Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

473sfgswAvatar border
TS
473sfgsw
Menangkan Ahok, Survei SMRC Terbukti tak Ilmiah
Menangkan Ahok, Survei SMRC Terbukti tak Ilmiah

Riset Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) soal Pilkada DKI Jakarta yang memenangkan pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat, tidak memenuhi kaidah-kaidah saintifik sehingga hasilnya tidak dapat dipertanggungjawbakan secara ilmiah.

Kesimpulan itu disampaikan doktor FISIP Universitas Indonesia, Syahganda Nainggolan (24/10). Menurut Syahganda, secara konseptual, survei SMRC, gagal secara ilmiah. Survei SMRC gagal menjelaskan konstruk secara jelas tentang “voting behavior”. Kedua, gagal menjelaskan jumlah variabel-variabel independen, dan ketiga, gagal menjelaskan hubungan antara variabel-variabel penelitian.

Syahganda menjelaskan, dalam konsep “voting behaviour”, SMRC berusaha memasukkan “rational choice” sebagai satu satunya alasan responden memilih. Hal itu bersifat instrumental semata, bukan psikologis. “Di sini terjadi kebingungan antara konsep rational choice yang biasa digunakan dalam ilmu mikro ekonomi vs ilmu politik,” ungkap Syahganda.

Padahal dalam ilmu politik, kata Syahganda, pertimbangan memilih seseorang terkait dengan orientasi dalam isu spesifik pada kebijakan publik; evaluasi atas kinerja petahana/incumben dan evaluasi atas karakteristik kandidat. Dengan catatan orientasi dan evaluasi ini dipengaruhi oleh faktor identifikasi atas partai pendukung dan orientasi ideologi secara umum.

Kata Syahganda, keanehan SMRC berlanjut ketika tidak konsisten terhadap konstruk dan variabel penelitian. Ada dua hal penting terkait hal ini, pertama, apakah mungkin menanyakan langsung pada responden tentang keberhasilan ekonomi dan kinerja petahana/incumben, tanpa ada intervening variabel atau moderating variabel berupa knowledge of news and events.

“Secara teoritis menilai suatu keberhasilan ekonomi skala DKI dan keberhasilan kinerja tentu membutuhkan pengetahuan yang mumpuni dari responden,” jelas Syahganda.

Kedua, mengapa tiba-tiba SMRC memunculkan variabel lain dalam seperti citra dan sikap kepemimpinan, tingkat popularitas dan kualitas personal kandidat. “Bukankah sejak awal SMRC dan pada kesimpulannya ingin membuktikan bahwa variabel yang ingin dibuktikan hanyalah yang instrumental dan rasional? Di sinilah akhirnya kegagalan konseptual riset SMRC. Membingungkan. Sulit mencari variabel yang hendak diukur dan menentukan hipotesa yang ingin dibuktikan,” tegas Syahganda.

Tak hanya itu, Syahganda juga memperlihatkan kegagalan metodologi SMRC menentukan pendekatan kuantitatif denga Multistage Random Sampling tapi saat bersamaan membuat “sampling frame” dengan “Stratified Probability Testing”, yakni proporsi sample sesuai dengan proporsi populasi dengan karakteristik seperti agama dan etnik.

“Tentu ini sesuatu pekerjaan yang ambisius di luar jangkauan lembaga survei manapun. Kecuali, SMRC meninggalkan random sampling dan beralih ke metoda purposive,” papar Syahganda.

Sumber: http://itoday.co.id/hotnews/read/381...kti-tak-Ilmiah
0
2.8K
47
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
672KThread41.8KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.