- Beranda
- Berita dan Politik
Ormas Islam Tuding KKR di Sabuga ITB Sebagai Ajang Pemurtadan
...
TS
7sunde.lust
Ormas Islam Tuding KKR di Sabuga ITB Sebagai Ajang Pemurtadan
Spoiler for sumbupendek:
JAKARTA (netralitas.com) – Sejumlah Ormas Islam yang tergabung dalam Pembela Ahlu Sunnah (PAS), DDII (Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia), Jundullah/Annas/FUUI , FPI, KPUB, API yang berjumlah 50 orang melakukan unjuk rasa pada Selasa (6/12) pukul 13.30 Wib di pintu masuk Sabuga ITB, Jalan Taman Sari, Bandung.
Pengunjuk rasa di pimpin M. Roinul Balad selaku koordinator lapangan sekaligus ketua Ahlul Sunnah dan Ustadz Abdul Hadi yang merupakan ketua Jundullah. Aksi unjuk rasa tersebut dilaksanakan dalam rangka menolak kegiatan KKR (kebaktian Kebangunan Rohani) Natal Bandung 2016 di Sabuga ITB. Kegiatan KKR Pemuda dipimpin oleh Pendeta Stephen Tong.
Dalam aksinya, massa membentangkan spanduk yang bertuliskan:
1. Fasilitas umum Bukan tempat untuk menggelar Natalan.
2. Masyarakat Muslim Jabar meminta kegiatan KKR pindah ke tempat yang telah disediakan (Gereja) bukan ditempat umum.
3. Kembalikan acara KKR Natal ketempat yang semestinya.
4. Dasar penolakan ummat dan ormas Islam menolak kegiatan KKR sebagai berikut:
1. Karena KKR Identik dengan ibadah-ibadah yang pernah dilakukan Yesus Kristus dahulu seperti khotbah dibukit, pelayanan ditempat-tempat umum sehingga orang-orang kebanyakan (umum) bisa datang berbondong-bondong untuk mendengar pengajaran firman Tuhan, didoakan dan mengalami mujizat kesembuhan Ilahi, diselematkan dengan percaya dan menerima Tuhan Yesus secara pribadi. Ini berarti KKR adalah rangkaian kegiatan ibadat umat Kristen, dan peribadatan umat kristen sudah diatur ditempat tertentu yakni gereja. Hal itu sesuai dengan peraturan bersama (SPB) Menteri agama dan menteri dalam Negeri Nomor 9 tahun 2006 dan Nomor 8 tahun 2006. Adapun Gedug Sabuga ITB sesungguhnya bukan gereja dan atau tempat ibadat sebagaimana dimaksud dalam SPB dua menteri tersebut.
2. Rencana penyelenggara KKR di Sabuga ITB pada Selasa 6 Desember 2016, itu bertentangan secara spesifik dengan UU SPB dua menteri.
3. Pengalihan fungsi tempat tertentu sebagai tempat ibadat (tanpa izin) adalah perbuatan yang nyata-nyata melanggar hukum, khususnya pasal 70 ayat (1) dan (2) UU No.26 tahun 2007 tentang penataan ruang.
4. Berdasarkan investigasi ormas Islam dan pengakuan timsus mantan pendeta/pastur (antara lain mantan penginjil Hanny Kristianto) pada acara KKR tahun-tahun silam di beberapa lokasi, terbukti adanya tindakan mempengaruhi dan membujuk dan atau menyebarkan agama Kristen kepada umat yang sudah beragama lain (Islam), khususnya melalui modus proses penyembuhan penyakit yang digelar dalam rangkaian ibadat KKR. Hal itu bertentangan dengam SPB dua menteri dan atau intruksi Gubernur Jabar Nomor 28 tahun 1990 tentang petunjuk pelaksanaan dan seterusnya point 11 (a) perihal penyebaran agama, yang melarang penyebaran agama kepada orang yang sudah memeluk agama lain.
5. Penyebaran dakwah dengan cara-cara membohongi objek dakwah dan atau melanggar hukum dan atau peraturan yang berlaku di NKRI, sesungguhnya merupakan kedustaan yang bertentangan dengan ajaran agama dan atau ajaran Tuhan Yang Maha Esa, yang notabene perbuatan tersebut berlawanan dengan sila ke 1 pancasila.
Adapun orasi yang disampaikan oleh perwakilan Ormas Islam :
1. Ustadz Roin (Ketua Ahlussunnah/DDII) menyampaikan:
a. Menolak pelaksanaan KKR ini karena melaksanakan Ibadah bukan pada tempatnya.
b. Meminta agar kegiatan KKR untuk siswa-siswi yang sudah dilaksanakan, agar pukul 15.00 wib sudah selesai dan meminta agar pamflet-pamflet yang sudah terpasang agar dilepas.
2. Ustadz Abdul Hadi (Jundullah/DDII/FUUI) menyampaikan:
a. Pribumi Indonesia harus menjaga Indonesia dengan keimanan, karena inflasi ekonomi sudah dikuasai oleh Blok Barat dan Blok China.
b. Umat Islam harus sadar bahwa Indonesia telah terancam dari sisi Akidah, yang melaksanakan KKR ini adalah sebuah organisasi gerakan misi pemurtadan yang dibawa dari luar negeri.
c. Di negara kita tidak boleh menyebarkan agama pada seseorang yang sudah memiliki agama.
d. Mereka memasang informasi kegiatan KKR ini sangat masif yaitu di toko-toko dan angkot dan ini sudah melanggar konstitusi, Umat Islam harus sadar dan harus berjuang untuk menunjukkan kecintaan kita pada Agama Islam.
Selanjutnya pada pukul 15.05 wib pengunjuk rasa diterima oleh Bapak Didi (perwakilan dari panitia KKR) menyampaikan:
a. Bahwa kegiatan KKR ini akan selesai pukul 15.00 wib.
b. Untuk acara selanjutnya yang rencana akan dilaksanakan nanti malam DIBATALKAN.
c. Panitia awalnya mau mengalihkan ke Gereja tetapi hal tersebut tidak memungkinkan karena terkendala jumlah massa dan lokasi parkir.
d. Panitia juga akan menyampaikan pada jemaat bahwa untuk kegiatan KKR nanti malam DIBATALKAN.
http://www.netralitas.com/nusantara/read/14035/ormas-islam-tuding-kkr-di-sabuga-itb-sebagai-ajang-pemurtadan
Pdt. DR. Stephen Tong
Spoiler for 1:
Tong was born in 1940 in Xiamen, China,[9]:8 from the couples of Tong Pai Hu, a businessman whose family was highly regarded by the Qing government,[10] and Tan Tjien Nio (Indonesian name: Dorcas Tanjowati).[11] He is the sixth of eight children,[9] only one of them was a girl.[note 1] his father died when Stephen was 3; his family wealth had eroded during the years of Japanese imperialism.[13] At that time, Tong's mother fostered their brothers and sister alone.[14]
In 1949, he with his mother and siblings migrated to Surabaya, Indonesia, to find a better place of living during the Chinese Revolution.[13] He completed primary education at Min Guang Primary School and he graduated from Chung Hwa High School (中華高中學) in 1958. Though he had not graduated yet, he had been teaching as either assistant or formal teacher from 1957 till 1960 at Zhong Guo Nui Xue School and Yi Xing Night School.[9]:8
When Tong was 15 years old, he had strong beliefs in communism, which he called "Karl Marx's dialectical materialism". He ascribed to Charles Darwin's theory of evolution, and had a deep hatred towards Christianity, which he regarded as "the foolish religion which came from the devilish West and has illogical teachings".[15] However, he respected that her mother had a devoted spiritual life: "When I was small, the first words I'd hear in the morning were those of my mother while she prayed. She prayed for each of us children by name, and asked God to guide us.".[16]
In 1957, his mother asked him to attend a Christian youth conference that was conducted by the Southeast Asia Bible Seminary (SEABS) (Indonesian: Madrasah Alkitab Asia Tenggara, now Seminari Alkitab Asia Tenggara, STT SAAT) in Malang in 1957. On January 9, the last day of the conference, when Andrew Gih gave a revival sermon, Tong became a Christian.[17] He began to share the Gospel, and taught children in Christian schools. In 1960, he enrolled in SEABS,[18] and later graduated with a Bachelor of Theology in 1964. He then joined SEABS's faculty, and taught theology and philosophy classes from 1964 to 1988.[9]:8[19
In 1949, he with his mother and siblings migrated to Surabaya, Indonesia, to find a better place of living during the Chinese Revolution.[13] He completed primary education at Min Guang Primary School and he graduated from Chung Hwa High School (中華高中學) in 1958. Though he had not graduated yet, he had been teaching as either assistant or formal teacher from 1957 till 1960 at Zhong Guo Nui Xue School and Yi Xing Night School.[9]:8
When Tong was 15 years old, he had strong beliefs in communism, which he called "Karl Marx's dialectical materialism". He ascribed to Charles Darwin's theory of evolution, and had a deep hatred towards Christianity, which he regarded as "the foolish religion which came from the devilish West and has illogical teachings".[15] However, he respected that her mother had a devoted spiritual life: "When I was small, the first words I'd hear in the morning were those of my mother while she prayed. She prayed for each of us children by name, and asked God to guide us.".[16]
In 1957, his mother asked him to attend a Christian youth conference that was conducted by the Southeast Asia Bible Seminary (SEABS) (Indonesian: Madrasah Alkitab Asia Tenggara, now Seminari Alkitab Asia Tenggara, STT SAAT) in Malang in 1957. On January 9, the last day of the conference, when Andrew Gih gave a revival sermon, Tong became a Christian.[17] He began to share the Gospel, and taught children in Christian schools. In 1960, he enrolled in SEABS,[18] and later graduated with a Bachelor of Theology in 1964. He then joined SEABS's faculty, and taught theology and philosophy classes from 1964 to 1988.[9]:8[19
0
9.5K
Kutip
76
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
670.2KThread•40.4KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru