Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

  • Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Sambut Baik Rencana UN Dihapus, Siswa Juga Minta Gedung-gedung Sekolah Dirobohkan

magnuzzAvatar border
TS
magnuzz
Sambut Baik Rencana UN Dihapus, Siswa Juga Minta Gedung-gedung Sekolah Dirobohkan

Ilustrasi unjuk rasa siswa SMA. Puluhan siswa SMA berunjuk rasa di depan kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) untuk mengapresiasi rencana pemerintah menjalankan moratorium Ujian Nasional. Namun, para siswa juga meminta diadakannya revolusi pendidikan Indonesia dengan menghancurkan gedung-gedung sekolah yang ada dan meminta pemerintah memperbanyak karyawisata ke mancanegara sebagai bagian dari kurikulum agar para siswa dapat memperluas wawasan mereka sebagai warga dunia.



JAKARTA – Puluhan siswa tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) mendatangi kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pagi ini (13/12) untuk menyatakan dukungan mereka terhadap rencana moratorium Ujian Nasional di tahun 2017. Dalam kesempatan tersebut, para siswa juga meminta kepada Mendikbud agar pemerintah juga merobohkan infrastruktur gedung-gedung sekolah dan membuat kurikulum yang memperbanyak tugas karyawisata ke luar kota ataupun mancanegara yang dibiayai pemerintah.

Aspirasi tersebut muncul mengingat kondisi dunia yang semakin terhubung antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Para siswa menganggap bahwa pelajaran yang dilakukan di gedung sekolah ataupun hanya berada di satu wilayah kota tidak lagi bisa menjawab harapan mereka untuk belajar tentang dunia yang semakin mengglobal.

“Sebagai anak muda kami butuh yang namanya wawasan yang luas. Dunia ‘kan sekarang sudah global, jadi kami harus sering jalan-jalan, maksudnya berkunjung ke tempat-tempat lain untuk membuka wawasan kami terhadap dunia. Ke luar negeri akan lebih baik, sehingga bisa membentuk karakter kami sebagai anak muda yang global. Oleh karena itu kami sarankan agar ada kurikulum baru seperti ini,” ujar Mana Miliana Sitonga, pelajar perwakilan dari SMA Bhakti Kota, yang juga menjadi juru bicara dari kelompok tersebut.

Menyiapkan para pemuda untuk dunia yang semakin berkembang dinamis, menurut Mana, merupakan salah satu investasi terbesar yang bisa dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Sebagai salah satu anggota G20 dan anggota inti ASEAN, Indonesia di masa depan akan dituntut untuk dapat mengimbangi negara-negara lain dalam perannya di bidang perekonomian, pertahanan, budaya, sosial, dan teknologi.

“Revolusi dalam bidang pendidikan dengan meninggalkan gedung sekolah dan fokus kepada karyawisata mancanegara merupakan batu loncatan bagi generasi masa depan Indonesia untuk bisa menetapkan benchmark yang dibutuhkan untuk membantu dalam persaingan internasional di masa depan. Dan hal ini tidak hanya bisa dimonopoli oleh satu golongan saja, namun harus mendapatkan dukungan material dan immaterial penuh dari pemerintah bagi seluruh pelajar di Indonesia, berdasarkan prinsip keadilan dan hak mendapatkan kesempatan yang sama untuk memenuhi potensi mereka sebagai pelajar,” papar Mana lebih lanjut.

Dalam kesempatan yang sama, para siswa juga menolak ide untuk menggantikan UN dengan Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN), karena menganggapnya hanya upaya penggantian label nama dan sumber daya yang ada akan lebih efektif apabila dialihkan untuk menjalankan karyawisata. Ia juga menambahkan, ujian macam UN ataupun USBN nantinya merupakan model yang sudah usang dan justru para siswa tidak akan bersemangat secara maksimal dalam mengikutinya.

Usulan ini juga mendapatkan dukungan dari para guru yang ikut mendampingi para siswanya dalam unjuk rasa tersebut. Abdul Karyan, seorang guru senior yang bertugas di SMA Sadar Alam yang berlokasi di Jakarta Selatan, mengaku bersemangat untuk mendukung para anak didiknya. Menurutnya, salah satu kunci pendidikan adalah membuka wawasan seluas-luasnya serta mampu mengenal berbagai macam tradisi, pemikiran, dan budaya di dunia.

“Selama lebih dari 40 tahun menjadi guru, saya mengakui bahwa salah satu masalah terbesar dalam pendidikan terjadi saat para pelajar tidak memiliki wawasan yang luas mengenai dunia ini. Dengan membuka wawasan, mereka akan tahu bahwa begitu banyak yang dapat mereka lakukan di masa depan, dan tidak terpaku pada cita-cita yang itu-itu saja. Oleh karena itu, saya mendukung langkah ini. Saya memang sudah tua, sebentar lagi juga pensiun, tapi tetap saya ini seorang guru dan yang terpenting adalah masa depan anak-anak didik saya. Dalam era seperti ini, jelas masa depan terletak di tangan orang-orang yang memahami kondisi masyarakat dunia dengan lebih baik.” jelasnya.

Seorang guru lain yang tidak ingin disebutkan namanya juga menanggapi positif usulan ini dengan alasan yang sedikit berbeda. Menurutnya, para guru juga akan mendapatkan keuntungan dengan bisa ikut karyawisata karena wajib mendampingi para siswa.

“Kalau saya senang-senang saja, bisa mendampingi siswa. Kita sebagai guru jadi bisa punya lebih banyak pengalaman ke luar negeri, misalnya ngafe-ngafe sambil ngajar di Paris, hahaha. Tapi di sisi yang serius, tugas kami akan jadi cukup berat karena kita harus mengimbangi tingginya kebutuhan pengetahuan siswa nanti, ” tukasnya.

Aksi para siswa ini berlangsung dari pukul 8 pagi hingga mereka membubarkan diri secara teratur pada pukul 12 siang. Hingga saat ini, belum ada tanggapan resmi dari Kemdikbud mengenai tuntutan para siswa ini


tkp


0
4.4K
57
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923KThread83.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.