Apa itu Ego? Gimana Cara Melampauinya?Kepribadian kita terdiri dari banyak faktor yang berbeda, beberapa diantaranya saling berlawanan. Terkadang, suatu waktu kita begitu penuh kasih dan di lain waktu kita dapat menjadi pendengki. Ada saat kita menjadi sombong dan menolak nasehat orang lain, di lain kesempatan kita menjadi terbuka dan mau belajar. Kita gak punya kepribadian tetap karena karakteristik kita dapat berubah. Dengan semakin membiasakan diri dengan sikap konstruktif dan mengurangi sikap yang membahayakan, karakter kita dapat berkembang menuju jiwa yang tercerahkan.
Sebagian orang percaya kalau manusia jadi egois secara alami, bahwa diri dan egoisme seperti sisi koin yang gak terpisahkan. Hal ini bisa tampak kayak gini karena sudut pandang kita yang egois dan udah ada sejak lama. Kita menganggapnya sebagai hal yang lumrah, karena dari kecil kita udah bersikap egois dan akan tetap berlangsung demikian sampai kita sendiri berinisiatif melakukan perubahan.
Pikiran yang mengutamakan diri sendiri tampak seperti teman terbaik kita, menjaga ke’Aku’an, menghindarkan kita dari bahaya dan memastikan ‘kebahagiaan’ kita, tapi itu semua akan membunuh kita secara perlahan-lahan. Setiap muncul konflik antara dua orang, dua kelompok, atau dua negara, egoisme selalu hadir di antaranya. Satu pihak melindungi kepentingannya, berpikir bahwa mereka lebih penting, dan pihak lain juga melakukan hal serupa. Kompromi dan kerjasama menjadi sulit, demikian juga pemberian maaf.
Tapi, bukan berarti egoisme merupakan bagian yang gak bisa dilepaskan dari diri kita. Kalau memang demikian, bagaimana caranya?
Spoiler for cara 1:
1. Berhentilah menjadi mudah tersinggung
Perilaku orang lain bukanlah alasan kita untuk bereaksi. Tersinggung hanya akan melemahkan kita sendiri. kalau kamu gampang tersinggung, maka kamu selalu nemuin masalah di setiap tikungan kehidupan. Ini adalah ego loyang lagi bermain untuk meyakinkan bahwa dunia gak bisa berputar dengan cara itu. kamu sebenernya bisa jadi pemberi penghargaan terhadap kehidupan dan sesuai dengan tujuan penciptaan universal. Tapi, kamu gak bisa mencapai kekuatan niat yang tulus hanya karena mudah tersinggung. Disini artinya, kita tetap berusaha bertindak untuk membasmi ketakutan di dunia, yang berasal dari identifikasi terhadap ego yang besar, tapi tetap berada dalam jalur kedamaian.
Spoiler for cara 2:
2. Lepaskan keinginan untuk menang
Ego suka membagi diri kita menjadi pemenangdan pecundang. Mengejar kemenangan adalah cara jitu untuk mengaburkan niat tulus. Mengapa? Karena pada akhirnya, kemenangan itu mustahil diraih sepanjang waktu, karena masih ada langit di atas langit. Seseorang di luar sana akan lebih cepat, lebih beruntung, lebih muda, lebih kuat, dan lebih cerdas. Di kemudian hari kamu udah pasti kembali merasakan diri kamu gak berdaya dan lemah.
Spoiler for cara 3:
3. Lepaskan kebutuhan kamu untuk menjadi benar
Ego adalah sumber dari banyakkonflik dan pertikaian karena mendorong kita ke arah yang bikin orang lain jadi salah. Ketika kamu melepaskan kebutuhan untuk menjadi bener, kamu dapat memperkuat koneksi ke kekuatan niat. tapi perlu di inget kalau ego adalah energi yang sulit dikendalikan. Banyak orang mengakhiri hubungan baik dengan orang lain, cuma karena tetap berpegang pada dorongan untuk menjadi yang paling benar. Ane mendorong GanSis untuk melepaskan dorongan ego untuk menjadi benar ini dengan menghentikan diri (jeda/spasi), di tengah-tengah argumen dan bertanyalah pada diri sendiri, Apakah saya ingin menjadi benar atau bahagia? andai kamu memilih untuk bahagia, mencintai, dalam suasana spiritual, koneksi kamu dengan niat harus diperkuat. Saat-saat tersebut akhirnya akan memperluas koneksi baru kamu pada kekuatan niat. Sumber kebijaksanaan universal akan mulai berkolaborasi dengan kamu dalam menciptakan hidup yang dimaksudkan untuk dijalani.
Spoiler for cara 4:
4. Lepaskan keinginan untuk menjadi lebih unggul
Kebahagiaan sejati bukanlah soal jadi lebih baik dari orang lain. Tapi soal menjadi lebih baik daripada kamu sebelumnya. Tetap fokus pada pertumbuhan kamu, dengan kesadaran konstan bahwa gak ada di planet ini yang lebih baik dari orang lain. Kita semua berasal dari kekuatan hidup kreatif yang sama. Kita semua memiliki misi untuk mewujudkan esensi kita, semua yang kita butuhkan untuk memenuhi takdir yang tersedia bagi kita. Semua ini gak mungkin terjadi ketika kamu melihat diri kamu seolah-olah ‘paling superior’ dari orang lain. Ini pepatah lama, tapi tetap benar :
Quote:
“Kita semua sama di mata Tuhan. Lepaskan keinginan untuk merasa superior dengan cara mulai melihat Tuhan ada di dalam diri setiap orang. Jangan menilai orang lain berdasarkan penampilan, prestasi, harta, dan atribut lain dari sisi ego.”
Ketika kamu memproyeksikan perasaan superioritas, itulah yang bikin kamu kembali mundur, yang mengarahkan pada kebencian dan akhirnya perasaan bermusuhan. Perasaan ini menjadi alat yang membawa kamu jauh dari niat. Ego selalu membuat perbandingan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya diri melihat Tuhan pada orang lain, dan mempertahankan dengan terus mencari semua kekurangan orang lain.
Spoiler for cara 5:
5. Lepaskan keinginan untuk memiliki lebih
Ego gak pernah terpuaskan. gak peduli seberapa banyak yang udah kamu peroleh, ego kamu akan bersikeras bahwa itu belum cukup. kamu akan dipaksa dalam keadaan terus-menerus berjuang, dan menghilangkan kemungkinan sampai pada tujuan. Tapi pada kenyataannya kamu sebenarnya udah tiba, dan bagaimana kamu memilih untuk menggunakan hidup kamu saat ini adalah pilihan kamu. Ironisnya, ketika kau berhenti menginginkan lebih banyak, apa yang kamu pingin tampaknya malah hadir lebih banyak lagi dalam hidup kamu. Karena kamu gak melekat terhadap keinginan itu, kamu akan lebih mudah untuk mendapatkannya daripada orang lain, karena kamu telah menyadari betapa sedikit yang kamu butuhkan untuk jadi puasdan damai.
Spoiler for cara 6:
6. Lepaskan mengidentifikasi diri berdasarkan prestasi
Ini mungkin konsep yang sulit jika kamu berpikir bahwa prestasi kamu adalah jerih payah kamu. Tuhanlah yang menulis semua musik, Tuhan yang menyanyikan semua lagu, Tuhan yang membangun semua bangunan, Tuhan adalah sumber dari semua prestasi kamu. Semua ini berasal dari satu Sumber. kamu bukan tubuh dan pencapaian kamu. kamu adalah pengamat. Perhatikan itu semua, dan bersyukurlah atas kemampuan yang telah kamu miliki. Bila kamu melekat pada prestasi dan percaya bahwa kamu sendirilah yang melakukan semua hal-hal tersebut, maka kamu gak akan merasakan damai dan rasa terima kasih dari Sumber kamu.
Spoiler for cara 7:
7. Lepaskan semua penilaian baik/buruk
Penilaian tentang kamu gak terletak di dalam diri kamu. Ini berada dalam pikiran orang lain. Oleh karena itu, kamu gak punya kendali atas hal itu sama sekali. Jika kamu berbicara dengan 30 orang, kamu akan memiliki 30 penilaian. Jika kamu terlalu peduli dengan bagaimana orang lain memandang diri kamu, maka kamu akan terputus dari niat tulus dan membiarkan pendapat orang lain untuk mengendalikan kamu, ego kamu yang sedang bekerja. Ini adalah ilusi yang menguji diantara kamu dan kekuatan niat. kalau kamu menjadi yakin bahwa tujuan kamu cuma untuk membuktikan kepada orang lain bagaimana menjadi lebih ahli dan unggul, kamu akan menghabiskan energi kamu sendiri. Lakukan apa yang harus kamu lakukan karena suara hati kamu yang mengarahkan kamu. Tetap pada tujuan, lepaskan diri dari hasil, dan ambil tanggung jawab pada apa yang ada di dalam diri kamu, itulah yang menentukan karakter kamu. Biarkan reputasi kamu dinilai orang lain, itu gak ada hubungannya dengan mau.