Apakah Anda pernah menggunakan bus PPD, atau pernah mendengar tentang salah satu moda transportasi tertua di Jakarta ini?

Perum Perusahaan Pengangkutan Djakarta (Perum PPD) memang mempunyai sejarah yang cukup panjang dalam melakoni perannya pada bidang transportasi di Jakarta. Sejarah mencatat embrio PPD telah ada sejak tahun 1920an sewaktu masih bernama Bataviach Elektrische Tram Maatschappij (BVMNV).

Pasca massa kemerdekaan, pemerintah kemudian menasionalisasikan BVMNV lewat Undang-Undang Darurat No.10 tahun 1954. BVMNV pun kemudian berganti nama menjadi Perusahan Pengangkutan Djakarta (PPD).

Sejak saat itu PPD seolah menjadi bagian tersendiri dalam sejarah kehidupan masyarakat Ibu Kota. Meski kerap mendapat predikat negatif - karena kondisi bus yang kurang layak atau masalah keamanan - namun terbukti PPD tetap mendapat tempat di hati warga Jakarta.

Lika-liku perjalanan PPD dalam melayani masyarakat Ibu Kota memang cukup menarik untuk disimak. Tidak pernah menghasilkan laba selama kurang lebih 90 tahun beroprasi, PPD nyaris tinggal sejarah pada tahun 2013 silam.

Kala itu, Dahlan Iskan yang menjabat sebagai Menteri BUMN hendak memuseumkan PPD. Istilah Dahlan kala itu, PPD sudah mati namun surat kematiannya saja yang belum terbit.

Namun perlahan tapi pasti PPD melakukan pembenahan dan berhasil bangkit. Di bawah kepemimpinan Pande Putu Yasa, PPD berhasil meraup laba perdananya sebesar Rp156 juta.

Kini, PPD sendiri dipercaya untuk mengoperasikan seribu bus bantuan Kemenhub. Tak hanya itu, PT TransJakarta juga menggandeng PPD untuk menjadi operator TransJakarta di sejumlah koridor busway.

Kesan jorok, kumuh dan rawan yang selama ini melekat pada PPD pun perlahan-lahan sirna. Dengan wajah baru, PPD siap bersaing dalam melayani kebutuhan transportasi warga Ibu Kota.

PPD Bangkit!