INDONESIA BERPOTENSI MEMICU PERANG DUNIA III

Perang dunia adalah suatu perang yang berskala besar dan melibatkan sebagian besar negara dunia yang jangkauannya antar benua hingga persekutuan militer. Perang dunia dapat disebabkan oleh provokasi satu pihak, kebutuhan atas sumber daya, keinginan untuk lebih berkuasa, nasionalisme yang berlebihan, perbedaan ideologi, serta kecerobohan dalam bertindak atau berucap, dimana hal-hal tersebut dapat menimbulkan banyak kerugian dan perubahan era menuju globalisasi. Ciri khas perang dunia adalah:

1. Terjadi pertarungan antara negara koalisi-koalisi besar dunia, sehingga saat negara tersebut diserang, maka negara sekutunya akan langsung datang membantu.
2. Banyak negara yang tidak berperang secara langsung akan terlibat kedalam perang karena tegabung dalam persemakmuran negara yang sedang berperang.
3. Bermunculan berbagai macam inovasi dan kecanggihan teknologi terutama di bidang persenjataan militer dan pertahanan keamanan negara, serta kemajuan pesat dari computer dan dunia maya yang kelak digunakan sebagai front terdepan.
4. Dampak dari perang dunia adalah korban jiwa, kemerosotan besar ekonomi, lumpuhnya pemerintahan, hancurnya infrastruktur bahkan hilangnya sebuah peradaban.

Pada tanggal 24 Oktober 1945 berdirilah sebuah organisasi dengan nama Perserikatan Bangsa Bangsa yang bertujuan untuk mendorong kerjasama dan mencegah terjadinya konflik bangsa-bangsa di dunia. Semenjak saat itu seorang pemimpin negara harus berpikir beberapa kali sebelum berperang, karena:

1. Pernyataan perang hanya bisa ditujukan ke negara yang sama-sama merdeka.
2. Pernyataan perang harus disetujui oleh parlemen negara tersebut, karena belanja militer pasti akan menghamburkan uang negara.
3. Serangan yang tidak lolos sensor Dewan Keamanan PBB akan dianggap ilegal. Akibatnya, negara penyerang bisa kena sanksi internasional.

Berdirinya PBB memberikan angin segar bagi perdamaian dunia, tetapi Dewan Keamanan PBB didominasi oleh negara-negara pemenang perang dunia kedua yaitu Amerika Serikat, Britania Raya, Tiongkok, Perancis dan Rusia. Beberapa diantaranya dinilai sebagai kekuatan besar dunia saat ini, baik di bidang militer, ekonomi termasuk potensi persenjataan nuklir terbanyak di dunia. Negara-negara ini memiliki sekutu di berbagai penjuru dunia, baik secara langsung maupun dalam bentuk kerjasama internasional. Dukungan dari negara-negara ini sempat mengobarkan perang di Vietnam, Semenanjung Korea, dan bahkan konflik berkepanjangan antara Israel dan Palestina, serta negara Arab lainnya.

Negara-negara kuat ini masing-masing juga punya kepentingan yang belum tentu sejalan. Perbedaan kepentingan tersebut tengah terjadi setidaknya di tiga wilayah yaitu Suriah, Ukraina, dan Laut Tiongkok Selatan. Sehingga di satu waktu, negara-negara kuat tersebut bisa jadi sahabat, namun di waktu lain, bisa saja jadi musuh. Tidak ada jaminan bahwa suatu saat, negara-negara kuat ini tidak akan bertempur satu sama lain, dan tidak menutup kemungkinan pula bahwa perbedaan kepentingan tersebut berimbas kepada Indonesia.

Dimanakah posisi Indonesia saat semua ini terjadi? Negara-negara di Asia konon akan menjadi incaran negara-negara besar tersebutkarena terdapat limpahan kekayaan alam dan cadangan sumber energi yang tidak ada habisnya. Secara geografis, Indonesia terletak pada posisi yang paling strategis di benua Asia. Terjadinya Perang dunia ketiga tidak hanya ditandai oleh perang konvensional bersenjata melalui perebutan wilayah secara nyata oleh para negara-negara besar di dunia, melainkan perebutan penguasaan ekonomi, sumber daya alam, dan sumber daya manusia yang terbungkus rapih oleh suatu model peperangan yang dikembangkan dari cara berpikir tidak lazim, dan di luar aturan peperangan yang berlaku yaitu Perang Asimetrik, dan tanpa kita sadari itu semua sudah terjadi di negara Indonesia tercinta.

Dunia informasi digital menjadi senjata utama dan terdepan yang digunakan untuk melakukan penyebaran berita-berita provokatif untuk mengadu domba, siaran acara yang tidak mendidik bahkan merusak mental SDM Indonesia, dan Narkoba yang menggerus generasi muda merupakan merupakan contoh nyata adanya perang asimetris di Indonesia yaitu pelemahan bangsa secara perlahan dan mematikan. Tidak menutup kemungkinan apabila perang asimetris masih dirasa kurang, maka perang konvensional berupa invasi militer pun akan dilancarkan oleh negara-negara yang memiliki banyak kepentingan dan harapan di Indonesia.

Masyarakat Indonesia yang majemuk tidak akan pernah bersatu, tetapi dari kemajemukan itulah munculnya berbagai kekuatan untuk berkata bahwa Indonesia adalah satu, kita tidak akan pernah memahami mengenai ancaman perang asimetris apabila selama ini kita masih belum bisa move on dari masalah agama, politik, suku, ras, dan terus berkutat dengan persoalan siapa salah siapa benar.

Langkah nyata yang harus kita lakukan sebagai bangsa Indonesia adalah pemahaman yang mendalam atas terjadinya perang asimetris terhadap Indonesia saat ini, bijak dalam bertindak, serta rasa patriotisme dan nasionalisme yang harus terus digelorakan oleh seluruh elemen. Patriotisme yang sejati adalah bukan dengan duduk di depan kamera seraya berbicara dengan nada saling menyalahkan, bukan pula dengan membawa bendera sambil melakukan orasi di seputaran air mancur kota, melainkan menjadikan diri sendiri untuk tidak mengemis pada negara ini dan berani menggali potensi diri demi kejayaan dan nama baik bangsa Indonesia.....itulah patriotisme sejati.

Indonesia adalah sebuah harapan kehidupan layaknya mata air jernih di tengah padang pasir tandus bagi bangsa-bangsa besar diluar sana, bukan hal yang mudah bagi bangsa lain untuk menundukan Indonesia karena bangsa lain pun akan berusaha untuk merebut bangsa Indonesia dengan berbagai macam cara. Tak ayal apabila hal tersebut terjadi maka perang dunia ketiga pun akan tergelar. PEREBUTAN SUMBER MATA AIR DI TENGAH PADANG PASIR TANDUS.

=======================================================================================================
sumur

iseng brosing nemu tulisan ginian, kaya'nya bagus tuh tuk wawasan....