Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

piraterevengeAvatar border
TS
piraterevenge
Minyak Indonesia Habis 12 Tahun Lagi, Krisis Mengintai Anak-Cucu
JAKARTA, KOMPAS.com - Cadangan minyak diperut bumi Indonesia, tanpa ada eksporasi baru, diprediksi akan habis 12 tahun-15 tahun lagi. Sedangkan, perkembangan energi non fosil di Indonesia masih minim.

Hal itu diperparah dengan terus naiknya tingkat konsumsi minyak nasional. Saat ini saja angkanya sudah mencapai 1,6 juta barel per hari (BPH).

Sedangkan, produksi minyaknya hanya 600.000-800.000 BPH. Katidakseimbangan antara produksi minyak yang terus turun dengan konsumsi dalam negeri yang terus naik membuat impor tidak bisa terelakan.

Diprediksi angka impor minyak akan terus membengkak dari tahun ke tahun hingga mencapai 1 juta BPH-2 juta BPH pada periode 2020-2025 mendatang.

“Jelas ini sangat mengkhawatirkan,” ujar Pengamat energi sekaligus Direktur Indonesian Resources Studies Marwan Batubara kepada Kompas.com, Jakarta, Kamis (1/12/2016) malam.

Kekhawatiran itu cukup beralasan. Apalagi pemerintah dinilai belum menunjukan keseriusan mengembangkan energi di luar minyak bumi.

Padahal ada potensi besar mengembangkan industri gas, energi geothermal atau panas bumi untuk listrik, dan bioethanol untuk bahan bakar.

Sayangnya, keseriusan itu dinilai belum nampak. Bahkan ia juga menyoroti dana subsidi BBM yang dipangkas pemerintah, belum terasa mengalir untuk pengembangan energi terbarukan.

Begitu juga anggaran di Direktorat Jenderal Energi Baru dan Terbarukan, serta Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM justru dipangkas pada APBN-P 2016. Berbagai persoalan di sektor energi itu harus segera diselesaikan.

Sebab, generasi yang akan datang akan menanggung beban berat akibat persoalan itu.

“Kita akan mengalami krisis energi,” ucap Marwan.

Indonesia diyakini akan terus tergantung dengan impor minyak bila tidak ada keseriusan mengembangkan energi baru terbarukan. Akibatnya devisa negara akan terus terkuras hanya untuk impor minyak saja.

Kenaikan harga minyak dunia ke angka 80 dollar AS-100 dollar AS per barel seperti beberapa tahun silam masih menjadi bayang-bayang.

Bila itu terjadi lagi, maka pemerintah harus mengeluarkan lebih banyak rupiah untuk impor minyak.

Sedangkan dari sisi APBN, pemerintah sudah kepayahan meningkatkan penerimaan negara di tengah lemahnya pertumbuhan ekonomi global, anjloknya harga komoditas, hingga gejolak pasar keuangan.

Padahal, APBN adalah ruh perekonomian dan pembangunan bangsa.

“Akhirnya, krisis energi bisa membawa atau menggiring kita kepada krisis ekonomi. Kenapa? Itu karena kita sangat tergantung ke impor,” kata Marwan.

http://bisniskeuangan.kompas.com/rea...tai.anak-cucu.

Berdoa aja semoga ahlinya salah..emoticon-Wowcantik
0
2.5K
45
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.2KThread41KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.