victimofgip.997Avatar border
TS
victimofgip.997
Ngeri! Pertentangan Agama Makin Menajam
SEMOGA tidak keliru menangkap suasana kebatinan yang terjadi di negara kita sekarang ini. Bahwa pertentangan antar sesama warga Indonesia yang dipicu oleh perbedaan agama, semakin tajam. Khususnya antara Islam dan Kristen.

Apa dan bagaimana contoh postingan itu? terlalu banyak dan panjang kalau dimasukkan dalam tulisan ini.

Temanya kebanyakan berputar-putar pada soal mayoritas (Islam) versus minoritas (Kristen). Siapa yang paling benar melawan siapa yang salah atau siapa yang paling berhak kontra siapa yang harus mengalah. Plus bumbu-bumbu yang hanya membuat perdebatan tak berujung.

Ayat-ayat suci pun dikutip semakin membuat kesan banyak ahli agama bermunculan di media sosial secara dadakan.

Yang pasti rata-rata postingan itu tidak hanya berasal dari kaum awam tapi termasuk mereka yang memiliki status sosial terpandang dan terhormat.

Ada bekas Menteri, Jenderal pensiunan bahkan orang yang pernah memiliki kekuasaan lumayan besar di republik ini.

Bagi saya, kalau sudah pensiunan jenderal terlibat dalam pertentangan agama, itu berarti sebuah persoalan serius. Sebab sebelumnya kita menganggap tentara adalah kekuatan pemersatu bangsa. Seorang tentara yang pernah bersumpah dengan sapta marga, sekalipun sudah pensiun, tetap masih memiliki darah sapta marga, prajurit pemersatu.

Sehingga yang terakhir ini justru lebih mempertegas bahwa yang terlibat dalam pertentangan ini, seolah direstui oleh mereka-mereka yang punya wawasan luas dan integritas.

Atau kalangan yang memilki pengaruh, justru lebih melegitimasi pertentangan tersebut.

Mereka yang seharusnya berperan mencegah terkesan memberi dorongan: maju terus, kipas terus atau hajar ble.

Media sosial kini menjadi semacam sebuah ladang tempat penangkaran hewan langka yang berbahaya. Atau bahkan berubah menjadi Kebun Binatang Raksasa.

Mengapa disebut demikian? Karena hewan yang tadinya langkah, sudah mau punah, justru dipelihara dan bila perlu dikembang biakkan.

Sehingga hewan buas ini kelak menjadi pemangsa pihak yang tidak disukai oleh yang memeliharanya.

Kalimat-kalimat yang muncul dalam postingan tentang perbedaan agama, tak jarang diwarnai oleh kosa kata yang tidak lagi mencerminkan akhlak manusia Indonesia yang berbudaya sopan.

Pertentangan dari hari ke hari makin meluas. Yang antara lain mungkin tidak disadari, sudah menyebabkan pertemanan, persahabatan antar sesama, seprofesi atau satu lingkungan-yang tadinya cukup akrab, tiba-tiba retak atau mengendur.

Salah satu ukuran yang digunakan untuk menarik kesimpulan pertentangan ini semakin menajam adalah adanya semacam keberatan dari seorang pendeta bernama Jan S. Aritonang.

Sang pendeta menulis surat ke Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk minta bertemu dan berdiskusi soal fatwa MUI yang melarang umat Islam mengucapkan Selamat Natal kepada kaum Nasrani.

Apapun alasannya, saya sungguh khawatir apabila terjadi pertemuan dan diskusi seperti yang diinginkan oleh Pak Pendeta. Sebab suratnya sendiri sebetulnya bukan lagi ditujukan kepada MUI. Melainkan sudah dikirim ke publik lewat viral media sosial.

Tak lama setelah fatwa MUI itu sendiri keluar sudah muncul beberapa komentar yang mengharapkan agar MUI tidak mengeluarkan fatwa yang isinya antara lain melarang umat Islam untuk tidak menggunakan simbol-simbol Kristiani.

Harapan itu disampaikan dengan mengaitkan bagaimana kerukunan umat Islam dan Kristen sudah dibangun jauh sebelumnya.

Yang dijadikan rujukan adalah pembangunan Mesjid Istiqlal, di dekat Lapangan Banteng, Jakarta Pusat.

Arsitek bangunan mesjid itu merupakan buah karya Frederich Silaban, putera Indonesia ras Batak yang memeluk agama Kristen. Setelah selesai dibangun, sudah berjuta-juta umat Islam menggunakan tempat ibadah itu.

Lalu dengan adanya larangan MUI itu, apakah lantas nama si pembuat arsitek itu dibuang dan diganti dengan nama lain?

Yang membuat pertanyaan terus berkembang, pertentangan yang semakin tajam ini, tidak ada yang menengahi. Apakah itu Kementerian Agama atau tokoh-tokoh agama yang sebelumnya dikenal aktif melakukan dialog.

Sehingga layak misalnya untuk dipertanyakan. Sebetulnya eksistensi Kementerian Agama berikut Menteri Agama itu sendiri, dimaksudkan untuk apa?

Atau apakah Kementerian Agama yang punya Dirjen Bimas Islam dan Dirjen Bimbingan Kristen sekedar sebuah klaim. Bahwa Indonesia dihuni oleh warga beragama. Atau hanya untuk bagi-bagi jabatan?

Sepanjang yang saya pahami adanya pertentangan agama seperti ini, memang bukan baru kali ini terjadi. Tapi bedanya dengan yang sebelum-sebelumnya, di masa lalu belum ada media sosial yang ikut berkontribusi merusak keharmonisan.

Tapi pertentangan soal agama ini semakin memanas atau sepertinya dipicu oleh isu tunggal yaitu Ahok Basuki Tjahaja Purnama.

Sejak tuduhan terhadapnya sebagai pejabat publik yang melakukan penistaan terhadap agama Islam mengemuka, semenjak itu isu Islam versus Kristen menajam.

Persoalannya makin bereskalasi, karena Ahok sendiri kelihatannya terlalu merasa tidak bersalah. Ironisnya seakan-akan Ahok mewakili seluruh umat Kristen Indonesia. Ini benar-benar salah kaprah.

Jujur kalau sudah begitu, saya sangat setuju kalau Ahok yang harus dipersalahkan. Sebab gara-gara dia seorang, Indonesia menjadi "kacau" atau NKRI terancam bubar.


Di sisi lain, ada kecurigaan pertentangan agama kali ini dikarenakan ada usaha kalangan asing untuk memecah Indonesia. Tinggal Indonesia yang merupakan negara berpenduduk mayoritas Islam di dunia, yang belum berhasil diobok-obok.

Kalau Indonesia masih eksis seperti sekarang, dari Sabang sampai Merauke, tidak baik bagi kepentingan beberapa negara maju.

Jadi Indonesia harus dipecah.

Kalau tidak menjadi seperti Yugoslavia yang terpecah menjadi 8 negara, paling tidak menjadi seperti Afghanistan, negara gagal atau negara Islam lainnya di Timur Tengah.

Terakhir yang jadi rujukan adalah Syria. Negara yang memiliki peradaban tinggi ini, sekarang sudah porak poranda. Aleppo, kota kedua terbesar negara tersebut menjadi ajang petarungan antara Amerika dan sekutunya seperti Inggris, melawan Rusia dan Iran di sisi lain.

Yang jadi korban jutaan warga Syria.

Proyek Syria atau protitipenya, sepertinya mau dibangun di Indonesia. Dengan upaya antara lain bahwa Islam di Syria itu beraliran Syiah seperti Iran. Dan pertentangan antara Syiah dan Sunni di negara itu, dikesankan sangat kental.

Sekalipun hal ini sudah dibantah oleh Dubes RI untuk Syria, Djoko Haryanto, bantahan itu tidak mempan.

Peringatan diplomat RI itu agar Indonesia berhati-hati jangan sampai kasus Syria terimpor oleh kita sepertinya tak mempan.

Sebab usaha mempertentangkan Islam Sunni dan Islam Syiah di Indonesia, sudah mulai ramai.

Kembali ke soal pertentangan antar agama yang makin menajam, kalaupun saya keliru menafsirkannya, saya tak merasa ikut menyiram bensin atas suasana yang sudah memanas.

Anggap saja kesan saya ini sebagai refleksi dari kegundahan seorang warga dari negara yang berpenduduk 250 juta jiwa ini.

Atau sebuah pesan sekilas dari seorang warga yang dari segi usia bukan lagi tergolong muda. Tapi sudah seperti eyang kakung yang kalau masuk angin pasti batuk-batuk dengan napas terengah-tengah atau terbata-bata.


http://www.rmol.co/read/2016/12/19/2...Makin-Menajam-

Terlalh mahal harganya kalau Bangsa Indonesia harus terpecah hanya karena seorang Ahok. Tangkap dan tahan Ahok akan jadi solusi menenangkan suhu yang semakin panas di Indonesia.
.bind.exe.
.bind.exe. memberi reputasi
-1
14K
245
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670KThread40.3KAnggota
Terlama
Thread Digembok
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.