TS
syurom2292
Etika Dasar Keluarga Muslim
Sumber : Iskandar al-Warisy, Buletin Ulul Albab No.17/Th.VII/Oktober 1997
Unit keluarga merupakan bagian dari suatu masyarakat, baik dan buruknya, kualitas dan tidak berkualitasnya masyarakat tergantung dari keadaan keluarga. Jika keluarga dalam masyarakat itu beretika baik menjunjung norma-norma kemanusiaan dan ketuhanan, memiliki semangat hidup yang tinggi, niscaya akan terbentuk suatu masyarakat kuar dan bijaksana. Sebaliknya suatu unit-unit keluarga yang hidupnya diliputi oleh kemaksiatan, kedholiman, dan penentangan terhadap norma-norma ketuhanan, niscaya akan terbentuk masyarakat yang dholim. Sehingga perlu keluarga muslim membekali diri dan menjunjung tinggi etika keluarga. Tapi sebelum melaksanakan etika tersebut, perlu memahami etika dasarnya dulu sebagai pijakan dari menjalankan etika terapan secara benar, khususnya dalam menghadapi perubahan pengetahuan dan teknologi yang demikian cepat.
Unit keluarga merupakan bagian dari suatu masyarakat, baik dan buruknya, kualitas dan tidak berkualitasnya masyarakat tergantung dari keadaan keluarga. Jika keluarga dalam masyarakat itu beretika baik menjunjung norma-norma kemanusiaan dan ketuhanan, memiliki semangat hidup yang tinggi, niscaya akan terbentuk suatu masyarakat kuar dan bijaksana. Sebaliknya suatu unit-unit keluarga yang hidupnya diliputi oleh kemaksiatan, kedholiman, dan penentangan terhadap norma-norma ketuhanan, niscaya akan terbentuk masyarakat yang dholim. Sehingga perlu keluarga muslim membekali diri dan menjunjung tinggi etika keluarga. Tapi sebelum melaksanakan etika tersebut, perlu memahami etika dasarnya dulu sebagai pijakan dari menjalankan etika terapan secara benar, khususnya dalam menghadapi perubahan pengetahuan dan teknologi yang demikian cepat.
Spoiler for "Etika Dasar Keluarga":
Etika Dasar Keluarga
Untuk membahas etika dasar keluarga muslim, saya berangkat dari beberapa pendekatan yaitu :
1. Pendekatan dari kesadaran manusia sebagai khalifah fil ardy.
2. Pendekatan dari aspek pengaruhnya keluarga terhadap lingkungan.
3. Pendekatan kebutuhan keluarga
4. Pendekatan sejarah pembangunan etika keluarga, pada masa Rasulullah.
Untuk membahas etika dasar keluarga muslim, saya berangkat dari beberapa pendekatan yaitu :
1. Pendekatan dari kesadaran manusia sebagai khalifah fil ardy.
2. Pendekatan dari aspek pengaruhnya keluarga terhadap lingkungan.
3. Pendekatan kebutuhan keluarga
4. Pendekatan sejarah pembangunan etika keluarga, pada masa Rasulullah.
Spoiler for "Pendekatan Khalifah Fil Ardy":
Pendekatan Khalifah Fil Ardy
Dalam Al Quran Surat Al Baqarah ayat 30, disebutkan bahwa misi penciptaan manusia sebagai khalifah fil ardy, artinya, tujuan Allah menciptakan manusia baik laki-laki atau wanita untuk mengatur bumi dengan keseimbangan (QS. 55:1-9), orang-orang yang melaksanakan tugas ini, dikatakan sebagao langkah pengabdian (QS. 51:56). Penciptaan manusia dan misinya, dikatakan Allah bukan suatu tindakan yang main-main atau yang bisa disepelekan (QS. 23:115).
Siapa yang tidak sanggup melaksanakan misi diatas, Allah akan menyiksa mereka dengan api yang sangat panas, dan mereka kekal didalamnya, sebaliknya siapa yang berhasil dengan baik akan mendapatkan kebahagiaan yang kekal, sesuai dengan tingkat perjuangandan pengorbanan yang telah dilakukan, semakin besar perjuangan yang dilakukan, semakin besar kenikmatan yang diberikan (QS. 5:2)
Dari penjelasan diatas, seharusnya bagi orang muslim baik laki-laki atau wanita, sebagai istri atau sebagai suami, sebagai orang tua atau sebagai anak, masih bujang atau sudah berkeluarga, masih sekolah atau sudah bekerja, memiliki kesadaran diri bahwa tujuan hidup yang harus dilakukan adalah membangun masyarakat taqwa bukan membangun kebahagiaan diri sendiri, yang hanya mengusahakan kebahagiaan keluarga, yang hanya menciptakan manusia-manusia individualistik, bukan hanya mengusahakan kebahagiaan keluarga, yang hanya menciptakan keluargaisme-keluargaisme, pembangunan diri dan keluarga boleh dilaksanakan sepanjang berdasarkan pada proses atau sarana pembangunan masyarakat taqwa.
Untuk melakukan pembangunan masyarakat, bagi keluarga perlu memperhatikan beberapa hal : secara konseptual mengetahui sistem dan tahap-tahap pembangunan yang akan dioperasionalkan, potensi keluarga, peran keluarga yang diberikan, kerjasama keluarga, menetapkan skala prioritas antara kebutuhan keluarga dan sosial serta prinsip perjuangan yang ditegakkan.
Individu atau keluarga yang memiliki kesadaran untuk menegakkan misi khalifah fil ardy, tanpa ditunjang oleh pengetahuan sistem pembangunan, tidak mungkin akan terlaksana dengan baik bahkan hampir bersifat utopis, ibarat orang yang ingin mencita-citakan sebuah istana atau suatu kedudukan tinggi, tentu harus memiliki jalan-jalan menuju cita-cita dan perencana operasional yang kongkrit.
Secara praktis, ia harus mengetahui dan melibatkan diri pada organisasi atau gerakan yang mencita-citakan pembangunan masyarakat, dan mengetahui program-programnya dari program ini mereka dapat memikirkan sejauh mana dapat memberikan peran, tanpa melibatkan diri dengan organisasi pembangunan, tidak mungkin pembangunan dapat berhasil, karena pembangunan masyarakat sifatnya sangat besar.
Dari pendekatan ini dapat disimpulkan, bahwa etika dasar yang seharusnya dilakukan oleh keluarga pejuang ialah memasukkan pembangunan masyarakat sebagai cita-cita keluarga, mengenai teknis operasionalnya tergantung dari kemampuan dan keadaan keluarga, masing-masing tidak sama perannya.
Dalam Al Quran Surat Al Baqarah ayat 30, disebutkan bahwa misi penciptaan manusia sebagai khalifah fil ardy, artinya, tujuan Allah menciptakan manusia baik laki-laki atau wanita untuk mengatur bumi dengan keseimbangan (QS. 55:1-9), orang-orang yang melaksanakan tugas ini, dikatakan sebagao langkah pengabdian (QS. 51:56). Penciptaan manusia dan misinya, dikatakan Allah bukan suatu tindakan yang main-main atau yang bisa disepelekan (QS. 23:115).
Siapa yang tidak sanggup melaksanakan misi diatas, Allah akan menyiksa mereka dengan api yang sangat panas, dan mereka kekal didalamnya, sebaliknya siapa yang berhasil dengan baik akan mendapatkan kebahagiaan yang kekal, sesuai dengan tingkat perjuangandan pengorbanan yang telah dilakukan, semakin besar perjuangan yang dilakukan, semakin besar kenikmatan yang diberikan (QS. 5:2)
Dari penjelasan diatas, seharusnya bagi orang muslim baik laki-laki atau wanita, sebagai istri atau sebagai suami, sebagai orang tua atau sebagai anak, masih bujang atau sudah berkeluarga, masih sekolah atau sudah bekerja, memiliki kesadaran diri bahwa tujuan hidup yang harus dilakukan adalah membangun masyarakat taqwa bukan membangun kebahagiaan diri sendiri, yang hanya mengusahakan kebahagiaan keluarga, yang hanya menciptakan manusia-manusia individualistik, bukan hanya mengusahakan kebahagiaan keluarga, yang hanya menciptakan keluargaisme-keluargaisme, pembangunan diri dan keluarga boleh dilaksanakan sepanjang berdasarkan pada proses atau sarana pembangunan masyarakat taqwa.
Untuk melakukan pembangunan masyarakat, bagi keluarga perlu memperhatikan beberapa hal : secara konseptual mengetahui sistem dan tahap-tahap pembangunan yang akan dioperasionalkan, potensi keluarga, peran keluarga yang diberikan, kerjasama keluarga, menetapkan skala prioritas antara kebutuhan keluarga dan sosial serta prinsip perjuangan yang ditegakkan.
Individu atau keluarga yang memiliki kesadaran untuk menegakkan misi khalifah fil ardy, tanpa ditunjang oleh pengetahuan sistem pembangunan, tidak mungkin akan terlaksana dengan baik bahkan hampir bersifat utopis, ibarat orang yang ingin mencita-citakan sebuah istana atau suatu kedudukan tinggi, tentu harus memiliki jalan-jalan menuju cita-cita dan perencana operasional yang kongkrit.
Secara praktis, ia harus mengetahui dan melibatkan diri pada organisasi atau gerakan yang mencita-citakan pembangunan masyarakat, dan mengetahui program-programnya dari program ini mereka dapat memikirkan sejauh mana dapat memberikan peran, tanpa melibatkan diri dengan organisasi pembangunan, tidak mungkin pembangunan dapat berhasil, karena pembangunan masyarakat sifatnya sangat besar.
Dari pendekatan ini dapat disimpulkan, bahwa etika dasar yang seharusnya dilakukan oleh keluarga pejuang ialah memasukkan pembangunan masyarakat sebagai cita-cita keluarga, mengenai teknis operasionalnya tergantung dari kemampuan dan keadaan keluarga, masing-masing tidak sama perannya.
Spoiler for "Pendekatan Pengaruh Keluarga":
Pendekatan Pengaruh Keluarga
Pengaruh lingkungan terhadap keadaan keluarga sangat dekat bahkan keadaan lingkungan alam dan sosial banyak menentukan keadaan keluarga baik dari aspek kesehatan, pendidikan, moral, ekonomi, politik, dan kebahagiaannya. Misalnya, keadaan lingkungan yang kotor dimana saluran got, limbah WC, rumah sakit, pabrik, tidak tertata dengan baik, sementara penebangan hutan dilakukan manusia terus-menerus, hal tentu akan banyak menimbulkan kerusakan kesehatan masyarakat dan bencana alam. Atau keadaan masyarakat dimana keadaan penduduknya suka bermalasan, suka minuman keras, melakukan pramuriaan, pemerkosaan, dan perampokan. Hal itu tentu akan menimbulkan keresahan penduduk, karena akan dapat mempengaruhi putra-putri mereka bahkan tidak adil dan melakukan korupsi, hal ini tentu akan menimbulkan ketakutan dan penganiayaan terhadap penduduk, sehingga mereka tidak akan dapat tenang di lingkungan seperti itu.
Sebaliknya suatu keadaan dan lingkungan yang sehat, baik dan berisi nilai-nilai keadilan akan menimbulkan rasa kesenangan dan kenyamanan pada penduduknya. Hal itu menunjukkan bahwa pengaruh lingkungan sangat kuat terhadap penderitaan dan kebahagiaan penduduknya. Dari realitas ini, dapat diambil suatu langkah, bahwa tidak seharusnya bagi penduduk atau keluarga mengabaikan keadaan lingkungan atau dengan istilah lain para keluarga harus memperhatikan dan menjaga keadaan lingkungan sosialnya. Mereka tidak bisa mengabaikan dan hidup sendiri hanya mementingkan keadaan keluarganya saja, karena jika masyarakatnya hancur ia akan tergilas oleh kehancuran masyarakat. Dari pendekatan ini dapat disimpulkan bahwa para keluarga suatu masyarakat harus mencita-citakan suatu lingkungan yang positif dan baik, jika mereka ingin mendapatkan kebahagiaan hidup dan mereka harus tidak segan-segan untuk melakukan tindakan perlawanan terhadap hal-hal yang dapat menimbulkan kerusakan sosial baik dari aspek kesehatan, moral, ekonomi, dan politik. Seperti dijelaskan pada pendekatan khalifah fil ardy, bahwa cita-cita saja tidak ia perlu merencanakan, memprogramkan, dan memiliki semangat dan pengorbanan untuk melaksanakan program pembangunan sosial yang direncanakan.
Pengaruh lingkungan terhadap keadaan keluarga sangat dekat bahkan keadaan lingkungan alam dan sosial banyak menentukan keadaan keluarga baik dari aspek kesehatan, pendidikan, moral, ekonomi, politik, dan kebahagiaannya. Misalnya, keadaan lingkungan yang kotor dimana saluran got, limbah WC, rumah sakit, pabrik, tidak tertata dengan baik, sementara penebangan hutan dilakukan manusia terus-menerus, hal tentu akan banyak menimbulkan kerusakan kesehatan masyarakat dan bencana alam. Atau keadaan masyarakat dimana keadaan penduduknya suka bermalasan, suka minuman keras, melakukan pramuriaan, pemerkosaan, dan perampokan. Hal itu tentu akan menimbulkan keresahan penduduk, karena akan dapat mempengaruhi putra-putri mereka bahkan tidak adil dan melakukan korupsi, hal ini tentu akan menimbulkan ketakutan dan penganiayaan terhadap penduduk, sehingga mereka tidak akan dapat tenang di lingkungan seperti itu.
Sebaliknya suatu keadaan dan lingkungan yang sehat, baik dan berisi nilai-nilai keadilan akan menimbulkan rasa kesenangan dan kenyamanan pada penduduknya. Hal itu menunjukkan bahwa pengaruh lingkungan sangat kuat terhadap penderitaan dan kebahagiaan penduduknya. Dari realitas ini, dapat diambil suatu langkah, bahwa tidak seharusnya bagi penduduk atau keluarga mengabaikan keadaan lingkungan atau dengan istilah lain para keluarga harus memperhatikan dan menjaga keadaan lingkungan sosialnya. Mereka tidak bisa mengabaikan dan hidup sendiri hanya mementingkan keadaan keluarganya saja, karena jika masyarakatnya hancur ia akan tergilas oleh kehancuran masyarakat. Dari pendekatan ini dapat disimpulkan bahwa para keluarga suatu masyarakat harus mencita-citakan suatu lingkungan yang positif dan baik, jika mereka ingin mendapatkan kebahagiaan hidup dan mereka harus tidak segan-segan untuk melakukan tindakan perlawanan terhadap hal-hal yang dapat menimbulkan kerusakan sosial baik dari aspek kesehatan, moral, ekonomi, dan politik. Seperti dijelaskan pada pendekatan khalifah fil ardy, bahwa cita-cita saja tidak ia perlu merencanakan, memprogramkan, dan memiliki semangat dan pengorbanan untuk melaksanakan program pembangunan sosial yang direncanakan.
Spoiler for "Pendekatan Kebutuhan Keluarga":
Pendekatan Kebutuhan Keluarga
Keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak, orang tua, keponakan, paman, dls. Dalam mempertahankan dan menjalankan aktifitas hidup memiliki berbagai kebutuhan, diantaranya ialah :
Untuk menjalankan kehidupan keluarga yang baik, 3 kebutuhan diatas tidak dapat ditinggal, hilangnya kebutuhan diatas akan dapat menimbulkan ketidakharmonisan keluarga dan bencana, misalkan suatu keluarga yang hanya menekankan aspek kebutuhan individualnya, kepentingan keluarga seperti kasih sayang dan perhatian membesarkan anak secara berkualitas diabaikan, hal itu pasti akan menimbulkan keretakan keluarga, perkembangan anak secara moral dan pendidikan tidak baik, akibatnya bisa melawan orang tua dan menentang nilai-nilai sosial, keadaan masyarakat yang terabaikan, jika pada kondisi tertentu dapat menimbulkan wabah pramuriaan, penyalahgunaan obat terlarang, maka anak atau orang tua bisa kena imbasnya. Begitu juga sebaliknya orang yang hanya mementingkan kebutuhan keluarga tanpa memperhatikan kebutuhan individu dan kebutuhan sosial, dapat membawa bencana individu, akibatnya akan mengenai kehidupan keluarga, misalkan orang tua yang tidak memperhatikan kesehatan dan kejiwaannya yang ditekankan hanya mencari uang untuk kebutuhan rumah dan kemewahan transportasi, jika sampai terjadi sakit, sehingga tidak dapat bekerja dengan baik maka yang rugi adalah keluarga. Karena keadaan sosial tidak mendapatkan perhatian ia akan menjadi virus bagi keluarga dan individu. Kehidupan yang hanya memperhatikan kebutuhan individu dan keluarga, juga akan melahirkan bencana, karena penanganan sosial, membutuhkan kevalidan keluarga, tidak mungkin individu dan keluarga yang tidak berkualitas secara pemikiran, moral, dan ekonomi mampu membangun masyarakat.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa perhatian keluarga terhadap keadaan individu, keluarga dan sosial menjadi keharusan bagi keluarga yang menginginkan kehidupan bahagia, kita hanya tinggal mengatur rencana dan penentuan skala prioritas untuk memenuhi kebutuhan tersebut, suatu saat, bisa kebutuhan individu lebih diprioritaskan daripada kebutuhan individu dan masyarakat, seperti ketika permasalahan masyarakat tidak begitu mendesak, sementara kebutuhan individu tidak ada problema. Barang kali saat itu kebutuhan memperhatikan anak atau pemenuhan sarana hidup keluarga jauh lebih prioritas. Suatu saat kebutuhan masyarakat jauh lebih diutamakan dari kebutuhan individu dan keluarga, misalkan saat terjadi wabah besar, penyerangan masyarakat lain kepada masyarakat kita, bencana alam, pengrusakan moral generasi muda dengan berbagai sarana, obat, minuman keras, budaya pramuriaan, ideologi atheisme dls.
Keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak, orang tua, keponakan, paman, dls. Dalam mempertahankan dan menjalankan aktifitas hidup memiliki berbagai kebutuhan, diantaranya ialah :
Spoiler for "kebutuhan":
1. Kebutuhan individual terdiri dari kebutuhan fisik seperti makan, minum, pendidikan, kesehatan, kebebasan dalam menjalankan aktualisasi. Kebutuhan psikis, artinya diri dapat menikmati pengalaman-pengalaman fisik, sehingga tercipta rasa ketentraman, kedamaian, dan keamanan.
2. Kebutuhan keluarga yaitu kebutuhan menikmati kebutuhan hidup berkeluarga, saling mencintai, memperhatikan, menyalurkan kebutuhan seksual, memiliki dan membesarkan anak, tanggung jawab, kekuasaan keluarga, secara fisik memiliki sarana untuk menjalani kehidupan secara layak, misalkan sarana tempat tinggal, transportasi, dan pekerjaan.
3. Kebutuhan sosial, seperti keamanan sosial, keadilan penguasa, nilai dan budaya yang positif dan dinamis, keterbukaan, kebebasan beraktualisasi, kesehatan masyarakat yang baik, pendidikan berkualitas, dls.
2. Kebutuhan keluarga yaitu kebutuhan menikmati kebutuhan hidup berkeluarga, saling mencintai, memperhatikan, menyalurkan kebutuhan seksual, memiliki dan membesarkan anak, tanggung jawab, kekuasaan keluarga, secara fisik memiliki sarana untuk menjalani kehidupan secara layak, misalkan sarana tempat tinggal, transportasi, dan pekerjaan.
3. Kebutuhan sosial, seperti keamanan sosial, keadilan penguasa, nilai dan budaya yang positif dan dinamis, keterbukaan, kebebasan beraktualisasi, kesehatan masyarakat yang baik, pendidikan berkualitas, dls.
Untuk menjalankan kehidupan keluarga yang baik, 3 kebutuhan diatas tidak dapat ditinggal, hilangnya kebutuhan diatas akan dapat menimbulkan ketidakharmonisan keluarga dan bencana, misalkan suatu keluarga yang hanya menekankan aspek kebutuhan individualnya, kepentingan keluarga seperti kasih sayang dan perhatian membesarkan anak secara berkualitas diabaikan, hal itu pasti akan menimbulkan keretakan keluarga, perkembangan anak secara moral dan pendidikan tidak baik, akibatnya bisa melawan orang tua dan menentang nilai-nilai sosial, keadaan masyarakat yang terabaikan, jika pada kondisi tertentu dapat menimbulkan wabah pramuriaan, penyalahgunaan obat terlarang, maka anak atau orang tua bisa kena imbasnya. Begitu juga sebaliknya orang yang hanya mementingkan kebutuhan keluarga tanpa memperhatikan kebutuhan individu dan kebutuhan sosial, dapat membawa bencana individu, akibatnya akan mengenai kehidupan keluarga, misalkan orang tua yang tidak memperhatikan kesehatan dan kejiwaannya yang ditekankan hanya mencari uang untuk kebutuhan rumah dan kemewahan transportasi, jika sampai terjadi sakit, sehingga tidak dapat bekerja dengan baik maka yang rugi adalah keluarga. Karena keadaan sosial tidak mendapatkan perhatian ia akan menjadi virus bagi keluarga dan individu. Kehidupan yang hanya memperhatikan kebutuhan individu dan keluarga, juga akan melahirkan bencana, karena penanganan sosial, membutuhkan kevalidan keluarga, tidak mungkin individu dan keluarga yang tidak berkualitas secara pemikiran, moral, dan ekonomi mampu membangun masyarakat.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa perhatian keluarga terhadap keadaan individu, keluarga dan sosial menjadi keharusan bagi keluarga yang menginginkan kehidupan bahagia, kita hanya tinggal mengatur rencana dan penentuan skala prioritas untuk memenuhi kebutuhan tersebut, suatu saat, bisa kebutuhan individu lebih diprioritaskan daripada kebutuhan individu dan masyarakat, seperti ketika permasalahan masyarakat tidak begitu mendesak, sementara kebutuhan individu tidak ada problema. Barang kali saat itu kebutuhan memperhatikan anak atau pemenuhan sarana hidup keluarga jauh lebih prioritas. Suatu saat kebutuhan masyarakat jauh lebih diutamakan dari kebutuhan individu dan keluarga, misalkan saat terjadi wabah besar, penyerangan masyarakat lain kepada masyarakat kita, bencana alam, pengrusakan moral generasi muda dengan berbagai sarana, obat, minuman keras, budaya pramuriaan, ideologi atheisme dls.
Spoiler for "Pendekatan Pengadaan Etika Keluarga":
Pendekatan Pengadaan Etika Keluarga
Pendekatan pengadaan etika keluarga pada masa pembangunan masyarakat jahiliyah dizaman rasul, berguna untuk melihat nilai prioritas antara kepentingan nilai keluarga dengan nilai sosial yang lain.
Allah dalam membangun masyarakat jahiliyah di zaman nabi, yang pertama-tama diperbaiki bukan kerusakan etika keluarga masyarakat jahiliyah, melainkan kerusakan pemikiran mereka dalam masalah tauhid. Dengan konsep LA ILAHA ILLALLAH, rasul diperintah Allah untuk menyampaikan kepada masyarakat jahiliyah, dengan memberikan bekal ilmu dakwah, agar rasul dapat menyampaikan kalimat tersebut dengan baik dan tepat. Untuk menghadapi tantangan tersebut, dilengkapi dengan ilmu pendidikan, sosialisasi, rasa persaudaraan dan politik, sehingga pada waktu itu etika nikah dan keluarga, masih mengikuti tradisi jahiliyah, baru setelah rasulullah hijrah ke madinah dan memiliki kekuasaan sendiri, Allah menurunkan petunjuk tentang kehidupan keluarga, hal ini membuktikan betapa prioritasnya perjuangan menciptakan masyarakat tauhid, lewat lapangan dakwah, pendidikan dan politik.
Dari sejarah ini, dapat diambil pelajaran bahwa keluarga islam hari ini tidak layak untuk mengabaikan dan meninggalkan masalah-masalah perbaikan masyarakat tauhid, karena kesibukan atau tuntutan etika keluarga, atau dengan istilah lain, jika umat islam ingin membangun masyarakat tauhid, dari segala kepentingan apapun termasuk kepentingan keluarga, jika tuntutan keluarga lebih utama dibandingkan dengan pembangunan masyarakat tauhid, niscaya akan mengalami kegagalan, dan kegagalan itu akan membawa akibat bencana bagi keluarga muslim.
Pendekatan pengadaan etika keluarga pada masa pembangunan masyarakat jahiliyah dizaman rasul, berguna untuk melihat nilai prioritas antara kepentingan nilai keluarga dengan nilai sosial yang lain.
Allah dalam membangun masyarakat jahiliyah di zaman nabi, yang pertama-tama diperbaiki bukan kerusakan etika keluarga masyarakat jahiliyah, melainkan kerusakan pemikiran mereka dalam masalah tauhid. Dengan konsep LA ILAHA ILLALLAH, rasul diperintah Allah untuk menyampaikan kepada masyarakat jahiliyah, dengan memberikan bekal ilmu dakwah, agar rasul dapat menyampaikan kalimat tersebut dengan baik dan tepat. Untuk menghadapi tantangan tersebut, dilengkapi dengan ilmu pendidikan, sosialisasi, rasa persaudaraan dan politik, sehingga pada waktu itu etika nikah dan keluarga, masih mengikuti tradisi jahiliyah, baru setelah rasulullah hijrah ke madinah dan memiliki kekuasaan sendiri, Allah menurunkan petunjuk tentang kehidupan keluarga, hal ini membuktikan betapa prioritasnya perjuangan menciptakan masyarakat tauhid, lewat lapangan dakwah, pendidikan dan politik.
Dari sejarah ini, dapat diambil pelajaran bahwa keluarga islam hari ini tidak layak untuk mengabaikan dan meninggalkan masalah-masalah perbaikan masyarakat tauhid, karena kesibukan atau tuntutan etika keluarga, atau dengan istilah lain, jika umat islam ingin membangun masyarakat tauhid, dari segala kepentingan apapun termasuk kepentingan keluarga, jika tuntutan keluarga lebih utama dibandingkan dengan pembangunan masyarakat tauhid, niscaya akan mengalami kegagalan, dan kegagalan itu akan membawa akibat bencana bagi keluarga muslim.
Spoiler for "Kesimpulan":
Kesimpulan
Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan tentang etika dasar keluarga muslim yaitu :
1. Tiap-tiap keluarga muslim, memiliki tanggung jawab dan kewajiban melaksanakan pembangunan masyarakat tauhid.
2. Tanggung jawab dan kebutuhan pembangunan masyarakat tauhid, (khalifah fil ardy) harus lebih diprioritaskan daripada kebutuhan keluarga dan individu, pelaksanaan dilapangan, tetap dilakukan secara seimbang dan berdasarkan pada nilai-nilai prioritas.
Dalam melaksanakan program masyarakat tauhid, para keluarga membuat program operasional yang didasarkan pada kemampuan keluarga .
Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan tentang etika dasar keluarga muslim yaitu :
1. Tiap-tiap keluarga muslim, memiliki tanggung jawab dan kewajiban melaksanakan pembangunan masyarakat tauhid.
2. Tanggung jawab dan kebutuhan pembangunan masyarakat tauhid, (khalifah fil ardy) harus lebih diprioritaskan daripada kebutuhan keluarga dan individu, pelaksanaan dilapangan, tetap dilakukan secara seimbang dan berdasarkan pada nilai-nilai prioritas.
Dalam melaksanakan program masyarakat tauhid, para keluarga membuat program operasional yang didasarkan pada kemampuan keluarga .
tata604 memberi reputasi
1
3.6K
Kutip
19
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Spiritual
6.3KThread•2.5KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya