Seperti yang dijelaskan di website resmi telkom flexi, [url=http://www.telkomflexi.com,]www.telkomflexi.com,[/url] bahwa semua pelanggan telkom flexi harus melakukan upgrade ke kartu as dan halo dari telkomsel yang berbasis GSM, karena kondisi CDMA di pita frekuensi 800 sudah tidak berlanjut lagi (berlaku pula untuk Esia dan Starone).

Lalu bagaimana tanggapan agan2 di sini? menguntungkan? atau banyak merugikan?

dari hasil menelusuri berbagai comment di social media, banyak yang mengatakan adalah peningkatan, karena jaringan telkomsel di wilayahnya baik. ada pula yang mengatakan malah menjadi semakin tidak bagus.


namun terlepas dari semua hal jaringan itu, pernahkah agan2 berpikir, bagaimana dengan perangkat telpon yang sudah kita beli untuk menikmati layanan flexi selama ini?
mungkin bagi agan2 yang memiliki HP dengan kekuatan dualband 800 dan lainnya masih bisa menggunakan HPnya untuk migrasi ke smartfren..
bagiamana dengan kebanyakan rumah atau kantor yang menggunakan FWP (Fixed Wireless Phone) atau bahasa gampangnya, telpon rumah tanpa kabel? Flexi selama ini sering mengajak orang2 yang memiliki kantor atau rumah yang belum bisa diakses layanan telpon kabel seperti rumah kontrakan, kos2an, apartemen kelas menengah, dan sebagainya. FWP selama ini membantu banyak akses komunikasi diluar mobile (yang tidak dibawa2).
umumnya FWP2 yang ditawarkan telkom ini hanya memiliki jaringan single band di frekuensi 800 milik telkom saja (kalaupun unlock, hanya bisa dipakai di operator milik esia dan starone yang telah bankrut lebih awal). Sedangkan akibat dari telkom yang beralih ke GSM, FWP atau FWT tersebut tidak bisa digunakan lagi. Pernah ga agan terpikir kalau telkom rugi, lalu merugikan consumen nya juga?
Jujur saya sendiri tidak yakin 100% telkom merugi karena flexi ini, mereka masih bisa meneruskan peruntungan mereka dengan bergabung di jaringan telkomsel. Lalu bagiamana dengan konsumennya?

mungkin kedengaran sepele ya, FWP mahal2nya paling cuma 850rb.. ga sampe sejuta.. tapi dengan beralihnya flexi dengan seenaknya, dan FWP yang telah dibeli konsumen tersebut jadi tidak dapat digunakan sama sekali, apakah pihak telkom tau bahwa konsumennya tetap saja merasa rugi? mungkin agan2 ada yang mengaggap 850rb bukan nominal yang besar, mungkin terdengar sepele.. tapi coba lihat, mampu ga telkom ganti rugi semua konsumen yang sudah membeli pesawat telpon / FWP untuk menikmati layanannya, kemudian ditinggal begitu saja?

contoh aja, mungkin ini ga bakal terjadi, tapi bayangkan saja.. misalnya agan udah beli mobil yg selama ini dibilang cukup murah di indonesia macam Daihatsu ayla deh.. seharga 70juta. agan udah menabung buat beli itu mobil, biar keluarga ga kehujanan. dan tiba2 secara sepihak pertamina menyatakan rugi dan ga memasok bensin lagi ke indonesia, jadi yang dilayani hanya solar saja. jadi agan membeli mobil tersebut sia2 karena ga bisa diisi bensin. how? mungkin ada orang yang melihat 70 juta sebagai hal kecil, tapi agan merasakan ruginya membeli mobil yang ujung2nya tidak bisa dipakai karena tidak ada tanggung jawab dari pihak pertamina? how?
Mungkin kalo lihat kenyataannya, bakal ada pengalihan ke BBG.. bisa lah..
tapi coba ambil contoh di kasus telkom ini lagi, adakah konverter yang diberikan ke FWP pelanggan2 untuk bisa beralih ke GSM? No.
customer hanya ditinggal begitu saja oleh flexi. memang ada program insentif penggantian HP, yang tidak seberapa. tapi sejauh ini hanya diberikan untuk hp dan tidak semua konter mau menerima program itu. bahkan plaza telkom jadi terlihat sepi dari para pedagang device. nasib FWP? jadi tanggungan kerugian konsumen.

nampaknya di Indonesia benar2 tidak ada hak perlindungan konsumen, dimana konsumen harusnya mendapat hak penggantian device secara penuh dengan harga yang sesuai jika operatornya meninggalkan konsumen. apalagi terhadap produk2nya yang di lock.