Sumber

Ternyata sekarang kita ketahui bahwa demonstrasi berujung anarkis. Kalau kita melihat pendapat pakar-pakar di TV saat ini intinya sama:

1. Bilang ulah anarkis sangat disayangkan (dalam 10 detik); lalu
2. Mengubah topik jadi memuji-muji para demonstran yang dari tadi siang berhasil mengutarakan pendapat dengan damai (biasanya ditambahkan embel-embel umat islam sudah dewasa dalam berdemokrasi dan sebagainya).

Sebagai contoh, Fahri Hamzah menganggap demonstrasi hari ini berjalan dengan damai. Pakar survey politik Djayadi Hanan memberi selamat karena demonstrasi hari ini berlangsung damai (terlepas dari kericuhan yang terjadi). Ada lagi beberapa perwakilan ormas Islam yang tadi diundang di CNN Indonesia yang semuanya menyatakan demonstrasi hari ini menunjukan kedewasaan umat Islam dalam berdemokrasi--namun sampai sekarang saya belum bisa mendapatkan rekamannya di YouTube ataupun beritanya di Google.

Menurut saya pakar-pakar ini telah menistakan umat Islam dengan cara menilai perilaku umat Islam dengan standar yang lebih rendah dibanding orang lain. Kesannya bisa bersikap damai beberapa jam saja sudah merupakan sebuah pencapaian yang luar biasa bagi umat Islam. Kesannya berpartisipasi dalam demonstrasi saja (tidak anarkis dari awal) merupakan pencapaian yang patut dipuji-puji seharian dan bahkan berminggu-minggu menjelang 4 November.

Kalau saya umat Islam, saya akan muak dengan sikap yang sungguh merendahkan ini. Saya akan ingin umat saya dinilai dengan standar yang sama dengan masyarakat lainnya. Kalau untuk orang lain tidak aneh bila mereka bisa menyatakan pendapat seharian tanpa membakar mobil polisi, maka saya akan ingin umat saya dinilai dengan standar yang sama. Kalau untuk orang lain tidak aneh bila demonstrasi dilakukan sesuai dengan jangka waktu yang disepakati dan tanpa diisi tindakan anarkis, saya akan menginginkan umat saya dinilai dengan standar yang sama.