Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

nyayufajrinaAvatar border
TS
nyayufajrina
ILUSI
Aku menduduki bangku taman yang telah menjadi temanku selama 4 tahun, aneh rasanya melihat suasana ini lagi. Aku seperti serasa pertama kali menginjaki kaki di taman ini, tepatnya di kampus yang telah menjadikanku seperti sekarang. Entah ini anugerah atau kutukan yang ku dapat. Aku tak sepenuhnya bahagia dengan apa yang ku dapat sekarang.

"Rahma?" Suara itu, Ya tuhan aku tak ingin mendengar suara itu lagi, entah setan apa yang sudah menggodaku, aku malah berbalik menghadap asal suara itu. Aku menatapnya, dia tidak banyak berubah, kacamatanya, cara berpakaiannya dan potongan rambutnya, semuanya sama. Persis seperti 4 tahun lalu.

"Firman.." Aku memanggil namanya dengan lirih, dia membalasnya dengan senyuman. Aku ingin dia menghentikan senyuman itu, senyuman yang membawaku menjadi seperti sekarang.

"Ku pikir kau tidak akan datang mengingat kau sudah menjadi penulis hebat seperti sekarang." Dia membenarkan letak kacamatanya dengan santai, sementara aku, lidahku kelu ingin menjawabnya.

"Mana mungkin aku tidak datang, aku sudah ditunjuk menjadi narasumbernya kan?" Aku membantah ucapannya.

"Ah ya kau benar." Dia menimpali ucapanku. Ingin sekali aku bertanya tentangnya. Mataku masih saja haus akan pemandangan di hadapanku, sementara pikiranku menyuarakan agar menjauh dari hadapannya. "Sebentar lagi acaranya akan dimulai, kau tidak lupa kan gedung auditoriumnya? masih sama seperti dulu." Aku mengangguk mengiyakan.

Di sinilah aku, menghadiri acara bedah buku terbaruku, di kampus yang membesarkan namaku, yang memberikan goresan terkelam dalam hidup sekaligus memberikan keteguhan yang hakiki. Bodoh sekali aku tidak mengetahui jika Firman menjadi dosen sekaligus penyelenggara acara di kampus ini dan tanpa bertanya aku langsung mengiyakan ketika mendapatkan tawaran ini.

Rahma Anindya atau yang lebih dikenal dengan penulis inspiratif wanita. Ya, itulah aku wanita yang mencari ketenangan dan keteguhan hakiki yang sampai saat ini masih terus ku kejar. Biarlah masa lalu menjadi pompa dalam semangatku untuk mencari ketenangan dan keteguhan dalam ajaran-Mu.

Syukurlah acaranya berjalan lancar, hanya butuh dua jam aku bergelut dengan pikiranku. Pikiran untuk cepat-cepat keluar dari gedung ini dan menjauh dari Firman. Acara ditutup dengan pembagian tanda tangan. Firman sempat menawariku untuk makan bersama di sela-sela kesibukanku mengobrol dengan penggemar. Aku menolaknya mentah-mentah, bukan karena aku jual mahal, tapi mengingat statusnya yang sudah menjadi suami orang aku tak ingin dicap menjadi perebut suami orang. Apa kata orang nanti jika Rahma Anindya penulis inspiratif wanita malah menghacurkan rumah tangga orang? Sangat berseberangan dengan predikat yang aku sandang. Tapi? Ah sudahlah lebik baik aku segera pulang.

"Rahma... Rahma" Firman kelihatan kehabisan nafas berlari mengejarku.

"Ada apa?" Tanyaku ketus.

"Aku hanya ingin kita bicara." Katakan saja disini, pikirku.

"Bukan disini, tapi di tempat lain." Katanya seakan bisa membaca pikiranku.

"Apa yang ingin kau bicarakan?" Aku sambil mencari-cari kunci mobilku di dalam tas, sial kemana kuncinya? Pikirku panik.

"Setelah kita makan aku baru akan membicarakannya, lebih baik kita makan dulu sambil kau mengingat-ngingat di mana kau letakkan kunci mobilmu." Aku mendongak menatapnya.
"Rupanya kau masih tidak berubah Rahma, masih ceroboh seperti dulu." Aku mendengus sebal mengikuti langkahnya menuju mobil sedannya.

"Sekarang katakan apa sebenarnya yang ingin kau bicarakan?" Aku langsung memburunya ketika sudah menduduki bangku resto di seberang kampus.

"Begini, aku ingin membuat pesta ulang tahun, dan aku ingin kau menghadiri pesta itu." Katanya dengan terus terang.

"Kenapa aku harus hadir? Pesta itu tetap akan berjalan kan tanpa kehadiranku?" Aku menatap heran setengah sungkan.

"Begini Rahma, sebenarnya yang berulang tahun itu peri kecilku, dan dia sangat suka dengan buku-bukumu" Jelasnya. Oh jadi aku diundang karena anaknya ingin aku hadir di pestanya. Ya Tuhan Firman, entah yang ke-berapa kalinya kau membuat goresan tajam ini, hati kecilku sedih karena anaknyalah yang menginginkan kehadiranku bukan dirinya.

"Aku tidak bisa Firman" kataku tegas.

"Tolonglah Rahma, aku ingin melihatnya bahagia" Dia memohon demi kebahagiaan putrinya. Andai saat itu dia menahan kepergianku seperti ini, ah tidak! Aku menggelengkan kepala memprotes pikiran gila yang baru saja singgah di kepalaku.

"Baiklah aku akan datang tapi hanya sebentar." Kataku yang masih gusar karena pikiran yang tadi.

"Kau masih baik seperti dulu Rahma, andai kita bisa memulai semuanya dari awal lagi." katanya setengah melamun.

"Sudahlah Firman semua itu sudah selesai ketika kau memutuskan untuk pergi.."

"Kau yang pergi Rahma, aku tidak pernah pergi." Dia memotong pembicaraanku.

"Aku pergi karena keinginanmu, karena kau tidak bisa memutuskan, karena kau hanya memberikan kebahagiaan sesaat, karena.. karena aku tidak mau terjerembab dalam kubanganmu, aku ingin menjadi wanita yang bebas tidak bergantungan dengan orang yang tidak berani membuat keputusan." Aku tersengal karena isak tangis yang ku tahan, ya Tuhan sudah cukupkah goresan itu melukaiku jangan kau timbulkan lagi goresan tajam itu.

"Rahma aku tidak..."

"Kabari aku kapan dan di mana pesta itu, sesuai janji aku akan datang."
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
1.9K
8
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.