Siapa tak kenal sosok karismatik Diego Simeone? Gelandang bertahan yang mulai bersinar kala bermain di Liga Sepakbola Eropa ini sudah tidak bisa diragukan lagi kepiawaiannya kala masih berstatus sebagai pemain dan juga kala menyandang status manajer tim saat ini. Prestasinya mentereng. Atletico Madrid, Inter Milan, serta SS Lazio berhasil dibawanya menjuarai kompetisi bergengsi seperti La Liga, Copa Del Rey, UEFA Cup, Scudetto Serie A, Coppa Italia, Supercoppa Italia, dan UEFA Super Cup kala masih menjadi pemain. Saat berstatus sebagai manajer kini, tujuh gelar telah ia raih kala melatih Estudiantes de La Plata (1 gelar), River Plate (1 gelar) dan Atletico Madrid (5 gelar). El Cholo (nama panggilan Diego Simeone) layak kita sebut sebagai legenda sepakbola era 1990an. Bakat yang melekat di dalam dirinya kini berhasil diwariskan kepada sang anak, yang mulai mengikuti jejak sang ayah untuk berkecimpung di dunia sepakbola. Adalah Giovanni Simeone Baldini, pria kelahiran kota Madrid 21 tahun silam yang digadang – gadang menjadi penerus tahta kecemerlangan sang ayah. Berbeda dengan Diego yang bermain sebagai gelandang bertahan, Giovanni lebih memilih untuk bermain sebagai pemain depan.
Memulai karir sebagai pemain junior di klub River Plate pada 2008 (Kala sang ayah melatih di klub Argentina tersebut), Giovanni mulai diorbitkan menjadi pemain tim utama pada tahun 2013. Dari sanalah namanya mulai dipandang. Timnas U-20 Argentina pun memasukkannya ke dalam skuad inti. Torehannya pun cemerlang. 10 gol dari 12 penampilan bersama timnas Argentina U-20 mengantarkannya hijrah ke Italia. Genoa adalah pelabuhan pertamanya di liga sepakbola Eropa.

Dibeli oleh Genoa dari River Plate dengan banderol € 3 Juta (sekitar Rp 43 Milyar), Giovanni langsung mendapatkan kepercayaan dari pelatih Ivan Juric. Dari 14 pertandingan yang sudah dilalui oleh Il Grifone (julukan tim Genoa), Giovanni Simeone hanya absen di tiga pertandingan awal. Empat golnya sejauh ini, berhasil membawa Genoa mantap di papan tengah Serie A Italia hingga pekan ke 14.

Akhir pekan kemarin, Giovanni nyaris menorehkan hattrick pertamanya di Serie A Italia, namun satu gol yang sebenarnya dia lesakkan telah lebih dulu melewati garis gawang dan diklaim sebagai gol bunuh diri pemain Juventus, Alex Sandro. Ya, dua gol akhirnya resmi dia lesakkan ke gawang Gigi Buffon dalam kemenangan telak 3-1 atas tim juara bertahan Juventus. Sebuah torehan manis seperti yang dilakukan sang Ayah sekitar 16 tahun silam, kala gol tunggalnya saat berseragam Lazio berhasil menggagalkan Juventus untuk meraih scudetto Serie A. Kecemerlangan Giovanni kali ini, semakin memersempit jarak antara Juventus dengan AS Roma (Peringkat ke 2) serta AC Milan (Peringkat ke 3) menjadi hanya 4 poin.



Dalam sesi wawancara dua bulan lalu di televisi, Diego mengungkapkan bahwa dia sangat jarang membicarakan sepakbola dengan sang anak. “Saya tidak pernah suka memberikan masukan atas permainannya di lapangan. (saat bertemu) kami membicarakan kehidupan, di mana itu merupakan hal yang penting (bagi kami).” ujar Diego. Meskipun kita belum layak untuk menyetarakan prestasi sang anak dengan sang ayah, namun apabila melihat potensi yang dimiliki Giovanni, bukan tidak mungkin kelak dia bisa melebihi prestasi sang ayah saat menjadi pemain.

Postur ideal, mental yang matang, serta kepiawaiannya dalam membuka ruang bagi terciptanya gol, membuat striker utama Genoa, Leonardo Pavoletti (yang sedang terbelit cidera) pantas khawatir apabila tempat utama menjadi milik Giovanni kelak.

In bocca al lupo Gio!!!


Sumber: Giovanni Simeone: Pewaris Bakat Sang Ayah