URUSAN cinta memang bisa berdampak macam-macam. Seperti Harun, 24, dari Banjarmasin ini contohnya. Hanya diajak tabayun (musyawaroh) oleh Ida, 21, soal hubungannya selama ini, kok malah ketakutan jika ketahuan punya WIL. Yang repot tentu saja warga, sebab setelah Harun terjun ke kali Martapura, warga harus rame-rame menyelamatakannya. Untung saja masih bisa tertolong.

Anak muda sekarang cenderung lebih pemberani. Contohnya, gaji masih kecil sudah berani kredit sepeda motor, mentang-mentang DP-nya hanya Rp 500.000,- Lalu soal pacar, dianggapnya seperti ban mobil saja, harus punya serep. Yang punya serep sih enak, tapi yang dijadikan ban serep tentu saja keberatan.

Nah, rupanya Harun warga Banjarmasin Tengah (Kalsel) kelakuannya juga seperti itu. Pacar satu saja tak habis dimakan rayap, berani-beraninya nambah koleksi lagi. Katanya buat cadangan, jika sewaktu-waktu ban utama meletus. Memangnya kekasih itu dianggap mobil, apa? Kok harus ada ban serepnya segala. Ada atau tidak ban serep kan nggak bakalan ditilang polisi.

Tapi begitulah yang terjadi. Sudah punya doi Ida, diam-diam Harun masih tebar pesona menggaet cewek lain. Namanya Nina, 22. Soal kecantikan sebetulnya sama saja. Cuma karena ini barang lebih baru, jadi menjadikan yang memiliki jadi lebih bersemangat begitu. Kekasih lama kan setromnya mulai kurang. Beda dengan kekasih baru, baru nyenggol saja sinyalnya langsung penuh macam HP dekay menara BTS.

Gara-gara punya cadangan baru, meski dengan Ida sudah serius dan diketahui orangtua masing-masing, dia jadi kurang bersemangat untuk menuju hari H yang namanya perkimpoian resmi di depan penghulu. Setiap ditanya Ida kapan bisa ngelamar pada orangtua, jawab Harun enteng saja, “Nunggu lebaran kuda dulu ya.”

Tentu saja Ida pusing, kenapa pakai istilah “lebaran kuda” segala, lagaknya seperti politisi saja. Memangnya ada kuda lebaran? Kalau ada kuda lebaran, berarti ada kuda pada mudik dong. Wah, tentunya tol Cipali tambah macet. “Kamu ngaco Harun, bikin aku sebel deh,” kata Ida berdah-deh, seperti anak Jakarte aje.

Tak dinyana tak diduga, Ida beberapa minggu kemudian dapat info a-1 bahwa Harun punya kekasih yang lain. Lengkap dengan nama dan alamatnya segala. Mendengar kabar itu, segera saja menemui Harun, diajak bertabayun di tepinya kali Martapura, di atas jembatan Pangeran Antasari. Sayangnya cara main Ida kasar. Tanpa ba bi bu langsung bertanya dengan nada ketus, “Siapa Nina itu? Hayo jawab!”

Tentu saja Harun terperangah, mulut blangkemen (terkunci). Ida jadi tambah marah. Baru diminta jawab satu pertanyaan saja sudah tak bisa jawab, bagaimana kalau sampai 25 pertanyaan? Padahal waktunya tidak sampai 2 jam kayak Ujian Nasional.

Kembali Ida mengulangi pertanyaan, tapi Harun tak bisa menjawab, sebab dia memang tak punya mulut model pengacara. Kalau pengacara sih ada saja omongannya, untuk membenarkan alur pikiran kliennya. Yang menghina presiden dianggap tidak menghina, yang tujuannya baik dianggap pencitraan dan bla bla bla…..lainnya.

Akhirnya, ketika kekasihnya mendesak terus untuk menjawab, Harun yang kebingungan dan terpojok milih terjun ke kali Martapura, byurrrr. Ida gantian menjerit dan mencoba mau terjun. Untung berhasil dicegah. Warga yang lain buru-buru menyelamatkan Harun dan berhasil. Tapi setibanya di atas Harun banyak diomeli orang. “Urusan pacar saja kamu sampai bikin repot orang,” hardik warga.

Hayooo, terjun lagi? (JPNN/Gunarso TS)

http://poskotanews.com/2016/11/19/wong-cuma-diajak-tabayun-kekasih-kok-malah-terjun/

Info A1

Sepertinya wartawan sering baca bp juga nak

Buat yg minta mulus