Iko Uwais

Untuk urusan film bergenre action mungkin sudah tidak ada yang meragukan bakat dari aktor yang satu ini. Kita tentu masih ingat aksi dirinya dalam film The Raid: Redemption, The Raid 2 : Berandal dan Merantau yang sukses mencuri perhatian para penonton yang bukan hanya dalam negri bahkan mancanegara. Dan untuk kali ini dia akan kembali beraksi sebuah film laga bertajuk Headshot.

Iko Uwais menuturkan, film yang disutradarai oleh Timo Tjhajanto dan Kimo Stamboel ini tak main-main dalam menciptakan adegan laga. Sejumlah koreografi khusus pun sengaja ia siapkan demi mendukung aksinya di film Itu. “Film ini sangat serius dibuat. Bukan film yang penting jadi. Walau saya capek, tapi kalau adegannya (feelnya) belum dapat, saya enggak akan berhenti,”ucap Iko Uwais saat ditemui di Hilton Garden Inn, 92 Peter Street, Toronto, Kanada.

Meski bukan kali pertama melakoni adegan laga, Iko Uwais rupanya masih menjumpai kesulitan. Ada satu adegan di mana melakoni adegan laga jadi terasa begitu sulit namun menantang. “Adegan fighting sama Julie di laut, berat di cuaca dan alam, lumayan susah. Biasanya kita fighting di lantai dan ini harus melawan alam, berat itu. Kelilipan pasir itu mengganggu koreo atau adegan kita,” ujar Iko Uwais.

Bermain dalam sebuah film bergenre action merupakan pengalaman pertama bagi aktris berbakat Chelsea Islan Sepertinya Chelsea punya pertimbangan sendiri menerima tawaran film di luar genre kebiasaanya. “Ini prosesnya cukup panjang. Aku meeting bisa sampai tiga kali untuk benar-benar sampai deal mau main film ini. Untuk aku pribadi, ini film action yang pertama. Sebelumnya kan banyak di drama, film biopik, sejarah. Pertamanya saya nggak tahu action itu gimana,”kata Chelsea saat jumpa pers film Headshot di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.

Walaupun menjadi penampilan perdananya membintangi sebuah film begenre action namun itu sepertinya bukanlah halangan baginya untuk menunjukan kemampuannya.Pada pemutaran perdana film ini yang dilakukan di Toronto International Film Festival (TIFF) 2016 Chelsea banyak sekali mendapat pujian.Bukan hanya dari media setempat dan penonton yang hadir bahkan, sutradara film James Bond, Marc Forster melontarkan pujiannya secara langsung kepada Chelsea. Chelsea dan Marc bertemu di hari ketiga TIFF 2016. Sutradara sekaligus produser film World War Z tersebut memuji intelektualitas akting Chelsea sebagai Ailin di film Headshot. Di film Headshot, dara kelahiran Washington D.C 2 Juni 1995 silam ini akan memerankan karakter Ailin, seorang dokter di salah satu rumah sakit.Ailin menjadi dokter pribadi yang menjaga Ishmael (Iko Uwais) ketika mengalami koma dan hilang ingatan.

Untuk adegan action, diakuinya memang lebih dahulu berlatih basic tentang beladiri. Di film Headshot, terdapat beberapa scene di mana Chelsea juga melakukan adegan fighting saat menyelematkan diri. “Kalau adegan actionnya lebih banyak belajar dari mas Iko Uwais dan Wais Team, jadi memang selama 3 minggu ke tempat latihan di Cempaka Putih belajar di sana dan memang kerja keras,” tandas Chelsea.

Julie Estelle

Julie Estelle siap menyuguhkan akting yang memukau lewat film terbarunya, Headshot. Tidak tanggung-tanggung, ia pun turut serta dalam sederet adegan laga dan bakal beradu kekuatan dengan tokoh yang diperankan oleh Iko Uwais.Ini mungkin bukan kali pertamanya dia berperan dalam film bergenre action karena sebelumnya juga dia pernah membintangi film The Raid 2 : Berandal. Ketika di tawarai untuk membintangi film ini Julie mengaku sangat tertarik “Headshot ini film action kedua setelah The Raid. Pada saat itu, saya selesai syuting film ‘Surat dari Praha’, lalu saya dihubungi oleh Timo, menawarkan karakter Rika di Headshot. Kemudian, saya pernah bekerjasama sama Timo Brothers di film Rumah Dara. Mereka garap film action pertama dan bekerja sama dengan Uwais Team. Saat mereka menceritakan karakternya berbeda dari karater saya di film sebelumnya, saya tertarik. Jadi kenapa tidak ( jika ) saya eksplor lebih dalam lagi akting saya,”ujar Julie Estelle.

Belajar dari The Raid, Julie sudah lebih dulu berkenalan dengan tantangan beradegan action dan fighting. Tapi beda film tentu beda rasanya.

Di sini saya melakukan action tanpa menggunakan stuntman dan full body contact.”Lantas, bagaimana dengan urusan keamanan saat berakting action? Cedera, kalau sekedar memar dan atau mungkin kena pukul, itu biasa. Sebelum syuting, kan, selalu latihan safety. Gimana latihan menjatuhkan yang aman, cara memberi pukulan dan menghadapi itu semua". tuturnya.

Di film ini Julie Estelle akan berperan sebagai Rika yang merupakan seorang pembunuh yang sudah dilatih sejak kecil untuk menjadi seorang petarung.

Merantau

Mungkin Merantau adalah salah satu film yang menjadi tonggalk terlahirnya film2 genre action “modern”.Sebelumnya Indonesia pernah berjaya dengan film-film silatnya seperti Tutur Tinular, Saur Sepuh, Si Buta Dari Gua Hantu, Panji Tengkorak ataupun film-film silat ala Barry Prima dan Advent Bangun. Sutradara asal Inggris, Gareth Huw Evans yang merasa tertantang untuk menghadirkan kembali seni bela diri Indonesia lewat film action-silat berjudul Merantau.
Berbeda dengan film action silat era dulu kala, Merantau disajikan dengan teknologi high-definition modern untuk menghasilkan gambar gerakan-gerakan silat yang mengagumkan. Gareth sendiri memang adalah seorang pecinta seni olahraga beladiri. Kekagumannya terhadap pencak silat pernah ia abadikan lewat 5 episode film dokumenter berjudul The Mystic Arts of Indonesia: Pencak Silat. Gareth sebelumnya juga pernah menggarap Film Pendek Samurai Monogatari serta British snuff-thriller movie berjudul Footsteps.

The Raid : Redemption

Ini merupakan salah satu film Indonesia paling sukses sepanjang masa, bukan hanya dalam negri film ini juga sukses mendapatkan perhatian dari mancanegara. Bahkan berbagai penghargaan dalam maupun luar telah banyak diraih oleh film ini.Sutradara film ini Gareth Huw Evans telah berhasil memadukan bela diri silat dengan koreografi yang modern membuat film ini sangat layak menjadi film terbaik Indonesia.
Film ini menceritakan tentang usaha penggerebekan gembong mafia narkoba di sebuah apartemen tua. Segala sesuatu awalnya berjalan lancar, sebelum akhirnya operasi ini ketahuan oleh seorang penghuni apartamen yang juga adalah bagian dari komplotan mafia tersebut. Dan membuat misi menjadi kacau balau.
Film yang berdurasi lebih dari satu setengah jam ini sangat mampu membuat kita penasaran, sekaligus ngeri dengan adegan-adegan brutal yang ditampilan. Salut kepada Donny Alamsyah, Iko Uwais dan terlebih lagi ‘ Mad Dog’ Yayan Ruhian, untuk adegan bela diri yang sukses membuat siapapun menahan nafas.

Pendekar Tongkat Emas

Film ini merupakan film silat-action yang disutradarai oleh Ifa Isfansyah, dengan naskah cerita yang ditulis oleh Jujur Prananto, Ifa Isfansyah dan Mira Lesmana. Film action ini dibintangi oleh sederet bintang papan atas Indonesia, seperti Christine Hakim, Nicholas Saputra, Reza Rahadian, dan Slamet Rahardjo. Eva Celia dan Tara Basro, dua bintang muda yang sedang naik daun, juga ikut berperan sebagai pemeran utama. Film ini mengangkat tema persilatan yang sudah lama tidak menghiasi perfilman Indonesia. Film yang merupakan garapan dari rumah produksi Miles Films ini bercerita tentang Cempaka ( Christine Hakim ), Pendekar yang disegani dan sangat dihormati dalam dunia persilatan, adalah pemegang maha senjata dan jurus mematikan Tongkat Emas yang kekuatannya tak tertandingi. Cempaka yang mulai menua akan mewariskan senjata dan jurus Tongkat Emas kepada salah satu muridnya.

Pembunuhan dan pengkhianatan terjadi sebelum dunia persilatan mengetahui siapa ahli warisnya. Tongkat Emas jatuh ke tangan yang salah dan tak dapat dihindari, kekacauan terjadi. Satu satunya orang yang dapat membantu mengambil alih Tongkat Emas adalah Pendekar Naga Putih, bekas pasangan Cempaka, yang telah lama menghilang. Dua orang murid Cempaka yang tersisihkan dan terkhianati, harus menemukan Pendekar Naga Putih sebelum terlambat.

SOURCE : Disini