Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

pendaki langitAvatar border
TS
pendaki langit
Fintech Indonesia
Tulisan ini telah tayang di diskartes.com, terima kasih untuk RATE dan SHARING nya. Semoga bermanfaat untuk semua!

Fintech Indonesia

People die when they stop creating

Beberapa waktu silam ada acara namanya konferensi “Indonesia Knowledge Forum V" dengan pihak BCA sebagai penyelenggara acara. Siapa speakernya?

Keren, banyak insight baru dari Thomas Lembong, Yohanes Surya, founder Tokopedia yaitu William T, sampai Pandji Pragiwaksono bisa share pandangan mereka mengenai kondisi keuangan Indonesia. Jadi paham kenapa selain undangan, ternyata banyak orang rela menebus tiketnya yang dibandrol Rp 4,6 juta rupiah.

Ketika di akhir acara, akhirnya saya menyimpulkan sebuah fenomena menarik sebagai benang merah konferensi selama dua hari itu.

Fenomena Financial Technology atau Fintech telah merubah paradigma tentang menabung, berinvestasi, bahkan spending duit

Apa itu Fintech atau Financial Technology di Indonesia?

Tercatat ada lima gelombang yang mengubah kondisi keuangan secara global, dan ternyata generasi melek internet merupakan yang paling besar merevolusi sistem ini. Munculnya digital networks, software, dan biotechnology telah menghasilkan ribuan inovasi cara orang ngatur duitnya sebagai dampak ekonomi digital.

Fintech bisa dibilang digitalisasi sektor keuangan

Fintech Indonesia

Ada suatu pernyataan menarik dari Pandji Pragiwaksono yang bilang bahwa

“Jaman belum ada listrik, ternyata media sosial sudah ada yaitu sungai.”

Sungai jadi tempat ngumpul orang, trus nggosip kesana-kemari. Sekarang facebook, twitter, dan semacamnya lah yang menjadi tempat ngumpul orang-orang. Begitu pula dengan Fintech, hanya butuh portal!

Dalam sebuah portal, maka akan mempertemukan semua yang berkepentingan seputar uang. Orang bayar barang cukup pake handphone, begitu pula ketika beli saham, transfer duit, bahkan ketika nabung pun ga perlu ke Bank secara fisik. Mau ngumpulin orang untuk investasi? Cukup bikin crowd funding dalam portal berbasis web atau apps. Keren nggak sih?

Mau tau contoh perusahaan Fintech di Indonesia?

Fintech Indonesia

Dinamika Keuangan Global

Setelah Fintech di Indonesia, mari tengok dunia luar. Dengan teknologi yang maju, Tiongkok “pernah” merajai keuangan global. Uang pindah dari negara maju seperti Amerika menuju negeri bambu runcing tersebut. Nah sekarang ceritanya lain, konon industri dan tenaga kerja di AS sudah mulai menggeliat. Rencananya The Fed (BI nya Amerika) uda mulai naikin bunga, dan inilah yang membuat kita agak menderita.

Ini gawat!

Lho kenapa gawat, padahal Amrik cuma mau naikin bunga bank nya? Itu kan jauh di samudra sana!

Begini sahabat, AS adalah negara maju yang memiliki risiko rendah. Sedangkan Indonesia dan negara emerging market (negara berkembang) lainnya, lebih rentan risiko.

Nah pas AS sudah sehat, duit dari negara berkembang akan pindah ke negara maju. Jika uang asing di Indonesia uda terlalu banyak dan tiba-tiba ditarik keluar, maka kita akan kaget dan mempengaruhi ekonomi nasional.

Orang aja kalo kaget bisa pusing, apalagi negara yang orangnya lebih dari 250 juta nyawa!

Industri jelas menjadi lesu, demikian pula dengan fintech. Tapi ada statement menarik dari Komisaris BCA Cyrillus Harinowo, doi tetep bersikukuh bahwa meski Indonesia belum terlalu sehat, tapi kondisinya jauh lebih baik dibanding negara-negara tetangga. Sektor bisnis terutama keuangan diharapkan tetep go forward, maju terus pantang mundur.

Saya sendiri sependapat, momentum yang tepat adalah ketika pihak lain sedang takut untuk memulai. Di momen sekarang, seorang pioneer usaha akan memiliki nilai plus dan branding lebih kuat dibanding pesaingnya.

Coba bayangkan seandainya fintech yang ada bisa terus exist bahkan dikembangkan oleh Bank-Bank besar, maka efisiensi akan banyak terjadi. Bandingkan saja pelayanan seribu kantor cabang bisa digantikan oleh smartphone di tangan Anda. Ketakutan akan capital outflow (duit keluar dari Indonesia ke Amrik) akan terreduksi, sepanjang perusahan Fintech tadi didanai orang kita.

The New Normal

Ketidakstabilan yang tadi kita bahas akan memaksa negara di seluruh dunia untuk menciptakan tatanan atau posisi ekonomi baru, ekonom dunia sering menyebutnya “The New Normal”. Thomas Lembong (sekarang Kepala BKPM, sebelumnya doi Menteri Perdagangan), secara terbuka menyatakan bahwa Vietnam sudah mengejutkan dunia internasional. Negeri kecil itu memiliki akses bebas ke Uni Eropa dan Amerika Utara.

Efeknya apa?

Jadi kalo Indonesia ekspor ke Eropa kena pajak sekitar 10%, Vietnam tu ga bayar pajak apa-apa. Amazing kan kemampuan mereka?

Namun demikian, kondisi yang masih cukup baik memungkinkan Indonesia untuk terus berkreasi. Dalam beberapa bulan kedepan akan diadakan banyak konferensi startup, nah ini adalah indikasi bahwa negeri kita nggak kapok untuk fokus pada pengembangan dunia usaha ditengah gejolak politik terutama Pilgub DKI Jakarta.

Seandainya Pemerintah dan dunia usaha bisa mencuri start untuk pengembangan Fintech yang diramalkan akan menggantikan sistem Bank konvensional, bukan tidak mungkin skema moneter akan menjadi lebih efektif dalam mengantisipasi krisis yang setiap saat bisa terjadi.
Diubah oleh pendaki langit 16-10-2016 12:10
0
3.8K
22
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.3KThread84.3KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.