Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

diego502Avatar border
TS
diego502
Akankah Indonesia Membangun Destroyer Bertenaga Nuklir ?
Berbicara tentang kapal perang permukaan, maka tidak akan terlepas dari konsumsi bahan bakar yang harus disediakan. Kapal perang tidak didisain untuk hemat, tapi lebih ke persoalan performa. KRI Todak yang berukuran 57 meter memiliki tangki BBM 150 ton. Jika berlayar sehari dengan kecepatan ekonomis 15-18 knot, kapal ini menghabiskan BBM 18 Ton. BBM itu akan habis saat kapal berlayar selama 8 hari. Kalau kecepatannya ditingkatkan, konsumsi BBMnya melonjak dan bisa membuat cenat cenut kepala sang Komandan.

Bagaimana jika korvet atau frigate yang dikerahkan untuk patroli di perairan Indonesia yang luas, BBM yang dibutuhkan berlipat-lipat. Sementara Indonesia yang merupakan negara kepulauan merupakan sebuah keniscayaan, yang kini diwujudkan untuk mendapatkan keuntungan darinya, lewat visi poros maritim.

Selain itu, dunia kemaritiman Indonesia menghadapi dilema yang cukup serius dalam menangani praktik penangkapan ikan secara ilegal atau illegal fishing yang terjadi di perairan Indonesia. Tugas TNI Angkatan Laut dalam mengamankan teritori di Indonesia nyatanya tidak bisa berfungsi maksimal. Sebab, dana anggaran bahan bakar minyak untuk kapal-kapal patroli laut sangat minim. TNI bahkan sampai harus berutang Rp 6 triliun untuk mengoperasikan kapal patroli.

“Selama ini, kami utang ke Pertamina, utang jadi makin banyak. Utang terakhir TNI itu sekitar Rp 6 triliun, nggak tahu tuh mau diputihkan atau bagaimana,” kata Panglima TNI Jenderal Moeldoko saat itu, seperti yang dikutip Kompas.com (17/11/2014).

Negara seperti Rusia pun tampaknya menyadari bahwa opoerasional kapal perang identik dengan kebutuhan konsumsi bahan bakar yang besar. Sementara tantangan geopolitik Rusia semakin besar. Untuk mulai tahun 2016, Rusia mulai membangun delapan kapal penghancur bertenaga nuklir terbaru. Bobot kapal penghancur baru ini akan mencapai 17.500 ton, dengan panjang 200 meter dan lebar 20 meter. Kapal mampu bergerak dengan kecepatan hingga 30 knot (sekitar 55 km/jam) dan melakukan misi selama 90 hari tanpa memasuki pelabuhan.

Pembuatan kapal penghancur nuklir Leader telah dimulai. Ada delapan kapal yang hendak dibangun, dan kapal utama akan dibangun dalam periode militer 2020 – 2025. “Kepentingan geopolitik baru muncul dan kini kita perlu hadir di bagian-bagian terpencil planet Bumi. Kapal Leader akan membantu AL Rusia menghadapi tantangan di semua samudra dunia,” ujar Mantan Deputi Komando Angkatan Laut Rusia Laksamana Igor Kasatonov seperti yang dikutip Indonesia.rbth.com.

Mampukah Indonesia membangun kapal perang/kapal patroli yang digerakkan dengan tenaga nuklir ?.

Pada bulan April 2015, Badan Tenaga Nuklir Indonesia (BATAN) mengumumkan, konsorsium Rusia-Indonesia menjadi pemenang lelang untuk tahap pre-desain dalam proyek pembangunan reaktor daya nuklir multifungsi di kawasan Serpong, Banten.

Konsorsium tersebut terdiri dari beberapa perusahaan Indonesia, yaitu PT Rekayasa Engineering dan PT Kogas Driyap Konsultan, serta perusahaan Rusia, NUKEM Technologies GmbH, yang merupakan anak perusahaan Rosatom, BUMN nuklir Rusia.

Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional BATAN, Djarot Sulistio Wisnubroto menyebut reaktor nuklir mini atau Reaktor Daya Eksperimental (RDE) di Serpong, Tangerang Selatan, untuk keperluan penelitian dengan berkapasitas 10 Mega Watt (MW).

Selanjutnya
0
1.6K
5
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Citizen Journalism
Citizen JournalismKASKUS Official
12.8KThread5.2KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.