Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

pena.warnaAvatar border
TS
pena.warna
Secuil Cerita Tan Malaka dan Jembatan Keledai..

Secuil Cerita Tan Malaka...


 Secuil Cerita Tan Malaka dan Jembatan Keledai..


Seperti banyak tokoh hebat lainnya, Tan Malaka memiliki pengetahuan yang luas dan kegemaran memabaca. Bahkan ditengah sulitnya perjuangan hidup dalam pembuangan dan pelarian yang memakan sebagian besar umurnya tersebut, dia masih terus mengumpulkan buku-buku, menghimpun pengetahuan yang kelak akan berguan tidak hanya untuk dirinya sendiri tapi juga kaumnya dan bangsanya..

Dengan kebutuhan berpindah-pindah tempat dalam keadaan tak terduga, Tan seringkali harus meninggalkan pustaka-pustakanya, buku-bukunya, yang telah dihimpunnya setiap kali memulai kehidupan baru di tempat yang baru..

Ketika melintasi perbatasan yang berbahaya, atau ketika jiwanya terancam, atau ketika Jepang menyerbu tempat-tempat yang dia singgahi..
Setiap kali paham “kiri” nya (yang dapat tercermin dari bahan-bahan bacaannya) terancam akan tercium oleh orang-orang yang membahayakannya.. di saat itu pula-lah dia harus berpisah dengan bacaan-bacaannya, yang menjadi harta berharganya..

Perpisahan tersebut bukan hanya dengan buku bacaannya, tapi juga dengan buku catatan pribadinya yang juga menyimpan kekayaan ilmu yang tidak hanya dia dapat dari buku, melainkan juga dari pengalaman langsung di negeri-negeri yang pernah ia singgahi…

Dia saat pustaka yang selalu berusaha ia kumpulkan harus terpaksa pergi darinya, setidaknya Tan masih punya senjata yang dapat dia andalkan, yaitu pikirannya dan si “jembatan keledai”.
Ilmu-ilmu yang telah dia serap dan pahami betul-betul, akan dibuat singkatannya untuk memudahkan mengingat.. sehingga rincian ilmu yang telah dia pelajari dapat bertahan diingatannya sekalipun pustakanya harus selalu pergi di tengah pelariannya..

“Walaupun saya tidak berpustaka, walaupun buku-buku saya terlantar cerai berai dan lapuk atau hilang di Eropa, Tiongkok, lautan Hindia, atau Singapura. Bukanlah itu artinya kehilangan “isinya” buku-buku yang berarti.”

Bahkan buku legendaris buah karyanya yang berjudul Madilog pun juga merupakan salah satu jembatan keledai bukan? Madilog mempunyai kepanjanagan MAterialise DIaletika LOGika.

Sebagai pelarian membuat catatan dalam bentuk jembatan keledai juga akan mengamankan mereka, seandainya catatan tersebut jatuh ke tangan musuh..toh, si musuh tidak akan pernah tau apa maksud sebenarnya dari jembatan keledai yang dibuatnya..


Seperti kata Tan Malaka:

“Saya anggap jembatan keledai itu penting buat pelajar sekolah dan paling penting buat seorang pemberontak-pelarian.
Bukankah seorang pelarian politik itu mesti ringan bebannya, seringan-ringannya? Ia tidak boleh diberatkan benda yang lahir seperti buku ataupun pakaian.
Hatinya terutama tak boleh diikat oleh anak istri, keluarga serta handai tolan. Dia harus bersikap dan bertindak sebagai “marsue” yang setiap detik siap sedia buat berangkat, meninggalkan apa yang bisa mengikat dirinya lair dan batin?”



sumur: http://penawarnapelangi.blogspot.co....-jembatan.html
0
2.7K
31
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.4KThread84.4KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.