Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Joko Widodo mengharapkan perusahaan layanan keuangan berbasis teknologi digital (financial technology/fintech) juga menjangkau pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), petani, serta nelayan di daerah terpencil.

"Kalau bisa, ada aplikasi yang bisa membantu petani dan nelayan agar dekat dari produsen ke konsumen tanpa mata rantai yang panjang sehingga harga tidak semakin naik. Kalau bisa ini ditingkatkan dengan aplikasi teknologi," ungkap Jokowi di perhelatan Indonesia Fintech Festival and Conference di ICE BSD, Selasa (30/8).

Menurut Joko Widodo (Jokowi), selama ini fintech hanya menjangkau kalangan masyarakat tertentu di pusat kota saja. Padahal, pemerintah berharap inklusi keuangan dapat ditingkatkan ke seluruh penjuru sektor, kalangan, dan daerah.

"Misalnya untuk usaha mikro, saat ini masih jarang catatan keuangannya karena masyarakat merasa ribet, tapi kalau bank punya tentu akan memudahkan perbankan. Ini menandakan tingkat keuangan inklusi kita perlu ditingkatkan dari hal yang paling dasar, yakni dengan meningkatkan literasi keuangan masyarakat," ujar Jokowi.

Saat ini, kata Presiden, tingkat literasi keuangan Indonesia hanya sebesar 21,8 persen yang mencerminkan akses masyarakat terahdap lembaga keuangan formal. Angka ini jauh tertinggal bila dibandingkan dengan negara tetangga, seperti Singapura yang mencapai 95 persen, Malaysia 81 persen, dan Thailand 78 persen.

Menurutnya, perlu terobosan untuk memperluas akses keuangan formal hingga menjangkau masyarakat yang tersebar di sekitar 17 ribu pulau di seluruh penjuru Indonesia. Untuk itu, katanya, perbankan dan lembaga keuangan formal juga harus memperhatikan karakteristik masing-masing daerah.

"Sontoh yang ekstrem, di Papua dari Kabupten Doga menuju ke Kabupaten Wamena itu diperlukan empat hari jalan kaki karena belum ada yang namanya jalan. Belum cerita di daerah lain yang kurang lebih masih banyak yang seperti itu,"


Selain itu, lanjutnya, juga harus ada upaya untuk meningkatkan kapasitas mayoritas masyarakat yang selama ini dianggap tidak layak memperoleh pinjaman perbankan (unbankable) menjadi layak (bankable).

Sejalan dengan itu, Jokowi telah menginstruksikan Kementerian/Lembaga (K/L) terkait untuk mewujudkan hal itu dengan cepat, antara lain dengan memberikan jaminan kredit bagi generasi muda kreatif yang membutuhkan pembiayaan.

"Saya mengajak semua berpartisipasi, anak muda yang bergerak di fintech, saya terus mengajak berinovasi, menghasilkan terobosan seperti aplikasi digital yang saya dapat berguna dalam meningkatkan inklusi keuangan," tuturnya.

Dia optimistis, meningkatnya inklusi keuangan akan memangkas kesenjangan pendapatan di negari ini maupun di belahan dunia lain.

Pada kesmepatan yang sama, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman Hadad menuturkan bisnis fintech meningkat pesat secara global dalam dua tahun terakhir. Hal ini seiring dengan pergeseran preferensi masyarakat di era digital.

"Penggunaan digital telah memicu fintech. Banyak potensi yang bisa digarap, terutama untuk mendukung inklusi keuangan," kata Muliaman.

Untuk itu, lanjutnya, perlu dukungan untuk mengombinasiukan antara fintech dengan industri jasa keu dan telekomunikasi agar akses keuangan memiliki jangkauan yang semakin luas, efisien, nyaman dan aman.

"Roadmap e-commerce dibuat untuk mendukung fintech ke depannya. Akan dibentuk banyak Satgas bersama instasi lainnya dan perlu guideline untuk aturan lebih lanjut," tuturnya.

http://m.cnnindonesia.com/ekonomi/20160830105024-78-154758/jokowi-mau-fintech-jangkau-rakyat-kecil-hingga-ke-pelosok/


Smi bilang dunia harus ke tahap revolusi industri untuk mengatasi perlambatan.
Fintech ini revolusi generasi ke 4!

La kita bru ada di generasi ke 3!
Klo negara kek israel ya udah banyak startup fintech!


Panggil programmer 2 minggu selesai