Lama lama saya jengah juga dengan yang sampe sekarang masih banyak yang rutin bikin status, atau berita penebar kebencian .
Mungkin akan banyak yang menjawab 'kamu ga di posisi kami jadi ga tau rasanya'. Ah serius? Yang bener? kita sudah sering menerima posisi seperti itu, yang nyata nyata dan jelas menistakan dan menghina kami dari berbagai penjuru (coba buka mata, googling), dan biasanya bisa dipanggil oknum (ternyata si oknum itu kejahatannya banyak ya?). Bagi kami, So What? Nothing !!

"Lah setuju gak kalo dia diadili?"
Saya setuju dia diadili.
"berarti setuju juga kalo dia dihukum?"
Eit, kalo itu tunggu dulu. Hukuman itu mungkin karena salah. Padahal benar dan salah itu relatif, bisa tergantung paradigma atau sudut pandang, atau kesepakatan umum. Mau bukti? Coba mana yang disebut bagian depan pohon?
-Ada yang bilang itu depan pohon, sambil langsung nunjuk.
-ada juga yang bilang tadi ada anjing kencing di sini. Kalo kencing kan biasanya di belakang pohon. Nah brarti dibalik ini, adalah depan pohon.
Dan bisa berbagai sudut pandang lainnya.

"Lalu mana yang benar nih, bagian depan pohonnya?"
Hah? Masih tanya? Coba baca ulang dari atas
Negara kita kan punya hukum, yang dapat kita anggap benar bersama-sama walaupun kita beda warna rambut, beda bahasa, beda tinggi badan, beda berat badan, dan beda lainnya.

Kan sering ngomong, negara ini negara hukum, jadi hukum harus ditegakkan. Saya sangat sangat suangaaaaat setuju, dan sependapat dengan itu.
Oleh karena itu, serahkan pada hukum, ga usah bikin status mewek atau penebar kebencian.
"Lah kalo gak adil gmana?" Makanya silahkan dikawal hukumnya dengan cara CERDAS.

Eh mungkin ternyata dia ga jadi dihukum.
"Wah gak adil nih, jelas jelas dia salah"
Loh ngomongnya kok bolak balik ya? Katanya mau menyerahkan ke hukum, menegakkan hukum ya berarti sudut pandangnya dari hukum
Masalah Saya cuma 1, yaitu jengah dengan berita penebar kebencian saja