Keren: Tujuh Desa Terbaik di Indonesia Menurut Tempo
TS
krisnauruhara
Keren: Tujuh Desa Terbaik di Indonesia Menurut Tempo
Dengan dasar meningkatkan peranan desa untuk menggerakkan pembangunan, Tempo menyelenggarakan Penghargaan Desa Unggulan Pilihan Tempo 2016. Tempo memberikan penghargaan kepada tujuh desa unggulan yang dinilai telah banyak melakukan terobosan di berbagai bidang. Penyerahan penghargaan digelar pada Selasa malam, 15 November 2016, di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan.
Penghargaan ini diharapkan dapat memberi semangat kepada desa-desa terpilih. Ketujuh desa tersebut diharapkan menjadi ‘mentor’ bagi desa-desa lain untuk membangun wilayahnya.
Direktur Pemasaran Tempo Toriq Hadad, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo, Menteri Pertanian Andi Amran, serta Menteri Koperasi dan UKM Puspa Yoga turut hadir menyaksikan penganugerahan ini.
Tujuh desa yang mendapat penghargaan tersebut, di antaranya :
Spoiler for 1. Desa Jabiren di Kalimantan Tengah (Penjaga Lingkungan):
Desa Jabiren merupakan desa unggulan pilihan Tempo pada kategori penjaga lingkungan. Pada Edisi Khusus Desa Unggulan ini Tempo memilih tujuh desa dari tujuh provinsi yang dinilai telah melakukan banyak terobosan di berbagai bidang. Menurut Berson, pembuatan parit adalah inisiatif warga Jabiren untuk mencegah api sekaligus membasahi kembali hamparan gambut yang mengering. Model ini belakangan ditiru Presiden Joko Widodo untuk mengatasi kebakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan.Warga Jabiren bahu-membahu menggali selokan sedalam satu setengah meter dengan lebar dua meter dengan modal dan peralatan terbatas guna mengalirkan air dari bengawan yang melintasi desa tersebut: Sungai Kahayan. “Kami mencangkul sendiri sepanjang dua kilometer, lalu pemerintah menyambung dengan alat berat sejauh lima kilometer,” ujar Pawadi, anggota Kelompok Tani Panenga, menambahkan.
Parit saja ternyata tak cukup menjadi sekat bakar. Air yang dipompa dari selokan ini cuma bisa menyembur sejauh seratus meter dari bibir selokan selama tiga jam. Sedangkan api bisa terus berkobar selama berhari-hari. “Tercetuslah ide membuat sumur bor,” kata Berson menjelaskan.
Lagi-lagi dengan sistem swadaya, warga Jabiren berhasil membuat 25 titik sumur bor—dengan biaya per titiknya sekitar Rp 2,5 juta—di sekitar ladang mereka. Satu titik sumur bor bisa menjangkau api dalam radius 25 hektare. Berkat usaha itu, hutan dan lahan gambut Desa Jabiren tak hanya selamat dari kobaran api. Namun, menurut Berson, “Kami pun turun tangan membantu desa tetangga yang masih dilalap api tahun lalu.”
Spoiler for 2. Desa Blang Krueng di Aceh (Sadar Pendidikan),:
Tempo menobatkan Desa Blang Krueng, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh, sebagai Desa Unggulan Pilihan Tempo 2016 untuk kategori sadar pendidikan. Hingga tahun lalu, desa ini tak memiliki sekolah. Kini, sebuah TK dan SD Islam Terpadu berdiri di tengah desa hasil inisiatif dan swadaya dari warga Blang Krueng sendiri.
Bermula dari sulitnya anak-anak Blang Krueng mendapat kursi di sekolah yang berada di kampung lain, Kepala Desa Blang Krueng Teuku Muslem mengajak warganya bermusyawarah mencari solusi. Seluruh warga Blang Krueng menyepakati pembangunan sekolah dengan merenovasi bekas aula desa. “Semua warga menyumbang sesuai kemampuan, terkumpullah Rp 50 juta,” kata Muslem ditemui Tempo, akhir Oktober lalu.
Ilmu agama kini makin dikuatkan dengan pendidikan formal. Setahun dibuka, jumlah murid TK IT kini mencapai 60 orang. Adapun SD IT memiliki 67 siswa yang terbagi menjadi dua kelas I dan dua kelas II. Sekolah ini baru memiliki empat ruang kelas dan masih mengumpulkan dana untuk membangun kelas-kelas berikutnya.
Mimpi besar desa ini adalah mempunyai sekolah mulai dari jenjang TK hingga SMA. Bila perlu bahkan ada Universitas Blang Krueng. Pentingnya pendidikan, kata Muslem, tak bisa ditawar lagi. Pasalnya, dua belas tahun silam desa ini merasai rata dengan tanah akibat tsunami. Seluruh kekayaan dan materi hilang tak bersisa. “Hanya pendidikan yang terus ada dan jadi modal membangun kembali yang telah hancur,” kata Muslem.
Spoiler for 3. Desa Dermaji di Jawa Tengah (Melek Teknologi),:
Desa yang terpencil dengan segala keterbatasannya, mampu melejitkan potensi nya. Kerja-kerja pembangunan dan pemberdayaan desa sudah dilakukan Dermaji sebelum munculnya UU Desa. Bahkan, dalam perjalanan rancangan UU Desa, Dermaji sudah menjadi salah satu rujukan pembanding bagi desa-desa lain. Tak lupa juga, Desa Melung. Keduanya berada di kabupaten Banyumas.
Faktor pembeda lain, tentu sang kepala desa, Bayu Setyo Nugroho. Menjadi kepala desa adalah amanah. Bukan sekedar mencari status atau mencari kekayaan. Mau cari kekayaan apa, lha wong cuma desa janggolan. Kemauan kerasnya mengubah wajah Dermaji membawa hasil positif.
Pendekatan kepemimpinan yang dilakukan oleh sang Kepala Desa tidak lazim. Mas Bayu mampu menterjemahkan ilmu-ilmu sosial kemasyarakat dalam praktik kepemimpinannya. Saluran-saluran komunikasi dua arah antara masyarakat dan Pemerintah Desa dioptimalkan. Benar-benar seorang expert.
Spoiler for 4. Desa Mengwi di Bali (Pemberdayaan Ekonomi),:
Desa Mengwi Kec. Mengwi dengan keberadaan Pura Taman Ayun, yang memiliki keunikan pada gaya arsitekturnya yang orisinil serta berbagai produk home industri dan handycraft-nya.
Spoiler for 5. Desa Lalang Sembawa di Sumatera Selatan (Peduli Sehat),:
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuasin, dr. H. Masagus M. Hakim, M.Kes yang ikut mendampingi penerimaan penghargaan tersebut mengatakan bahwa keberhasilan menerapkan sepuluh indikator PHBS Rumah Tangga di Desa Lalang Sembawa dan desa-desa lain di Kabupaten Banyuasin tidak terlepas dari tingginya kesadaran masyarakat untuk ber PHBS, dukungan dari lintas sektor, PKK serta tokoh masyarakat yang sudah semakin memahami pentingnya hidup ber PHBS. Selanjutnya diharapkan penerimaan penghargaan ini sebaga momentum untuk terus mempertahankan pola hidup PHBS di rumah tangga baik yang sudah berhasil, maupun untuk meningkatkan cakupan rumah tangga PHBS bagi desa-desa yang lain.
Selain mendapat penghargaan PHBS, di tempat yang sama, Bupati Banyuasin juga mendapat penghargaan Manggala Karya Kencana, terkait pelaksanaan program Keluarga Berencana serta bidang kependudukan yang diberikan oleh BKKBN Pusat. Rhyst
Spoiler for 6. Desa Kanonang Dua Kabupaten Minahasa di Sulawesi Utara (Muda dan Inovatif),:
Bersama Sekretaris BPMPD Minahasa Ir Ronald Ruindengan MP tampil hebat dalam mempresentasikan program unggulan dan inovasi desa itu, yang dinilai oleh Dirjen Pembangunan Desa Kemendagri RI.
Disamping itu, kesuksesan Desa Kanonang Dua berhasil menyisihkan kandidat juara lainnya yaitu utusan Provinsi Sulsel, Kaltim dan Sulteng.
Atas prestasi itu, Bupati Minahasa Drs Jantje Wowiling Sajow MSi mengucapkan selamat dan penghargaan yang tinggi atas keberhasilan Desa Kanonang Dua ini yang telah mengharumkan nama Provinsi Sulut, khususnya Kabupaten Minahasa.
“Bupati mengharapkan agar ini akan memotivasi Desa-desa lainnya di Kabupaten Minahasa untuk terus berkarya, berinovasi dan bekerja keras dalam membangun desa, sehingga ke depan akan mampu berprestasi sampai di tingkat Nasional pula” Ujar Sajow
Spoiler for 7. Desa Nita di Nusa Tenggara Timur (Keterbukaan Anggaran).:
Desa dengan transparansi tata kelola anggaran seolah sudah menjadi stempel bagi Desa Nita, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur sehingga terpilih sebagai salah satu Desa Unggulan Pilihan Tempo 2016. Di desa ini, informasi seputar Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBD) bisa diakses siapapun dengan mudah lewat sarana baliho maupun situs Internet.
Keterbukaan informasi merupakan upaya pemerintah setempat untuk melibatkan partisipasi masyarakat dalam mengontrol anggaran. Fungsi kontrol itu bahkan membuka ruang bagi warga Desa Nita yang ingin memantau proyek pengadaan barang dan jasa. Semua itu diatur lewat aturan kepala desa.
Arsitek di balik keberhasilan Desa Nita adalah Antonius B. Luju. Jebolan Sekolah Tinggi Seminari St. Paulus Ledarelo itu merombak tata cara pengelolaan anggaran tak lama setelah terpilih sebagai kepala desa pada 2014. Sebanyak tujuh peraturan kepala desa ia keluarkan untuk mengatur teknis penggunaan anggaran.Antonius juga mengubah sistem perencanaan anggaran yang lazim dijaring secara berjenjang lewat Musyawarah Perencanaan Pembangunan tingkat dusun. Di Desa Nita, usulan pembangunan dijaring dari musyawarah tingkat kepala rumah tangga untuk menentukan alokasi anggaran proyek tingkat RT.Ide cemerlang juga terlihat dari aturan kepala desa bagi perusahaan kontraktor yang menggarap proyek skala besar seperti pembuatan jalan. Aturan itu mewajibkan para kontraktor melibatkan tenaga kerja dan membeli bahan material dari penduduk setempat.
Upaya pemerintah desa dalam mengawasi potensi kebocoran anggaran berbuah banyak manfaat. Pemerintah Desa memiliki banyak ruang untuk merancang program. Salah satunya subsidi bagi para suami yang bersedia mengantarkan pemeriksaan kehamilan istri mereka.
0
2.8K
Kutip
21
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!