- Beranda
- The Lounge
5 Dokter yang Pernah Menuai Sejarah Besar di Indonesia
...
TS
ismamayaa
5 Dokter yang Pernah Menuai Sejarah Besar di Indonesia
Quote:
Quote:
Setiap tanggal 24 Oktober dirayakan sebagai hari Dokter Indonesia. Inilah momentum yang tepat bagi dokter-dokter Indonesia untuk bangkit dan memajukan dunia kesehatan. Dunia kesehatan yang bukan hanya berpihak pada kelas menengah atas namun mereka yang sering terpinggirkan
.Quote:
Sepanjang sejarah republik ini berdiri, profesi dokter bukanlah hal yang remeh. Banyak dari pendiri bangsa yang berprofesi atau sedang belajar ilmu kedokteran. Di saat yang sama mereka menjadi ujung tombak perjuangan bangsa mencapai kemerdekaan.
Quote:
Sebagai bentuk perayaan hari Dokter Indonesia yang jatuh pada hari ini, TS ingin mengulas lima dokter Indonesia yang pernah menorehkan sejarah besar di Nusantara. Siapa saja mereka?
Quote:
dr Achmad Mochtar
Quote:
Dia adalah dokter bumiputera pertama yang bergabung dengan Lembaga Eijkman dan menjadi direktur di sana pada 1937. Lembaga Eijkman menjadi pusat riset medis dan biologi tersohor di Hindia Belanda sejak didirikan pada 1888. Pada masa pendudukan Jepang, ada satu kasus yang menggemparkan dunia kedokteran. Pada Juli 1944, ratusan romusha (pekerja paksa) di Klender Jakarta dicurigai terkena wabah penyakit.
Quote:
[CENTER]Dokter-dokter Jepang setempat menyuntikkan vaksin tipes, kolera, dan disentri kepada mereka. Alih-alih sembuh, sekira 900 romusha malah tewas. Pemerintah pendudukan Jepang langsung mencurigai dokter-dokter di Lembaga Eijkman. Pemeriksaan Kenpetai berubah menjadi tragedi, ketika dokter-dokter ini kemudian ditangkap dan disiksa pada Oktober 1944. Ada yang dipukuli, disetrum, sampai dibakar hidup-hidup.
Quote:
Pemeriksaan Kenpetai berubah menjadi tragedi, ketika dokter-dokter ini kemudian ditangkap dan disiksa pada Oktober 1944. Ada yang dipukuli, disetrum, sampai dibakar hidup-hidup. dr Mochtar dituduh memasukkan bakteri tetanus ke dalam vaksin tifus, kolera, dan disentri. Pada Juli 1945, dr Mochtar dieksekusi tanpa pengadilan dengan cara dipancung. Jenazahnya dikebumikan di pemakaman massal Ancol.
Quote:
dr Tjipto Mangoenkoesoemo
Quote:
Tak ada yang menyangkal nama besarnya dalam sejarah Indonesia. Itulah mengapa namanya diabadikan sebagai salah satu rumah sakit pemerintah di Jakarta. Di usia 13 tahun (lahir 1886), dia masuk Sekolah Dokter Pribumi (STOVIA). Setelah lulus tahun 1905, dia menjadi dokter pemerintah dan berhasil memerangi penyakit pes di Malang, Jawa Timur.
Quote:
[CENTER]Tjipto kemudian mundur sebagai dokter pemerintah dan terjun berpolitik. Dalam rapat Pengurus Besar Budi Utomo di Yogyakarta 9 September 1909, dia gigih mengusulkan agar Budi Utomo menjadi organisasi politik yang memperjuangkan kebangsaan dan membuka pintu selebar-lebarnya bagi siapapun yang ingin bergerak dalam politik kebangsaan.
Quote:
Pada 1912, Tjipto bersama Douwes Dekker dan Soewardi Soerjaningrat mendirikan Indische Partij. Sebagai pemimpin suratkabar De Express di Bandung, dia menerbitkan tulisan Soewardi Soerjaningrat: “Als Ik Een Nederlander was” (Andai saya seorang Belanda).
Quote:
dr Julie Sulianti
Quote:
Biasa disapa dengan sebutan dr Sul, dia menjadi dokter muda sekaligus perempuan berani yang membantu perjuangan para gerilyawan. Setelah lulus sekolah dokter pada 1942, Sul bekerja di bagian penyakit dalam Centrale Burgelijke Ziekenhuis –kini Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM)– lalu bekerja di bidang penyakit anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.
Quote:
[CENTER]Sul aktivis perempuan sadar politik. Mentor politiknya adalah Soebadio Sastrosatomo, anggota Badan Pekerja KNIP –kelak menjadi Ketua Fraksi Partai Sosialis Indonesia (PSI) di parlemen hasil Pemilihan Umum 1955. Dia menjadi delegasi mewakili Kongres Wanita Indonesia (Kowani) –lembaga yang terbentuk pada 22 Desember 1928– untuk mengikuti Inter Asian Women Conference di India pada 1947.
Quote:
Sul membawa banyak ide mengenai kesehatan ibu dan anak, khususnya pengendalian angka kelahiran melalui pendidikan seks dan gerakan keluarga berencana. Namun ide ini mendapatkan penolakan dari masyarakat dan pemimpin negara. Saat itu Indonesia kekurangan tenaga bidan hingga membuat angka kematian ibu meningkat. Sul meninggal dunia pada 29 April 1991. Namanya diabadikan menjadi nama sebuah rumah sakit: Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso.
Quote:
dr Radjiman Wedyodiningrat
Quote:
Dia lahir dari keluarga biasa. Selagi masih kecil, dia sudah kehilangan orangtuanya. Prihatin dengan nasibnya, Dr Wahidin Soedirohoesodo menolong pemuda berbakat dan penuh cita-cita itu untuk memperoleh pengajaran yang baik. Radjiman lulus dari Sekolah Dokter Bumiputera (Stovia) sebagai “dokter jiwa” pada 1898. Setelah beberapa tahun bekerja di Banyumas, Purworejo, Semarang, dan Madiun, dia meneruskan pendidikannya dan menjadi asisten di Stovia sampai lulus sebagai Indisch Arts.
Quote:
[CENTER]Pada masa pendudukan Jepang, Radjiman menduduki jabatan-jabatan prestius tapi yang terpenting adalah ketua BPUPKI. “Apa dasar negara Indonesia jika kelak merdeka?” adalah pertanyaan yang diajukannya dalam sidang BPUPKI yang kemudian dijawab Sukarno dengan uraian mengenai Pancasila. Radjiman Wedyodiningrat wafat pada 20 September 1952. Jenazahnya dikebumikan di Desa Melati, Sleman, Yogyakarta, tempat peristirahatan terakhir bapak angkatnya, Wahidin Soedirohusodo.
Quote:
dr Mohammad Sarengat
Quote:
Dia dikenal lebih dulu sebagai seorang atlet, seorang sprinter lebih tepatnya. Sarengat lahir di Banyumas, 28 Oktober 1940. Dia menyelesaikan sekolah dasar dan menengah pertama di Pekalongan, lalu melanjutkan sekolah menengah atas di Jakarta. menyumbangkan dua medali emas dalam cabang lari 100 meter dan lari gawang 110 meter serta perunggu di nomor 200 meter. Selain menjadi pelari tercepat di Asia, dia memecahkan rekor Asia untuk lari gawang 110 meter dengan waktu 14,4 detik.
Quote:
[CENTER]Sarengat bingung melanjutkan pendidikannya karena masalah biaya. Letnan Jenderal GPH Djatikusumo, mantan kepala staf Angkatan Darat (AD) pertama, menyarankan Sarengat masuk dinas AD agar ia mendapatkan beasiswa kedokteran. Sarengat mundur dari gelanggang atletik sejak Ganefo (Games of the New Emerging Forces) pada 1963 di Jakarta. Dia kemudian menjadi dokter tentara AD dengan pangkat terakhir kolonel CKM (Corps Kesehatan Militer).
Quote:
Sarengat mendirikan Sports Campus Wijaya Kusuma (SCWK), klinik rehabilitasi pengguna narkoba. Klinik ini dia bangun setelah anak lelakinya terjerat narkoba dan berhasil disembuhkan. Pada 2009, Sarengat terserang stroke dan komplikasi penyakit. Dia, yang pernah menjadi manusia tercepat di Asia, wafat pada 13 Oktober 2014.
Quote:
0
2.5K
Kutip
21
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
923.4KThread•84.4KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya