MERUBAH MINDSET SAAT MEMILIH PEMIMPIN : Latar agama calon pemimpin bukan utama, asal rekam jejak bersih
Merdeka.com - Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu'ti menegaskan masyarakat masa kini seharusnya tidak terpaku lagi memilih pemimpin berdasarkan agama. Menurut dia paling penting adalah sosok itu memiliki rekam jejak baik dan tidak korupsi, maka masyarakat akan memilihnya.
"Orang-orang itu tidak peduli agamanya apa, yang penting pemimpinnya tidak korupsi. Karena sekarang ada opini publik yang digerakkan bahwa lawan negara yang paling berat adalah korupsi," kata Abdul di Aula Pengurus Pusat Muhammadiyah, Jalan Menteng Raya Nomor 62, Jakarta Pusat, Kamis (20/8).
Menurut Abdul, seorang pemilih akan mendasarkan dirinya atas berbagai pertimbangan subjektif. Bagi dia hal itu tidak masalah asalkan pertimbangannya bukan karena uang. Namun, Abdul mengakui masyarakat yang memilih pemimpin muslim meski korup ada sebabnya. Salah satunya adalah tak dibimbing buat berpikir secara mengakar.
"Problemnya adalah dalam konteks demokrasi kita saat ini, publik itu belum didorong untuk memilih pemimpinnya secara rasional. Meskipun tentu rasional itu ada limitnya," ujar Abdul.
Di sisi lain, menurut Abdul, fanatik pada pemimpin atas dasar agama ini tidak hanya masalah Islam semata. Namun di agama lain pun seperti itu. Padahal menurutnya, pemimpin itu tantangan beratnya menyelesaikan kebutuhan masyarakat.
"Inilah tantangan yang menurut saya berat sehingga persoalan bukan muslim atau nonmuslim. Tapi persoalannya ada pada semua agama," ucap Abdul.
"Pada daerah yang misalnya muslim itu mayoritas, pemimpinnya beragama non-Islam tapi dia punya track record yang baik. Kepada orang Islam ia baik hati, yang belum haji dihajikan, yang belum umroh diumrohkan, berhasil memajukan daerahnya, saya kira orang akan melupakan dia etnisnya apa, agamanya apa," imbuh Abduh.