Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

BeritagarIDAvatar border
TS
MOD
BeritagarID
Menu khusus pembantu menyulut silang pendapat netizen

Foto menu Shabu Hachi, yang dibagikan oleh Joko Anwar dan memicu perdebatan di media sosial.
Shabu Hachi jadi sorotan di media sosial. Itu adalah nama restoran makanan Jepang berkonsep all you can eat, yang berpusat di Jakarta. Restoran itu punya empat gerai di Jakarta, dan satu gerai di Bandung.

Sorotan terhadap Shabu Hachi bermula dari tawaran sajian berlabel "Maid Menu", lengkap dengan keterangan "Only For Baby Sitter". Merujuk penamaan itu, menu makanan tersebut dikhususkan untuk pengasuh anak atau pembantu rumah tangga (PRT).

Foto menu itu menjadi perbincangan setelah dibagikan sutradara film, Joko Anwar ke linimasa Twitter, Minggu malam (30/10).

Adapun menu khusus pengasuh anak itu diberi label harga Rp49 ribu. Harga itu murah adanya, bila dibanding sajian normal di restoran Shabu Hachi, yang berkisar antara Rp100-340 ribu.

"Kebayang enggak perasaan pembantu atau baby sitter menunya dibedain gini? Jangan jadi enggak berhati gini lah," kicau @jokoanwar (1 juta pengikut), yang disambut sekitar 1.500 retweet.

Angka retweet nan tinggi itu, boleh saja dilihat sebagai bentuk kesepakatan sejumlah netizen, guna mempertanyakan (bahkan mengkritik) pemisahan menu antara pengasuh anak dengan para majikan.
Kebayang nggak perasaan pembantu atau babysitter menunya dibedain gini? Jangan jadi nggak berhati gini lah. (Allegedly menu di Shabu Hachi) [URL="https://S E N S O R3SdyrJTLVn"]pic.twitter.com/3SdyrJTLVn[/URL]
— Joko Anwar (@jokoanwar) October 30, 2016
Sekitar dua jam setelah kicauan @jokoanwar, Githa Nafeeza (@GithaNafeeza, 12 ribu pengikut)--dikenal sebagai presenter sekaligus pemilik Shabu Hachi--akhirnya angkat suara.

Dalam rangkaian kicauannya, @GithaNafeeza mengaku bahwa menu itu dibuat setelah berkonsultasi dengan para pelanggan. Konon, banyak pelanggan Shabu Hachi bertanya soal menu khusus pengasuh anak.

"Mereka (majikan) bilang tidak mau membayar harga 150 ribuan hanya untuk makan baby sitter, terlalu mahal," tulisnya. Berikut beberapa kicauan dari @GithaNafeeza.
@jokoanwar Ketika saya hampiri Boss-nya,umumnya mereka bilang tdk mau membayar harga 150ribuan hanya utk makan babysitter,terlalu mahal
— Githa Nafeeza (@GithaNafeeza) October 30, 2016 @jokoanwar saya pribadi sangat tidak tega melihat banyak babysitter yang tdk dikasih makan oleh Boss-nya
— Githa Nafeeza (@GithaNafeeza) October 30, 2016 @jokoanwar oleh karena itulah saya buatkan Babysitter Menu dgn harga terjangkau.. dgn harapan agar mrk bisa makan di Shabu Hachi
— Githa Nafeeza (@GithaNafeeza) October 30, 2016
Namun penjelasan @GithaNafeeza tak meredam arus komentar. Silang pendapat pun bergulir di antara netizen.

Beberapa akun mendukung ide @GithaNafeeza, misalnya termuat dalam kicauan pesohor media sosial, Alexander Thian (@amrazing, 576 ribu pengikut). Di sisi lain, tak sedikit juga yang berkukuh mengkritik ide menu tersebut.

Ada pula sejumlah netizen yang punya pandangan cenderung netral. Lebih kurang, mereka mengapresiasi ide membuat menu khusus itu, tapi menyatakan keberatan (dan koreksi) atas penamaan yang berkesan diskriminatif.
Well done and thank you, @GithaNafeeza. Memang banyak orang yang nuduh duluan minta penjelasan belakangan. *bacanya dari bawah ke atas, ya* [URL="https://S E N S O RIzNX5phq8U"]pic.twitter.com/IzNX5phq8U[/URL]
— Alexander Thian (@aMrazing) October 31, 2016 @GithaNafeeza @jokoanwar ga memudahkan, tp semakin memberi peluang u/ manusia g punya hati merasa bs memisahkan bebsis dr 'level' mereka.
— Haya NarendraS (@hayhayhaya) October 30, 2016 @GithaNafeeza @jokoanwar berarti customernya maunya memang kasih yg murah buat baby sitternya... perilaku kayak gitu malah dipelihara..
— Rio Rinaldi Rahardjo (@RioRinaldiR) October 31, 2016 @GithaNafeeza @jokoanwar kenapa namanya ngga paket ekonomis ato paket hemat aja mba?
— reza aldrian ibrahim (@rezald) October 30, 2016 @GithaNafeeza @jokoanwar mba, sedikit saran, gmn klo namanya diganti jd 'simple set menu' instead 'maid menu'
— Chris Subhan (@chrissubhan) October 31, 2016
Senin (31/10), sehari setelah riuh silang pendapat, @GithaNafeeza akhirnya mendengarkan masukan dari netizen.

Dia mengatakan, akan memilih nama yang lebih bijak untuk menu khusus itu.
Dear all..tq so much utk semua masukannya yaa ttg salah satu nama menu kami.. I really appreciate it.. ... [URL="https://S E N S O RZsQsZcv4uk"]https://S E N S O RZsQsZcv4uk[/URL]
— Githa Nafeeza (@GithaNafeeza) October 31, 2016 Tq Mas for ur thoughtful thought...saya akan pikirkan bgmn agar niat baik tsb tetap terwujud dgn jalan dan pemilihan kata yg lebih bijak..???? [URL="https://S E N S O Rz38iEKGZtv"]https://S E N S O Rz38iEKGZtv[/URL]
— Githa Nafeeza (@GithaNafeeza) October 31, 2016
Adapun Joko Anwar, dalam beberapa kicauan terakhirnya, menegaskan bahwa kasus ini bukan sekadar masalah penamaan menu.

Menurutnya, kasus ini adalah cerminan masalah yang lebih besar, berkenaan rasa kemanusiaan.
Ini bukan soal sok peduli. This isn’t about you and me. Ini basic humanity.
— Joko Anwar (@jokoanwar) October 31, 2016 Kita nuntut pembantu/babysitter melayani keluarga, anak kita seperti keluarga mereka sendiri. Kenapa kita nggak gitu ke mereka?
— Joko Anwar (@jokoanwar) October 31, 2016
Joko Anwar boleh jadi benar. Di sekitar kita, masih banyak masalah seputar perlakuan terhadap PRT atau pengasuh anak.

Sebagai misal, bulan lalu, sebuah foto viral juga menunjukkan cerminan kasus yang lebih kurang mirip.

Foto itu diambil di sebuah restoran, menunjukkan seorang PRT yang duduk sendiri tanpa makanan dan minuman. Kondisi itu kontras dengan meja di seberangnya, diisi rombongan keluarga--konon majikannya--yang sedang makan besar.

Sebagai informasi, jumlah PRT (termasuk pengasuh anak) di Indonesia diperkirakan mencapai angka 2,6 juta orang. Kelompok ini tergolong rentan masalah, mulai dari soal makanan tak layak, gaji nan kecil, hingga potensi kekerasan dari majikan.

Beberapa pihak menilai Indonesia belum sepenuhnya memberi perlindungan terhadap kelompok pekerja ini. Posisi tawar mereka juga lemah secara hukum.

Salah satu penyebabnya adalah Indonesia belum meratifikasi perjanjian internasional soal perlindungan PRT, terkhusus Konvensi ILO nomor 189 tentang pekerjaan yang layak bagi PRT. Hal itu membuat Indonesia tak kunjung punya produk Undang-Undang yang mengatur perihal PRT.



Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...ndapat-netizen

---

Baca juga dari kategori BERITA :

- Di balik keyakinan Jokowi soal penghentian impor beras

- Penurunan Patung Buddha dan spanduk intoleran di Tanjungbalai

- Mengenang Tsar Bomba, bom nuklir terbesar yang pernah diledakkan

anasabila
anasabila memberi reputasi
1
45.6K
75
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Beritagar.id
Beritagar.idKASKUS Official
13.4KThread733Anggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.