KhaYuAvatar border
TS
KhaYu
.: PONOROGO (PART II) - PRAMONO DAN ROGO :.


Hai hai hai, jumpa lagi dengan Pakde. Nah, sekarang kita lanjutkan ya cerita tentang Ponorogo (Lanjutan dari PONOROGO (PART I) - DUEL BATHARA KATONG DAN KI AGENG KUTU).

Setelah mengalahkan Ki Ageng Kutu, Bathara Katong memulai pembangunan Wengker sebagai Kadipaten baru. Proses pertama adalah mencari tempat yang cocok sebagai Kadipaten. Raden Bathara Katong beserta Sela Aji dan Ki Ageng Mirah, seorang penasehatnya menemukan hutan glagah yang berbau wangi.

Hutan tersebut kemudian diberi nama Glagah Wangi. selanjutnya diputuskan untuk membuka hutan di daerah tersebut.

Setelah hutan dibabat, selanjutnya didirikan bangunan-bangunan supaya penduduk mau menempati daerah baru ini. Namun aneh, setiap kali sebuah bangunan selesai didirikan, keesokan harinya bangunan tersebut roboh lagi. Ki Ageng Mirah, seorang penasehat Bathara Katong yang beragama muslim dan berasal dari Demak tahu jika ada makhluk halus yang mengganggu mereka.

Ki Ageng Mirah kemudian mengajak Raden Bathara Katong untuk bertapa. Pada tengah malam, muncul hal gaib yaitu keluar angin besar. Setelah itu, muncul dua sosok makhluk yang tinggi besar. Mereka mengaku sebagai Jayadrana dan Jayadipa, yaitu penunggu hutan yang dibuka Raden Bathara Katong.

Kemudian Raden Bathara Katong meminta ijin kepada mereka untuk bisa mendirikan sebuah kadipaten di tempat tersebut. Jayaprana dan Jayadipa akhirnya mengijinkan. Bahkan Jayadipa kemudian menunjukkan tempat yang cocok untuk pusat kota. Letaknya berada di tengah-tengah hutan yang sudah dibuka tersebut.

Di tempat ini Raden Bathara Katong menemukan tiga buah pusaka. Pusaka pertama berbentuk payung yang bernama Payung Tunggul Wulung. Pusaka kedua berbentuk tombak yang bernama tombak Tunggul Naga. Pusaka ketiga berupa sabuk yang bernama sabuk Chinde Puspita.

Pada saat Raden Bathara Katong mengambil ketiga pusaka tersebut, terjadi tiga kali ledakan besar dan membuat tanah berhamburan. Tanah – tanah yang berhamburan tersebut kemudian membentuk lima bukit diantaranya Gunung Lima dan Gunung Sepikul.

Sedangkan lobang bekas ledakan menjadi sebuah goa yang diberi nama Goa Sigala Gala. Ternyata ketiga pusaka tersebut adalah milik ayah Raden Bathara Katong, Prabu Brawijaya V. Saat itu Majapahit di bawah pimpinan Raja Brawijaya V diserang oleh Raja Girindrawardana. Kemudian Raja Brawijaya mengungsi ke Wengker bersama Jayadrana dan Jayadipa.

Sampai saat ini, ketiga pusaka tersebut masih tersimpan dan diperlihatkan kepada masyarakat pada saat grebeg suro di Ponorogo.

Raden Bathara Katong semakin yakin dalam membangun Wengker setelah mendapat pusaka warisan orang tuanya. Pembangunan Wengker mulai berkembang dengan baik. Hutan sudah berhasil dibuka. Rumah sudah didirikan, banyak pendatang yang ikut bergabung didalamnya. Akhirnya terbentuklah sebuah kadipaten baru.

Sayangnya kota tersebut belum mempunyai nama. Untuk memberi nama kota tersebut, Raden Bathara Katong mengadakan musyawarah. Akhirnya disepakati sebuah nama baru untuk kota tersebut yaitu Pramono Rogo.

Pramono berarti bersatunya cahaya matahari dan bulan yang menyinari kehidupan di bumi, dan rogo berarti badan. Nama Pramono rogo ini lama kelamaan berubah menjadi Ponorogo. Pono berarti tahu akan segala sesuatu, dan rogo berarti badan manusia.

Setelah istana kadipaten didirikan, Bathara Katong kemudian memboyong istrinya yaitu Niken Sulastri ke istana Kadeipaten. Sedang adiknya yaitu Suromenggolo tetap di tempatnya yakni dusun Ngampel.

Sebuah kadipaten baru tentunya butuh punggawa untuk mempertahankan daerah Kadipaten dari ancaman luar. Oleh karena itu Bathara Katong mengumpulkan mantan murid Ki Ageng Kutu yang sakti mandraguna untuk menjadi manggala negri.

Para manggala negri mantan murid Ki Ageng Kutu inilah yang kemudian disebut Warok, yaitu para satria yang patriotik untuk belo negeri dan berbudi luhur, berwatak jujur, bertanggung jawab, rela berkorban untuk kepentingan orang lain. Suka bekerja keras tanpa pamrih, adil dan tegas, banyak ilmu, kaweruh luhur dan tentunya sakti mandraguna.

Raden Bathara Katong kemudian menjadi Adipati di Ponorogo. Menurut "Handbook of Oriental History", hari wisuda Bathara Katong sebagai Adipati Kadipaten Ponorogo yaitu pada hari Ahad Pon tanggal 1 Bulan Besar tahun 1418 Saka, bertepatan dengan Tanggal 11 Agustus 1496 atau 1 Dzulhijjah 901 Hijriyah. Selanjutnya tanggal 11 Agustus ditetapkan sebagai Hari Jadi Kabupaten Ponorogo.

Demikian sejarah berdirinya Ponorogo, kota asal kesenian Reog dan tokoh Warok. Nantikan dongeng Pakde selanjutnya yang tak kalah seru. Hhehhehhe



- Asal Usul -

Pakde Blangkon,
Diolah dari berbagai sumber
--------------------------------
Photo Credit : farm1.static.flickr.com/143/327977932_25f7a666cb.jpg
0
5.3K
11
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Budaya
BudayaKASKUS Official
2.3KThread1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.