncak Jaya. Suku Dani pertama kali diketahui di Lembah Baliem sekitar ratusan tahun yang lalu. Suku ini masih banyak mengenakan "koteka" (penutup kemaluan pria) yang terbuat dari kunden atau labu kuning dan para wanita menggunakan pakaian "wah" berasal dari rumput atau serat. Mereka tinggal di "honai-honai" (gubuk yang beratapkan jerami atau ilalang). Di sini masih ada perang suku lho tapi tidak sebesar tahun-tahun sebelumnya.
Spoiler for Suku Korowai (Papua):
Suku Korowai adalah suku yang baru ditemukan keberadaannya sekitar 30 tahun yang lalu di pedalaman Papua, Indonesia. Suku ini berpopulasi sekitar 3000 orang yang hidup di rumah pohon yang disebut Rumah Tinggi. Suku ini adalah salah satu suku di daratan Papua yang tidak menggunakan koteka, lho. Sampai sekitar tahun 1970an mereka memang benar-benar terisolasi, sampai-sampai mereka gak tau keberadaan orang lain selain kelompok mereka. Suku Korowai adalah satu-satunya suku kanibal yang masih tersisa di Indonesia hingga saat kini. Namun nyatanya mereka gak sembarangan lho makan daging manusia. Sebab, berdasarkan kepercayaan setempat, Suku Korowai hanya membunuh manusia yang dianggap melanggar aturan terhadap kepercayaan mereka. Jadi, bagi masyarakat Korowai, membunuh dan memakan daging manusia adalah bagian dari sistem peradilan pidana mereka.
Dengan keterbatasan mereka dan mengisolasi kehidupan mereka dari dunia luar justru semakin menambah keanekaragaman yang ada di Indonesia. Suku-suku pedalaman di atas boleh kok dikunjungi orang luar, tapi jangan lupa untuk ikut menghargai peraturan yang mereka udah jalani selama turun temurun ya. Kalo sampe melanggar, duh gak tau deh apa yang bakalan terjadi sama kamu. Amit amit deh. Kalo berniat ke sana, ajak-ajak ya!