- Beranda
- Stories from the Heart
Afternoon Tea
...
TS
shy.content
Afternoon Tea
Afternoon Tea
Masa – Masa SMA adalah masa dimana remaja diwarnai dengan momen – momen yang tak terlupakan dengan orang yang berarti dengan kita seperti halnya nongkrong keluar bareng teman satu kelompok , mengerjai teman yang sedang ulang tahun , ataupun pergi berdua bersama pacar di hari Minggu . Namun Arsha , gadis satu ini lebih menyukai untuk duduk diam menyendiri di bawah gazeboo belakang sekolah . dengan ditemani angin sepoi – sepoi siang hari dia mendapatkan ketenangnya sendiri di siang hari . aneh memang namun hal itulah yang bisa membuatnya tenang , selain membersihkan rumah dan membaca novel kesukaanya.
INDEX
Chapter 1 : Me and the Old Gazeboo
Chapter 2A : Me and Morning Routine
Chapter 2B : Adelia Purnamasari
Chapter 3 : Me and My Senior , Galang
Chapter 4 : Me and My Afternoon Routine
Spoiler for Chapter 1 : Me and the Old Gazeboo:
Langit oranye mulai menggantikan langit biru yang menemaniku saat pertama datang kemari siang ini . angin sepoi – sepoi yang tadinya berhembus segar menggelitiki telingaku kini mulai menghilang bersamaan dengan burung – burung yang mulai pulang ke pohon tempat mereka beristirahat “Aku ketiduran lagi” ucapku sambil membersihkan air liur yang sembari tadi menghiasi sekitar mulut mungilku . Aku menatap langit – langit gazeboo ini dengan seksama , tidak ada yang berubah semenjak aku pergi meninggalkan kota ini empat tahun yang lalu . Kecuali langit – langitnya yang sekarang dihiasi dengan coretan stipo pasangan iseng yang sering datang ke tempat ini pada saat malam hari . Memang tempat ini adalah tempat yang cocok bagi pasangan kekasih untuk berduaan apalagi dimalam hari . Tempatnya yang strategis dan jauh dari jalan utama dilengkapi dengan suasananya yang mendukung membuat atmosfir romantisme ditempat ini sangatlah cocok untuk pasangan muda menghabiskan malamnya yang tidak mau diganggu oleh siapapun . Selain itu didepanya terpampang danau kecil yang memantulkan sinar rembulan yang menghiasi langit ketika malam membuat romantisme di tempat ini kian bertambah. Apalagi jalanan di sekitar gazeboo ini tidak disiniari oleh lampu jalanan seperti halnya jalanan pada umumnya membuat suasana di gazeboo ini cocok untuk berduaan
“Sebaiknya aku segera pulang”
Segera aku mengempeskan bantal angin kecil berbentuk beruang yang memang sengaja aku gunakan untuk bersantai ditempat ini . Sambil membetulkan kacamata dan mengumpulkan kesadaran , aku mulai berdiri dan mengambil tasku yang semenjak tadi tergantung di tancapan paku di salah satu pilar gazeboo yang sebenarnya disediakan untuk memajang lukisan yang sekarang hilang entah kemana . Padahal aku masih ingat empat tahun yang lalu , lukisan gunung yang indah terpampang di salah satu pilar gazeboo tua itu.
Aku mulai mengenakan sepatuku segera setelah kesadaranku pulih , sepatu putih yang empat tahun tidak pernah aku ganti karena menurutku kondisinya masih sangat bagus . Dengan diiringi langkah kaki yang agak cepat aku mulai menyusuri jalan setapak di padang rumput yang mengarah pada jalan raya yang menjadi rute utamaku ketika pulang dari gazeboo tua ini . Selain dikarenakan jarak antara gazeboo dengan jalan raya lumayan jauh , Aku juga takut jika teman – temanku dari sekolah mengetahui kalau aku selama ini menghabiskan waktu di tempat itu .Dikarenakan pada jam segini biasanya teman – temanku yang ingin beduaan bersama pasangnya sudah tiba di gazeboo ini. sekitar setengah jam waktu yang digunakan untuk berjalan melewati padang rumput luas yang menjadi pemisah antara gazeboo tua ini dengan jalan utama . Setelah kurang lebih setengah jam aku menyusuri padang rumput yang luas ini , aku bergegas berjalan menyusuri jalan utama menuju rumahku yang membutuhkan waktu sekitar satu jam jika ditempuh dengan berjalan kaki . Tidak biasanya memang aku berjalan dari gazeboo menuju ke rumah tapi hal ini terpaksa mengingat pada jam segini sudah tidak ada lagi angkutan umum yang melewati jalan ini.
Sambil terus berjalan aku memikirkan alasan apa yang harus kukatakan kepada Tante Nilam saat aku pulang nanti .
“Alasan apalagi ya ? hmm apa aku harus beralasan mengikuti kegiatan ekstrakulikuler lagi? Tidak , dia pasti akan curiga . Aku seorang anak yang cuek dan pendiam tidak mungkin aku mengikuti kegiatan ekstrakulikuler dua hari berturut – turut dia pasti bisa menduga kalau kali ini aku bohong jika mengatakan alasan itu.”
Aku terus memutar otak untuk mengarang alasan yang tepat agar Tante Nilam tidak curiga kenapa aku bisa pulang selarut ini , memang tidak biasanya aku pulang pada saat jam segini . Siang ini aku terlalu nyaman di gazeboo sampai - sampai aku ketiduran dengan pulas dan bangun di waktu yang tidak tepat . Tak sekali memang aku ketiduran di gazeboo tua itu , tapi terakhir kali aku mengatakan alasan itu adalah kemarin , jadi mau tidak mau hari ini aku harus pulang lebih awal . Tapi apa daya angin sepoi – sepoi dan bau harum dari rumput yang mewarnai siang ini menggodaku untuk meletakan kepalaku diatas bantal angin yang memang sengaja aku siapkan untuk menambah rasa nyaman saat menghabiskan waktu di gazeboo itu . Ingatku sambil membayangkan kondisi siang tadi. Aku terus berjalan sembari mencari alasan yang tepat
Tidak terasa satu jam sudah aku berjalan pulang sembari mencari alasan untuk menutupi kebohonganku , kini aku sudah berada di depan rumahku . aku sedikit takut karena aku masih belum menemukan alasan untuk menutupi kebohonganku
“Bismillah semoga saja tante sedang keluar” aku memberanikan diri untuk membuka gerbang depan rumahku
“Eh? tumben gerbangnya dikunci , aneh sekali” saat aku terheran heran , tepukan tangan mengagetkanku dari belakang
“Dor ! kemana saja baru pulang?” Ternyata tante Nilam sejak tadi tidak berada di rumah
“Eh! Tante ! mengagetkanku saja!” ujarku sambil mengatur nafas
“Hahaha , salah sendiri pulang maghrib!” ujarnya dengan tenang sambil membuka pintu gerbang
“Tante darimana? Tumben keluar saat sore , biasanya kan jam segini tante duduk tenang didepan tv sambil menonton sinetron kesukaan tante?”
“Tadi tante habis dari gang sebelah” balasnya sambil menutup gerbang “Ada orang baru yang menempati rumah peninggalan pak Husain”
“Oh pak Husain” ujarku dengan nada tahu , padahal selama aku tinggal di komplek ini siapa itu pak Husain aku tidak pernah mengenal bahkan bertatap muka dengan orangnya
“Oh iya Anaknya ada yang berumur sama denganmu , mungkin besok di sekolah kau akan bertemu denganya” ujarnya sambil menyalakan lampu rumah
“Kau tahu , anaknya itu merupakan orang yang menyenangkan dia juga mempunyai penampilan menarik dan tampan sebagaimana anak laki – laki seusianya” imbuhnya
“Tante , Arsha kasih saran ya . Daripada menggoda remaja seusiaku lebih baik kau mencari jodoh deh , liat usiamu sekarang sudah hampir menyentuh kepala tiga” imbuhku sambil mengambil segelas air dari dispenser
“Haha! , itu nggak akan terjadi sha . Jaman sekarang susah mencari pria yang bersungguh – sungguh dalam membangun rumah tangga”
“Terserahlah , tapi jangan salahkan ya jika tetangga mulai memanggilmu dengan sebutan tante genit”
Tanteku ini orangnya genit jika bertemu dengan laki – laki muda apalagi dengan anak seusiaku , mungkin hanya itu yang bisa dibanggakan jika dilihat dari kebiasaanya yang hanya duduk diam dirumah dan menonton sinetron kesukaanya . Umurku dan dia hanya berbeda 10 tahun , dia adalah satu – satunya adik perempuan yang dimiliki oleh Ayahku . Semenjak Ibu dan Ayah mulai bekerja di Inggris enam tahun lalu Ayahku menyuruhnya untuk tinggal di rumah bersamaku , mengingat ia ditugaskan kantornya untuk bekerja di kota ini. Daripada ia tinggal dirumah kontrakan lebih baik dia menemaniku dirumah ini mengingat biaya hidup tiap tahun semakin besar dan pekerjaanya tidak menjamin dia untuk mendapatkan kenaikan gaji tiap tahun.
“Jadi , darimana saja? Kenapa pulang maghrib lagi hari ini?” ujarnya sambil menyalakan televisi
“Tadi ketiduran di kelas te untung ada Adel yang membangunkanku” jawabku acuh tak acuh
“Oh ketiduran , kamu nggak mampir ke gazeboo tua itu lagi kan?” tanya nya dengan wajah serius
“Haha enggak lah te , lagian kenapa aku harus kesana?” , “Oh iya te siapa nama anak baru itu?” Ujarku mencoba mengalihkan pembicaraan
“Cie udah puber dia sekarang , berani tanya nama cowok”
“Apa sih te? Orang cuman ingin tau namanya saja”
“Haha , mending ga usah tante beri tahu ya . Biar kamu yang cari tahu sendiri” ujarnya sambil tersenyum menggodaku
“Ya sudahlah , te Arsha ke kamar duluan ya”
“Nggak sholat dulu kamu?”
“Enggak te , lagi dapet” ujarku sambil menutup pintu kamar.
Didalam kamar aku mulai ketakutan mengingat tante yang menyebutkan tentang gazeboo favoritku itu , “apakah tante sudah menyadari kalau aku sering kesana?” ujarku sambil terus memikirkan perkataan tante tadi . “daripada aku pusing memikirkanya , lebih baik aku melanjutkan membaca novelku saja” aku membuka tas dan mulai membaca novel yang tidak jadi aku baca tadi siang karena ketiduran di gazeboo . Malam itu aku lewati dengan membaca Novel dengan ditemani alunan lagu klasik favoritku.
Spoiler for Chapter 2A : Me and My Morning Routine:
Chapter 2 A: Me and My Morning Routine
“Emm... sudah pagi ya”
Aku terbangun seiring dengan suara mesin motor tua tetangga kami yang selalu dinyalakan tepat pukul lima pagi , Pak Burhan tetangga kami memang sering melakukan hal itu dikarenakan motornya akan mogok ditengah jalan jika pada waktu pagi mesinya tidak dipanasi terlebih dahulu . memang agak mengganggu sih , tapi dengan begitu aku bisa bangun pagi tiap harinya dikarenakan ia harus mengantar anaknya kesekolah sekaligus pergi ke toko kecilnya di pasar kota . setelah bangun biasanya aku segera menyisir rambut hitamku yang panjang.
“Arsha , Bangun segera mandi dan sarapan” Suara tanteku dari bawah yang berusaha menerobos suara motor pak Burhan
“Iya te , ini juga mau turun!” sahutku setengah berteriak
Segera aku turun dan menuju kamar mandi yang tepat berada dibawah tangga , setelah mandi aku mengganti baju dan berjalan melewati ruang televisi menuju keruang makan untuk memakan sarapan yang sudah disiapkan tante Nilam , Memang tiap pagi tante Nilam menyiapkan sarapan untuk kami , menu hari ini adalah nasi dengan kuah sop ditemani dengan lauk tempe dan ayam goreng membuat selera makanku naik , sementara itu terlihat tante Nilam duduk di kursi sambil memerlihatkan senyuman tanda bahagia
“tumben hari ini senyum – senyum” ujarku sambil mengambil nasi dari wadahnya
“hehe iya dong , coba tebak kenapa”
“kalau bukan karena gajian ya mungkin karena masalah cowok , iya kan?” ucapku sambil menyendok makanan dari piringku
“hehe , iya nih barusan gaji tante cair” ujarnya singkat sambil terus – terusan menunjukan wajah senangnya yang membuatku ingin muntah saja , pasti setelah ini dia akan meminta ditemani belanja
“Iya , Tante mau ngajak Arsha belanja kapan?”
“Arsha tau aja tante ingin ngajak belanja” ujarnya “Bagaimana kalo siang ini sha?”
“Kan benar” ujarku dalam hati “Gimana kalo sabtu ini aja te ? aku kalau hari hari biasa gini sibuk te disekolah”
“eeeeh? Tapi kan tante mau belanjanya kan sekarang” balasnya dengan wajah manyun yang menurutku sok imut
“Aduh te , ga bisa toh setelah pulang sekolah Arsha kan ada latihan ekstrakulikuler kalau Arsha bolos gak enak sama pelatihnya te” ujarku berbohong “lagian hari sabtu kan biasanya toko langganan tante ngadain diskon weekend tuh”
“Eh! Iya benar juga!” balasnya dengan dihiasi dengan wajah yang sumringah , “Arsha pinter deh kalo udah ngomong tentang diskon” ucapnya setengah merayu – dan setengah memuji
Memang dasar tante – tante! Jika aku harus menyebutkan orang yang cocok untuk masuk olimpiade belanja Internasional maka dia adalah orang pertama yang aku ajukan sebagai perwakilan Indonesia , saat ia mendapatkan gaji maka pada minggu yang sama ia akan langsung membelanjakan uang gajianya tersebut . terkadang aku merasa jengkel juga denganya , apalagi ketika ia membeli barang – barang yang tidak terlalu dibutuhkan ujung – ujungnya hanya akan dijadikan pajangan entah di ruang televisi atau ditaruh di kamarku .
“Oh iya sha”
“Kenapa te?”
“Kamu masih penasaran dengan anak tetangga yang baru pindah itu? Tante dengar katanya dia satu sekolah denganmu. Mungkin dia belum berangkat ke sekolah , kali aja dia mau berangkat bareng denganmu”
“Enggak juga sih” ujarku cuek sambil terus memakan makanan yang ada di piring “Nanti juga akan ketemu di sekolah . Lagian jika ada anak baru pasti seluruh sekolah langsung membicarakanya ”
“Oh tapi tante juga ingin agar dia juga mengenalmu , toh kalian kan tetangga mungkin dengan begitu dia bisa menemanimu saat pulang ataupun pergi kesekolah”
“Ya aku tidak terlalu peduli sih”
“Hei jangan gitu dong , toh kali aja kalian cocok dan malah menjadi pasangan” ujarnya dengan nada mengolok - olok
“BERISIK!” ucapku setengah berteriak yang hanya dibalas oleh suara tertawa tanteku
Setelah makan aku segera mengenakan sepatu dan berangkat menuju ke sekolah , mengingat jarak antara rumahku dan sekolah cukup jauh
“Sha” tante Nilam menghampiriku yang sedang mengikat tali sepatu
“Apalagi te?” jawabku ketus
“Rumah si doi nomor 56 ya , Rumah yang cat hijau”
“BAWEL” ingin rasanya aku menjambak rambutnya yang sepanjang bahu itu
Segera aku keluar dari rumah , masih bisa terdengar dari luar suara tertawa tante yang amat keras . Selain belanja tanteku ini juga hobi dalam mengejeku ketika berbicara masalah cowok , memang aku adalah tipe cewek yang tidak terlalu peduli dengan urusan cinta remaja seperti itu . Aneh mengingat teman – teman seusiaku rata – rata sudah mendapatkan pacar . Tiap pagi aku selalu berjalan dari rumah menuju kompleks dengan berjalan kaki , setelah sampai digerbang luar biasanya aku menunggu angkutan umum yang biasanya berhenti didepan gerbang komplek perumahanku , jika beruntung aku tidak perlu menunggu waktu yang lama untuk menaiki angkutan umum dan melaju ke sekolah . Namun jika memang sedang sial , tidak akan ada angkutan umum yang berhenti didepan kompleks perumahanku yang memang jauh dari pusat kota . Namun sepertinya pagi ini dewi fortuna berpihak padaku , setelah baru sampai didepan gerbang kompleks satu angkutan umum berhenti tepat didepanku . Segera aku tidak menyia – nyiakan kesempatan ini dan langsung naik ke angkutan umum itu karena jika telat sedikit saja mungkin angkutan umum akan dipenuhi oleh lautan manusia yang membuatku sulit bernapas didalamnya. Dan sepertinya dewi fortuna berpihak kepadaku (lagi) hari ini orang yang berada di dalam angkutan umum sedikit sehingga hal ini membuatku dapat bernafas lega didalam angkutan . Mungkin hal ini menjadi nasib bagus bagiku namun tidak bagi si supir karena semenjak tadi aku melihat mukanya masam mendapati penumpangnya yang hanya berjumlah empat orang ini.
Sekitar 20 menit waktu yang dibutuhkan angkutan umum ini untuk pergi dari kompleks perumahanku menuju sekolahku . “SELAMAT DATANG DI SMA HARAPAN” sebuah papan selamat datang terpampang jelas menunjukan bahwa angkutan umum akan segera berhenti menurunkan penumpangnya , segera aku turun dari angkutan umum tua ini dan memberikan ongkos kepada supirnya
“Makasih neng” ujarnya sambil menginjak pedal gas pergi meninggalkanku
Segera setelah angkutan itu hilang dari pandanganku aku segera memasuki gerbang dan berjalan menuju arah kelasku yang kebetulan ada di lantai dua , saat melintasi koridor terlihat di depan ruang guru murid – murid berdesak – desakan seolah ingin menguping pembicaraan yang ada di dalam.
“Seperti biasanya” gumamku dalam hati sambil terus melangkah tidak peduli melihat pemandangan yang tidak asing jika ada murid pindahan yang datang ke sekolah ini. Jujur ini bukanlah satu – satu nya saat dimana pintu ruang guru sesak dipenuhi oleh murid - murid yang kepo tentang murid baru yang gossipnya sudah seminggu beredar dikalangan murid , apalagi jika anak laki – laki yang pindah ke sekolah ini pasti murid – murid perempuan banyak yang penasaran dengan rupanya.
“Gak ikutan juga sha?”
“Eh Adel , enggak ah toh nanti juga bakalan tahu” ucapku sambil menoleh kearah Adelia , teman sebangku ku dikelas
“Arsha mah orangnya gitu ya , bilang kalo ga kepo tapi pada akhirnya kepo juga” nadanya setengah mengejek membuatku kesal lantaran aku sudah diejek yang sama oleh tanteku dirumah tadi
“Emm... sudah pagi ya”
Aku terbangun seiring dengan suara mesin motor tua tetangga kami yang selalu dinyalakan tepat pukul lima pagi , Pak Burhan tetangga kami memang sering melakukan hal itu dikarenakan motornya akan mogok ditengah jalan jika pada waktu pagi mesinya tidak dipanasi terlebih dahulu . memang agak mengganggu sih , tapi dengan begitu aku bisa bangun pagi tiap harinya dikarenakan ia harus mengantar anaknya kesekolah sekaligus pergi ke toko kecilnya di pasar kota . setelah bangun biasanya aku segera menyisir rambut hitamku yang panjang.
“Arsha , Bangun segera mandi dan sarapan” Suara tanteku dari bawah yang berusaha menerobos suara motor pak Burhan
“Iya te , ini juga mau turun!” sahutku setengah berteriak
Segera aku turun dan menuju kamar mandi yang tepat berada dibawah tangga , setelah mandi aku mengganti baju dan berjalan melewati ruang televisi menuju keruang makan untuk memakan sarapan yang sudah disiapkan tante Nilam , Memang tiap pagi tante Nilam menyiapkan sarapan untuk kami , menu hari ini adalah nasi dengan kuah sop ditemani dengan lauk tempe dan ayam goreng membuat selera makanku naik , sementara itu terlihat tante Nilam duduk di kursi sambil memerlihatkan senyuman tanda bahagia
“tumben hari ini senyum – senyum” ujarku sambil mengambil nasi dari wadahnya
“hehe iya dong , coba tebak kenapa”
“kalau bukan karena gajian ya mungkin karena masalah cowok , iya kan?” ucapku sambil menyendok makanan dari piringku
“hehe , iya nih barusan gaji tante cair” ujarnya singkat sambil terus – terusan menunjukan wajah senangnya yang membuatku ingin muntah saja , pasti setelah ini dia akan meminta ditemani belanja
“Iya , Tante mau ngajak Arsha belanja kapan?”
“Arsha tau aja tante ingin ngajak belanja” ujarnya “Bagaimana kalo siang ini sha?”
“Kan benar” ujarku dalam hati “Gimana kalo sabtu ini aja te ? aku kalau hari hari biasa gini sibuk te disekolah”
“eeeeh? Tapi kan tante mau belanjanya kan sekarang” balasnya dengan wajah manyun yang menurutku sok imut
“Aduh te , ga bisa toh setelah pulang sekolah Arsha kan ada latihan ekstrakulikuler kalau Arsha bolos gak enak sama pelatihnya te” ujarku berbohong “lagian hari sabtu kan biasanya toko langganan tante ngadain diskon weekend tuh”
“Eh! Iya benar juga!” balasnya dengan dihiasi dengan wajah yang sumringah , “Arsha pinter deh kalo udah ngomong tentang diskon” ucapnya setengah merayu – dan setengah memuji
Memang dasar tante – tante! Jika aku harus menyebutkan orang yang cocok untuk masuk olimpiade belanja Internasional maka dia adalah orang pertama yang aku ajukan sebagai perwakilan Indonesia , saat ia mendapatkan gaji maka pada minggu yang sama ia akan langsung membelanjakan uang gajianya tersebut . terkadang aku merasa jengkel juga denganya , apalagi ketika ia membeli barang – barang yang tidak terlalu dibutuhkan ujung – ujungnya hanya akan dijadikan pajangan entah di ruang televisi atau ditaruh di kamarku .
“Oh iya sha”
“Kenapa te?”
“Kamu masih penasaran dengan anak tetangga yang baru pindah itu? Tante dengar katanya dia satu sekolah denganmu. Mungkin dia belum berangkat ke sekolah , kali aja dia mau berangkat bareng denganmu”
“Enggak juga sih” ujarku cuek sambil terus memakan makanan yang ada di piring “Nanti juga akan ketemu di sekolah . Lagian jika ada anak baru pasti seluruh sekolah langsung membicarakanya ”
“Oh tapi tante juga ingin agar dia juga mengenalmu , toh kalian kan tetangga mungkin dengan begitu dia bisa menemanimu saat pulang ataupun pergi kesekolah”
“Ya aku tidak terlalu peduli sih”
“Hei jangan gitu dong , toh kali aja kalian cocok dan malah menjadi pasangan” ujarnya dengan nada mengolok - olok
“BERISIK!” ucapku setengah berteriak yang hanya dibalas oleh suara tertawa tanteku
Setelah makan aku segera mengenakan sepatu dan berangkat menuju ke sekolah , mengingat jarak antara rumahku dan sekolah cukup jauh
“Sha” tante Nilam menghampiriku yang sedang mengikat tali sepatu
“Apalagi te?” jawabku ketus
“Rumah si doi nomor 56 ya , Rumah yang cat hijau”
“BAWEL” ingin rasanya aku menjambak rambutnya yang sepanjang bahu itu
Segera aku keluar dari rumah , masih bisa terdengar dari luar suara tertawa tante yang amat keras . Selain belanja tanteku ini juga hobi dalam mengejeku ketika berbicara masalah cowok , memang aku adalah tipe cewek yang tidak terlalu peduli dengan urusan cinta remaja seperti itu . Aneh mengingat teman – teman seusiaku rata – rata sudah mendapatkan pacar . Tiap pagi aku selalu berjalan dari rumah menuju kompleks dengan berjalan kaki , setelah sampai digerbang luar biasanya aku menunggu angkutan umum yang biasanya berhenti didepan gerbang komplek perumahanku , jika beruntung aku tidak perlu menunggu waktu yang lama untuk menaiki angkutan umum dan melaju ke sekolah . Namun jika memang sedang sial , tidak akan ada angkutan umum yang berhenti didepan kompleks perumahanku yang memang jauh dari pusat kota . Namun sepertinya pagi ini dewi fortuna berpihak padaku , setelah baru sampai didepan gerbang kompleks satu angkutan umum berhenti tepat didepanku . Segera aku tidak menyia – nyiakan kesempatan ini dan langsung naik ke angkutan umum itu karena jika telat sedikit saja mungkin angkutan umum akan dipenuhi oleh lautan manusia yang membuatku sulit bernapas didalamnya. Dan sepertinya dewi fortuna berpihak kepadaku (lagi) hari ini orang yang berada di dalam angkutan umum sedikit sehingga hal ini membuatku dapat bernafas lega didalam angkutan . Mungkin hal ini menjadi nasib bagus bagiku namun tidak bagi si supir karena semenjak tadi aku melihat mukanya masam mendapati penumpangnya yang hanya berjumlah empat orang ini.
Sekitar 20 menit waktu yang dibutuhkan angkutan umum ini untuk pergi dari kompleks perumahanku menuju sekolahku . “SELAMAT DATANG DI SMA HARAPAN” sebuah papan selamat datang terpampang jelas menunjukan bahwa angkutan umum akan segera berhenti menurunkan penumpangnya , segera aku turun dari angkutan umum tua ini dan memberikan ongkos kepada supirnya
“Makasih neng” ujarnya sambil menginjak pedal gas pergi meninggalkanku
Segera setelah angkutan itu hilang dari pandanganku aku segera memasuki gerbang dan berjalan menuju arah kelasku yang kebetulan ada di lantai dua , saat melintasi koridor terlihat di depan ruang guru murid – murid berdesak – desakan seolah ingin menguping pembicaraan yang ada di dalam.
“Seperti biasanya” gumamku dalam hati sambil terus melangkah tidak peduli melihat pemandangan yang tidak asing jika ada murid pindahan yang datang ke sekolah ini. Jujur ini bukanlah satu – satu nya saat dimana pintu ruang guru sesak dipenuhi oleh murid - murid yang kepo tentang murid baru yang gossipnya sudah seminggu beredar dikalangan murid , apalagi jika anak laki – laki yang pindah ke sekolah ini pasti murid – murid perempuan banyak yang penasaran dengan rupanya.
“Gak ikutan juga sha?”
“Eh Adel , enggak ah toh nanti juga bakalan tahu” ucapku sambil menoleh kearah Adelia , teman sebangku ku dikelas
“Arsha mah orangnya gitu ya , bilang kalo ga kepo tapi pada akhirnya kepo juga” nadanya setengah mengejek membuatku kesal lantaran aku sudah diejek yang sama oleh tanteku dirumah tadi
penulis dari cerita ini hanyalah seorang mahasiswa yang ingin terjun ke dunia seni merangkai cerita , ini adalah cerita orisinil pertama dari penulis berharap akan kritik yang membangun dan review dari para pembaca sekalian
cerita ini hanyalah fiktif belaka jika terjadi kesamaan nama , karakter , dan kejadian itu hanyalah kebetulan saja
Diubah oleh shy.content 27-10-2016 08:40
anasabila memberi reputasi
1
3.1K
Kutip
20
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
31.6KThread•42.4KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru