Quote:
KEGIATAN kampanye yang dilakukan pasangan nomor urut 2 Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat (Ahok-Djarot) kerap mendapat penolakan. Namun, penolakan itu sering dilakukan massa yang bukan berasal dari lokasi yang dikunjungi alias massa siluman. Itu tampak saat Djarot menggelar blusukan ke RW 13 Pela Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, kemarin.
Kedatangan Djarot dan rombongan disambut aksi penolakan oleh sekelompok orang. Aksi itu ditantang warga setempat yang tidak mau lingkungan mereka dimanfaatkan kelompok tak dikenal untuk menolak kedatangan Djarot.
Warga setempat mengaku tidak mengenal asal usul para demonstran. Para pedemo mengaku sebagai kelompok mahasiswa. Mereka memulai aksi di Jalan Bangka Raya, kemudian bergerak ke Jalan Pondok Karya IX karena Djarot tengah blusukan ke permukiman warga.
“Orang-orang yang demo itu cuma mau bikin geger saja di sini, sampai gemetaran kami lihatnya. Mereka itu bukan warga sini,” kata Sunarti, warga RT 08.
Rahel dan Andi, warga RT 11, juga mengungkapkan sama sekali tidak mengenal para pedemo. “Dasar provokator, di sini daerah aman, tidak biasa seperti itu. Bagi kami tamu itu rezeki, jangan ditolak,” ujar Andi. Warga lainnya, Dede, meyakini pedemo merupakan massa bayaran. “Pokoknya itu bukan warga sini, itu warga nasi bungkus,” cetusnya.
Kapolsek Mampang Prapatan Komisaris M Syafi’i mengakui dugaan sementara, massa pedemo bukan warga sekitar. “Buktinya aksi yang dilakukan pedemo justru mendapat penolakan dari warga di sini,” ujar Syafi’i.
Sementara itu, di saat Bareskrim Polri tengah menggelar perkara dugaan penistaan agama, Ahok memilih blusukan ke Gang Kedoya, Balimester, Jatinegara, Jakarta Timur.
Ahok tampak semringah melihat pertunjukan tradisional Tionghoa yang berlangsung sekitar 10 menit itu. Seusai pertunjukan, Gubernur nonaktif DKI Jakarta itu berfoto dan bersalaman dengan para pemain barongsai. Ahok melanjutkan blusukan ke RT 02/RW 10, Ciracas, Jakarta Timur. Di lokasi itu terjadi ketegangan antara kubu penolak dan pendukung Ahok.
Sempat terjadi adu mulut di antara kedua kubu, tapi dilerai polisi. Warga Ciracas serentak menyanyikan lagu Garuda Pancasila untuk menghalau sekelompok orang yang menolak Ahok. Lagu kebangsaan Indonesia Raya pun ikut berkumandang.
Selain mendatangi warga lewat kegiatan blusukan ke kantong-kantong permukiman, Ahok menerima keluhan warga di Rumah Lembang, Menteng, Jakarta Pusat. Mereka mengeluhkan berbagai hal, antara lain soal fasilitas pendingin di ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA) dan retribusi mencapai Rp1,5 juta ketika senam di Monas. “Dulu kami datang ke Bapak gratis. Sekarang kami harus bayar. Saya bingung. Saya sudah melapor ke plt cuma masih dikaji,” ucap salah seorang ibu.
Saat mendengar itu, Ahok menyatakan senam bisa saja gratis asalkan tidak mengumpulkan uang. “Kalau ada kumpul-kumpul uang, ya, harus bayar.”
sumber:
http://www.mediaindonesia.com/news/r...wan/2016-11-16
Warga DKI udah cerdas dalam menentukan pilihan, tau mana yg bener2 kerja buat rakyat dan mana yg pura-pura kerja. Setelah isu penistaan agama, bakal ada isu apalagi buat jegal Ahok di pilkada 2017 y?