- Beranda
- Berita dan Politik
SBY-Megawati, Benci sampai Mati?
...
TS
mr.josh.tampan
SBY-Megawati, Benci sampai Mati?
Quote:
Perseteruan pribadi dua politikus senior, Megawati dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dalam pentas politik Indonesia sepertinya tidak/belum akan berakhir. Hal itu tampak dari ketidaksediaan Mega menghadiri kongres partai yang dibesut seterunya itu.
Padahal, SBY sudah mengutus putranya, Edhie Baskoro, dan dua politukus senior Demokrat untuk mengantarkan surat undangan. Mega hanya menjawab undangan tersebut dengan mengirimkan utusan, mewakili PDIP, ke Surabaya, tempat digelarnya acara.
Kehadiran perwakilan resmi PDIP memberikan sinyal sedikit membaiknya komunikasi politik antara kedua partai. Namun, secara pribadi, dua pembesar ini masih menyimpan bara kesumat.
Ketidakhadiran Mega dengan alasan sibuk jelas klise dan tampak kurang relevan. Pasalnya, semua orang tentu mempunyai pekerjaan, apalagi politikus sekelas Megawati. Menghadiri undangan adalah soal skala prioritas dan penghormatan kepada yang mengundang.
Kegagalan mempertemukan Mega-SBY dalam satu forum seperti ini adalah untuk kesekian kali, kecuali pada kesempatan yang tak terelakkan alias terpaksa. Misalnya, saat meninggalnya HM Taufiq Kiemas, suami Megawati, atau saat debat kampanye Pilpres di Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada 2004 dan 2009.
Bahkan, pada pelantikan Presiden Jokowi 20 Oktober tahun lalu, keduanya (tak tahu siapa yang mulai) seolah mencari cara supaya tak bertatap muka. Padahal, mereka sama-sama hadir di lokasi acara sebagai tamu VVIP.
Datang lebih dulu, Megawati memilih duduk berdampingan dengan Presiden ketiga RI BJ Habibie di sisi kanan dan istri mendiang Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid, Shinta Nuriyah, di sisi kirinya. Beberapa saat kemudian, SBY datang dan mengambil kursi yang berdampingan dengan Jokowi di atas podium Ruang Rapat Paripurna I, Gedung Nusantara.
Seusai seremoni pelantikan, Megawati beranjak dari kursinya dan menuju ruangan VVIP di lantai dasar. Sementara itu, SBY menyempatkan diri berfoto dengan Jokowi. Tak lama berselang, SBY pergi meninggalkan lokasi menuju Istana Negara. Ia akan mengikuti acara pisah sambut dengan Presiden Jokowi di Istana tersebut.
Setelah kepergian SBY, Megawati baru menampakkan diri, keluar bersama Puan Maharani dan Pramono Anung. Mega juga bungkam ketika ditanya media tentang pertemuannya dengan SBY.
Sebenarnya, hubungan antara Megawati dengan SBY tak elok untuk ditiru. Sebab, hal ini dapat memengaruhi konstelasi politik nasional. Oposisi, yang seharusnya dilandasi karena ideologi, menjadi sekadar perseteruan yang didasari emosi, persis seperti konflik di rumahtangga atau antar tetangga.
Lebih elok jika SBY dan Mega menjalin hubungan yang harmonis sesama insan politik. Mega seharusnya dapat belajar dari sang ayah, Bung Karno. Meskipun berseberangan ideologi politik dengan tokoh-tokoh lain, hubungan insaniah dengan mereka tetaplah ramah, saling menyapa dan mengunjungi.
Permusuhan pribadi tak selaiknya diobral di muka publik. Sebagai tokoh senior, seharusnya Mega-SBY tak kekanak-kanakan dan mampu mengatasi ini. Sebab, energi kebencian yang tak masuk akal di antara keduanya dapat saja merusak agenda besar membangun bangsa.
Kata penulis Amerika, Maya Angelou (1928-2014), “Kebencian terbukti menyebabkan banyak masalah di dunia, tapi belum pernah sekali pun menjadi solusi.”
SUMBER
BENCI SAMPE MATI
0
12.1K
Kutip
109
Balasan
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
671.1KThread•41KAnggota
Terlama
Thread Digembok