Siang gan, ane mau nyeritain robot pembela kebenaran punya Jakarta

Ahok Version 2.0

Naah sesuai judul knapa ane nganggep Ahok itu cyborg adalah karena kerja kerasnya yang tiada henti untuk membangun Jakarta. Persoalan Version 2.0 nya adalah karena menurut ane doi udh di upgrade versi nya, jadi lebih baik lagi dr sbelumnya

tanpa banyak lagi basa-basi, kita lanjut ke pembahasan.....







Sebuah pepatah sunda mengatakan,


yang berarti bumi yang kekeringan selama satu tahun, tidak terlihat bekas keringnya karena hujan sehari.

Pepatah tersebut dapat dimaknai seperti seribu kebaikan yang telah diperbuat seseorang, dapat terlupa begitu saja karena satu kesalahan. Sering kali jasa-jasa seseorang tidak ada artinya lagi apabila dia melakukan satu hal yang dianggap tidak baik oleh masyarakat.


Hal ini kemudian terjadi kepada Ahok, calon Gubernur DKI yang terus diterpa dengan isu miring. Media sosial belakangan gencar dihiasi dengan cacian dan hujatan yang ditujukan kepada dirinya. Segala hal yang telah diperbuatnya untuk Jakarta seakan tidak ada artinya dibandingkan dengan sebuah hal yang dianggap salah oleh sebagian orang. Tuntutan diajukan dengan pengerahan massa besar-besaran demi menjegal langkah Ahok untuk kembali pimpin Jakarta lima tahun mendatang.


Marahkah dia kemudian terhadap orang-orang yang mencibirnya? Mungkin iya, mungkin juga dia sedih sebab jerih payah yang dia lakukan untuk masyarakat kemudian dibalas dengan tuduhan dan hinaan. Mungkin Ahok sangat dongkol melihat percikan kebencian yang ditebarkan sekelompok orang berhasil menghasut khalayak dan merubah persepsi dalam memandang dirinya.


Lalu apa yang dilakukan Ahok?


Sebagai pemimpin yang baik, seorang harus bisa menempatkan diri menjadi apa yang diinginkan oleh masyarakat. Ahok kini telah bertransformasi menjadi sosok yang sangat santun dalam bertutur. Kejadian buruk yang menimpa dirinya adalah titik balik untuk mengintrospeksi diri menuju pribadi yang lebih baik. Masalah yang ia dapatkan, justru dijadikan pembelajaran bagaimana bersikap nantinya. Dengan lapang dada, ia juga menerima segala masukan untuk dirinya agar memperbaiki gaya berkomunikasi. Ahok meminta kepada masyarakat untuk menegurnyaapabila dia salah berbicara.


Perubahan tersebut juga terlihat dari responnya terhadap ‘serangan’ yang dilakukan calon lain. Kritik dilontarkan oleh Anies Baswedan mengenai program Ahok yang menurutnya hanya berjalan 34% saja saat menjadi gubernur. Menanggapi hal tersebut, Ahok terlihat kalem dengan mengatakan itu merupakan hal yang wajar terjadi ketika seseorang akan maju sebagai gubernur. “Ya nggak apa-apa. Biasa kalau seseorang yang mau jadi gubernur ya bisa saja mengkritik,” ujar Ahok di Rumah Lembang, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (29/11/2016). Ia kemudian bersemangat dan menggebu ketika memaparkan tentang program kerjanya dalam menata Jakarta.


Vox populi vox dei.


Ahok menunjukan bahwa sebagai pemimpin yang lahir dari rakyat, ia mampu bersikap sebagaimana suara rakyat menginginkannya. Dia rela mengesampingkan egonya dan menjadi apa yang didambakan oleh masyarakat. Seorang pemimpin harus menjadi cerminan dan suara yang mewakilkan masyarakat yang dipimpinnya.