- Beranda
- Heart to Heart
Berteman Dengan Benalu?
...
TS
m.lu
Berteman Dengan Benalu?
Quote:
Saya Lukman, umur 26 tahun. Saya mempunyai teman yang terbilang cukup akrab, dia bernama Anton. Kami kenal karena semasa SMA kelas satu menjadi satu kelas, di kelas dua dan tiga kami tak lagi sekelas karena jurusan yang diambil tidak sama, dia ambil IPS dan saya ambil IPA. Di kelas dua dan tiga Anton sering dapat juara umum karena memang tergolong siswa yang pintar dan rajin. Di perkuliahan lagi-lagi kami bersama, Anton kali ini menjadi adik kelas karena istirahat setahun, dan kebetulan kami satu jurusan. Walau Anton menjadi adik kelas saya, namun kenyataan dia lulus lebih dulu karena dia sangat gigih dan ingin segera lulus karena memang kondisi perekonomiannya terbilang pas-pasan dan ingin segera meringankan beban Ayahnya yang menjadi single parent. Maka dari itu, ketika Anton meminta bantuan saya dengan senang hati membantu, termasuk ketika dia ujian TA saya rela menempuh 55km untuk hadir walau saat itu saya tidak ada kegiatan perkuliahan alias libur, karena dia kesulitan bawa buku untuk dibawa pulang jadi saya bantu bawa walaupun saya juga kesulitan dan berat membawanya menggunakan motor sendiri.
Selepas lulus, Anton sering berkunjung kerumah untuk bermain sambil menawarkan kaos atau jaket, karena memang jarak rumah kita hanya 12km an. Anton sedang merintis untuk menjualkan kaos dan jaket merk ternama, saya pun mendorong dan menyemangati nya walau saya enggan diajaknya join karena masih ada tanggung jawab kuliah yang belum selesai, yakni TA. Suatu hari, saya kalut sekali karena TA saya terlalu sering di revisi oleh dosbing sehingga timbul kejenuhan, saya pun main kerumah Anton. Dirumahnya, saya bercerita soal TA, dan dia bercerita soal hp nya yang mulai sangat lemot. Akhirnya, kami sepakat, Anton mengerjakan TA saya, sedang saya akan memberikan hp saya yang waktu itu terbilang speknya gahar kepadanya ketika selesai TA yang dimaksud. Semenjak pertemuan itu, saya mulai merasa seperti dimanfaatkan oleh Anton. Anton yang memiliki hobi berternak kucing sering meminta bantuan sesuatu, seperti menjemputnya dengan menempuh 25an km pada malam hari karena motornya jarang diservis sehingga macet, saya pun ‘nyetep’ motornya sampai rumahnya karena Anton merasa kasihan sama kucing yang baru dia beli. Saya ketika diminta bantuan teman itu merasa ikhlas, karena memang dia teman saya, sebagai manusia pasti harus ‘saling’ membantu. Walau kadang saya berpikir, kenapa Anton minta bantuan kepada saya? Apakah dia tidak punya saudara sanak family dan teman dekat dirumahnya, kenapa harus saya yang jauh dr rumahnya, saya pun mencoba berpikir positif. Lain hari, ketika kucing nya sakit buang air dia kembali meminta bantuan saya untuk mengantarnya ke dokter hewan, saya berpikir, apakah ayahnya, adiknya tidak bisa mengantar (padahal dirumah waktu itu) sehingga dia minta bantuan saya? Saya harus ke timur 12 km untuk menjemputnya dan kembali ke barat 19km lagi untuk ke tempat dokter hewan. Itu belum permintaan bantuan yang seperti ketika saya akan ke kampus, dia ingin ikut sekalian cari kandang, jadi saya harus menjemputnya kerumahnya, dan setelah dari kampus dia minta diantar ke penjual kandang.
Setelah kucingnya sembuh, dia ngasih jaket kepada saya, merk ternama, tapi tidak resmi, warnanya lecek, kebesaran di badan saya, baunya tengik, tapi saya menerimanya supaya Anton tidak sakit hati, walau dalam hati ingin menolak. Saya gak mengharapkan hadiah, cuma mengharapkan bantuan membuat TA. Namun ketika saya meminta bantua soal TA yang telah kita sepakati, dia terus mengingkari walau dia bilang “kita sudah sepakat, jadi kita jalankan rencana kita”. Dia request buku dan pekerjaan saya, saya telah kasihkan dia. Dia janjikan seminggu, dia ingkari, dua minggu, sampai satu bulan dia ingkari. Saya kerumahnya, dan sebaliknya dia kerumah saya pun cuma banyak ngobrol. Tanpa hasil yang jelas. Dia selalu menyalahkan saya, padahal data yang dia minta sudah saya kasihkan. Apakah ini disebut teman? Sampai bertahun-tahun saya menggantungkan diri kepadanya. Padahal, teman dikampus yang jarang komunikasi ketika saya curhat kepadanya dia siap membantu sampai menyiapkan bala bantuan , sedang teman yang sering saya bantu malah tidak ada dan cuma php, ketika saya butuh? . Pada akhirnya saya selesaikan TA saya, sendiri, selama dua minggu, tanpa Anton, dan ketika ujian saya memilih mengajak teman yang ketika saya memerlukan bantuan tidak hitungan, dan siap berkorban. Dan Anton? Saya cap dia sebagai seorang yang tidak mau rugi, berusaha mendapatkan maksimal dari orang lain. Setelah saya lulus, saya menjadi enggan membantu nya ketika dia meminta bantuan lagi, walau begitu, saya mencoba menolak dengan halus, tapi dia terus meminta, di lain hari, lain hari dan saya bantu kembali.
Selepas lulus, Anton sering berkunjung kerumah untuk bermain sambil menawarkan kaos atau jaket, karena memang jarak rumah kita hanya 12km an. Anton sedang merintis untuk menjualkan kaos dan jaket merk ternama, saya pun mendorong dan menyemangati nya walau saya enggan diajaknya join karena masih ada tanggung jawab kuliah yang belum selesai, yakni TA. Suatu hari, saya kalut sekali karena TA saya terlalu sering di revisi oleh dosbing sehingga timbul kejenuhan, saya pun main kerumah Anton. Dirumahnya, saya bercerita soal TA, dan dia bercerita soal hp nya yang mulai sangat lemot. Akhirnya, kami sepakat, Anton mengerjakan TA saya, sedang saya akan memberikan hp saya yang waktu itu terbilang speknya gahar kepadanya ketika selesai TA yang dimaksud. Semenjak pertemuan itu, saya mulai merasa seperti dimanfaatkan oleh Anton. Anton yang memiliki hobi berternak kucing sering meminta bantuan sesuatu, seperti menjemputnya dengan menempuh 25an km pada malam hari karena motornya jarang diservis sehingga macet, saya pun ‘nyetep’ motornya sampai rumahnya karena Anton merasa kasihan sama kucing yang baru dia beli. Saya ketika diminta bantuan teman itu merasa ikhlas, karena memang dia teman saya, sebagai manusia pasti harus ‘saling’ membantu. Walau kadang saya berpikir, kenapa Anton minta bantuan kepada saya? Apakah dia tidak punya saudara sanak family dan teman dekat dirumahnya, kenapa harus saya yang jauh dr rumahnya, saya pun mencoba berpikir positif. Lain hari, ketika kucing nya sakit buang air dia kembali meminta bantuan saya untuk mengantarnya ke dokter hewan, saya berpikir, apakah ayahnya, adiknya tidak bisa mengantar (padahal dirumah waktu itu) sehingga dia minta bantuan saya? Saya harus ke timur 12 km untuk menjemputnya dan kembali ke barat 19km lagi untuk ke tempat dokter hewan. Itu belum permintaan bantuan yang seperti ketika saya akan ke kampus, dia ingin ikut sekalian cari kandang, jadi saya harus menjemputnya kerumahnya, dan setelah dari kampus dia minta diantar ke penjual kandang.
Setelah kucingnya sembuh, dia ngasih jaket kepada saya, merk ternama, tapi tidak resmi, warnanya lecek, kebesaran di badan saya, baunya tengik, tapi saya menerimanya supaya Anton tidak sakit hati, walau dalam hati ingin menolak. Saya gak mengharapkan hadiah, cuma mengharapkan bantuan membuat TA. Namun ketika saya meminta bantua soal TA yang telah kita sepakati, dia terus mengingkari walau dia bilang “kita sudah sepakat, jadi kita jalankan rencana kita”. Dia request buku dan pekerjaan saya, saya telah kasihkan dia. Dia janjikan seminggu, dia ingkari, dua minggu, sampai satu bulan dia ingkari. Saya kerumahnya, dan sebaliknya dia kerumah saya pun cuma banyak ngobrol. Tanpa hasil yang jelas. Dia selalu menyalahkan saya, padahal data yang dia minta sudah saya kasihkan. Apakah ini disebut teman? Sampai bertahun-tahun saya menggantungkan diri kepadanya. Padahal, teman dikampus yang jarang komunikasi ketika saya curhat kepadanya dia siap membantu sampai menyiapkan bala bantuan , sedang teman yang sering saya bantu malah tidak ada dan cuma php, ketika saya butuh? . Pada akhirnya saya selesaikan TA saya, sendiri, selama dua minggu, tanpa Anton, dan ketika ujian saya memilih mengajak teman yang ketika saya memerlukan bantuan tidak hitungan, dan siap berkorban. Dan Anton? Saya cap dia sebagai seorang yang tidak mau rugi, berusaha mendapatkan maksimal dari orang lain. Setelah saya lulus, saya menjadi enggan membantu nya ketika dia meminta bantuan lagi, walau begitu, saya mencoba menolak dengan halus, tapi dia terus meminta, di lain hari, lain hari dan saya bantu kembali.
Saya mengharapkan komentar, saran, kritik dari agan-agan, agar saya menjadi pribadi yang tepat, tidak gampang dimanfaatkan orang lain.
Diubah oleh m.lu 14-10-2016 05:12
0
2.8K
Kutip
23
Balasan
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Heart to Heart
21.9KThread•28.1KAnggota
Urutkan
Terlama
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru