- Beranda
- The Lounge
Ngo Dinh Diem, Presiden Vietnam Yang Mendiskriminasi Kaum Buddha
...
TS
juventusmaling
Ngo Dinh Diem, Presiden Vietnam Yang Mendiskriminasi Kaum Buddha
Quote:
Nama: Ngo Dinh Diem
Partai Politik: Can Lao
Agama: Katolik Roma (Sebelumnya Buddha)
Quote:
Ngo Dinh Diem yang menganut agama Katolik kerap melakukan tindak diskriminatif, penyiksaan dan pembunuhan terhadap umat Buddha dalam kerangka kebijakan meng-Katolik-kan Vietnam.
Padahal Vietnam adalah negara dimana mayoritas penduduknya memeluk agama Buddha. Lebih dari 80% penduduknya merupakan penganut agama Buddha.
Pada masa itu umat Buddha dibatasi kebebasannya dalam menyelenggarakan kegiatan ibadah, tidak sebebas penganut agama Katolik. Unjuk rasa yang dilakukan oleh umat Buddha senantiasa ditindak dengan kekerasan oleh pasukan paramiliter.
Di instansi pemerintah, khususnya militer, promosi diutamakan bagi penganut agama Katolik atau penganut Buddha yang rela berpindah agama menjadi Katolik. Para penganut agama Buddha pun kerap dituduh dan dicap sebagai antek-antek komunis, tidak nasionalis dan berniat menumbangkan pemerintahan.
pada bulan Agustus 1963 Ngo Dinh Diem memerintahkan pasukan paramiliter menyerbu Pagoda Xa Loi yang terletak di Kota Saigon. Seluruh isi pagoda dirusak dan dihancurkan, biksu-biksu dipukuli dan disiksa. Serangan serupa secara simultan dilakukan di seluruh penjuru negeri. Lebih kurang 1400 orang biksu ditangkap.
Umat Buddha yang datang untuk memberikan dukungan kepada biksu-biksu disambut dengan penumpasan kejam. Puluhan umat Buddha tewas dan ratusan lainnya terluka.
Naik ke tampak kekuasaan
Diệm lahir pada 1901 di Quảng Bình, sebuah provinsi tengah Vietnam. Keluarganya berasal dari distrik Phú Cam, yang awalnya merupakan sebuah distrik Katolik di kota Huế. Klannya merupakan salah satu dari orang-orang yang berpindah ke agama Katolik terawal di Vietnam pada abad ke-17. Diệm diberi nama santo pada saat lahir, Gioan Baotixita (sebuah bentuk yang di-Vietnamisasi-kan dari Jean Baptiste), mengikuti kebiasaan Gereja Katolik. Keluarga Ngô-Đình, bersama dengan umat Katolik Vietnam lainnya, selamat dari penganiayaan anti-Katolik dari Kaisar Minh Mạng dan Tự Đức. Pada 1880, ketika ayah Diệm, Ngô Đình Khả (1850-1925), belajar di Malaya, sebuah kerusuhan anti-Katolik yang dipimpin oleh para biksu Buddha hampir membersihkan seluruh keluarga Ngô-Đình. Lebih dari seratus klan Ngô dikubur hidup-hidup di sebuah gereja termasuk orangtua, saudara dan saudari Khả.
Keluarga Ngô adalah pemeluk Katolik. Ia adalah salah satu pejabat dengan peringkat tertinggi dari Dinasti Nguyễn di bawah Kaisar Bảo Đại sebelum Perang Dunia II tetapi mengundurkan diri setelah ia menuduh Kaisar sebagai "alat" Perancis. Diệm adalah seorang yang nasionalistik, pemeluk Katolik yang taat, seorang anti-Komunis dan menganut filsafat keagamaan personalisme; abangnya, Ngô Đình Thuc, adalah uskup agung di Huế.
Pada 1945 ia dipenjarakan dan diasingkan ke Tiongkok setelah terjadinya konflik dengan kekuatan Komunis anti-Perancis yang semakin berkuasa di Vietnam. Setelah dilepaskan, ia menolak untuk bergabung dalam pemerintahan pasca-perang yang berumur pendek, di bawah pimpinan Hồ Chí Minh dan mengasingkan dirinya ke Amerika Serikat. Ia kembali ketika diangkat menjadi Perdana Menteri Vietnam Selatan oleh Kepala Negara (bekas kaisar) Bảo Đại pada 1954, setelah Perancis dikalahkan di Dien Bien Phu dan siap untuk menarik diri dari Indochina. Banyak orang Amerika dan Eropa yang menaruh sedikit harapan untuk masa depan Vietnam Selatan di bawah kepemimpinan Diem. Seorang pejabat Amerika Serikat menggambarkan bahwa pemerintahan Diệm dipersatukan dengan "pita Scotch, sedikit tali dan dempul." Pada saat yang sama, pemerintah AS berusaha membangkitkan kesadaran masyarakat di Amerika Serikat tentang 'penderitaan' Vietnam Selatan' dan pemimpinnya 'yang mengalami tekanan' - Diệm.
Ketika referendum diadakan pada 22 Oktober 1955, tentang apakah Vietnam Selatan harus dijadikan republik, pasukan-pasukan Diệm mengawal tempat-tempat pemungutan suara dan mereka yang berusaha memberikan suara untuk Kaisar diserang. Para pengamat mengatakan bahwa kecurangan yang terjadi sangat jelas. Di Saigon, misalnya, Diệm mengklaim bahwa terdapat pemilih terdaftar di seluruh wilayah itu. (Bekas Kaisar) Kepala negara Bảo Đại dipaksa untuk mengundurkan diri ketimbang membagi negara itu lebih jauh dan menerbitkan sebuah permohonan terakhir yaitu agar negara itu bersatu di bawah suatu pemerintahan yang demokratis. Semua ini membuat para penasihat Amerika Diệm merasa frustrasi, karena tak seorangpun percaya bahwa bekas kaisar yang telah lama absen dapat menjadi ancaman dari vilanya di Perancis.
Pemerintahan
Pemerintahan Diệm bersifat otoriter dan nepotistik. Pejabat yang paling dipercayainya adalah adiknya, Ngô Đình Nhu, pemimpin partai politik pro-Diệm yang paling utama. Ngô Đình Cẩn, abangnya, diberinya tanggung jawab atas bekas Kota Kerajaan Huế. Saudara lelakinya yang lain, Ngô Đình Luyện, ditunjuk sebagai Duta Besar di Britania Raya dan juga diberinya tanggung jawab atas suku Cham Cham yang minoritas di Dataran Tengah Vietnam.
Madame Ngo Dinh Nhu, istri abangnya Nhu, adalah Ibu Negara Vietnam Selatan. Ia memimpin program-program Diệm untuk memperbarui masyarakat Saigon sesuai dengan nilai-nilai Katolik mereka. Bordil-bordil dan tempat-tempat mengisap opium ditutup, perceraian dan aborsi dijadikan ilegal, dan undang-undang perzinahan diperkuat. Diệm juga memenangi sebuah perang jalanan melawan pasukan-pasukan gangster Le Van Vien, penguasa terkenal dari bordil-bordil Cholon dan tempat-tempat perjudian yang sebelumnya menikmati perlindungan khusus di bawah Perancis dan Bảo Đại. Diệm juga sangat anti-komunis. Penyiksaan dan pembunuhan terhadap orang-orang yang dicurigai komunis dilakukan setiap hari.
Sebagai bagian dari minoritas Katolik Vietnam, usaha Diệm untuk mengembangkan kebijakan pro-Katolik membangkitkan amarah orang-orang Buddhis Vietnam. Polisi negara seringkali dituduh menyerang orang-orang Buddhis (agama mayoritas negara itu). Para aktivis Buddhis melakukan protes-protes massal dan bahkan penyiksaan diri yang berpuncak dalam beberapa upaya kudeta, dan yang terakhir mengakibatkan kematian Diệm sendiri.
Sumber:
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ngô_Đình_Diệm
http://www.biography.com/people/ngo-dinh-diem-39809
Padahal Vietnam adalah negara dimana mayoritas penduduknya memeluk agama Buddha. Lebih dari 80% penduduknya merupakan penganut agama Buddha.
Pada masa itu umat Buddha dibatasi kebebasannya dalam menyelenggarakan kegiatan ibadah, tidak sebebas penganut agama Katolik. Unjuk rasa yang dilakukan oleh umat Buddha senantiasa ditindak dengan kekerasan oleh pasukan paramiliter.
Di instansi pemerintah, khususnya militer, promosi diutamakan bagi penganut agama Katolik atau penganut Buddha yang rela berpindah agama menjadi Katolik. Para penganut agama Buddha pun kerap dituduh dan dicap sebagai antek-antek komunis, tidak nasionalis dan berniat menumbangkan pemerintahan.
pada bulan Agustus 1963 Ngo Dinh Diem memerintahkan pasukan paramiliter menyerbu Pagoda Xa Loi yang terletak di Kota Saigon. Seluruh isi pagoda dirusak dan dihancurkan, biksu-biksu dipukuli dan disiksa. Serangan serupa secara simultan dilakukan di seluruh penjuru negeri. Lebih kurang 1400 orang biksu ditangkap.
Umat Buddha yang datang untuk memberikan dukungan kepada biksu-biksu disambut dengan penumpasan kejam. Puluhan umat Buddha tewas dan ratusan lainnya terluka.
Naik ke tampak kekuasaan
Diệm lahir pada 1901 di Quảng Bình, sebuah provinsi tengah Vietnam. Keluarganya berasal dari distrik Phú Cam, yang awalnya merupakan sebuah distrik Katolik di kota Huế. Klannya merupakan salah satu dari orang-orang yang berpindah ke agama Katolik terawal di Vietnam pada abad ke-17. Diệm diberi nama santo pada saat lahir, Gioan Baotixita (sebuah bentuk yang di-Vietnamisasi-kan dari Jean Baptiste), mengikuti kebiasaan Gereja Katolik. Keluarga Ngô-Đình, bersama dengan umat Katolik Vietnam lainnya, selamat dari penganiayaan anti-Katolik dari Kaisar Minh Mạng dan Tự Đức. Pada 1880, ketika ayah Diệm, Ngô Đình Khả (1850-1925), belajar di Malaya, sebuah kerusuhan anti-Katolik yang dipimpin oleh para biksu Buddha hampir membersihkan seluruh keluarga Ngô-Đình. Lebih dari seratus klan Ngô dikubur hidup-hidup di sebuah gereja termasuk orangtua, saudara dan saudari Khả.
Keluarga Ngô adalah pemeluk Katolik. Ia adalah salah satu pejabat dengan peringkat tertinggi dari Dinasti Nguyễn di bawah Kaisar Bảo Đại sebelum Perang Dunia II tetapi mengundurkan diri setelah ia menuduh Kaisar sebagai "alat" Perancis. Diệm adalah seorang yang nasionalistik, pemeluk Katolik yang taat, seorang anti-Komunis dan menganut filsafat keagamaan personalisme; abangnya, Ngô Đình Thuc, adalah uskup agung di Huế.
Pada 1945 ia dipenjarakan dan diasingkan ke Tiongkok setelah terjadinya konflik dengan kekuatan Komunis anti-Perancis yang semakin berkuasa di Vietnam. Setelah dilepaskan, ia menolak untuk bergabung dalam pemerintahan pasca-perang yang berumur pendek, di bawah pimpinan Hồ Chí Minh dan mengasingkan dirinya ke Amerika Serikat. Ia kembali ketika diangkat menjadi Perdana Menteri Vietnam Selatan oleh Kepala Negara (bekas kaisar) Bảo Đại pada 1954, setelah Perancis dikalahkan di Dien Bien Phu dan siap untuk menarik diri dari Indochina. Banyak orang Amerika dan Eropa yang menaruh sedikit harapan untuk masa depan Vietnam Selatan di bawah kepemimpinan Diem. Seorang pejabat Amerika Serikat menggambarkan bahwa pemerintahan Diệm dipersatukan dengan "pita Scotch, sedikit tali dan dempul." Pada saat yang sama, pemerintah AS berusaha membangkitkan kesadaran masyarakat di Amerika Serikat tentang 'penderitaan' Vietnam Selatan' dan pemimpinnya 'yang mengalami tekanan' - Diệm.
Ketika referendum diadakan pada 22 Oktober 1955, tentang apakah Vietnam Selatan harus dijadikan republik, pasukan-pasukan Diệm mengawal tempat-tempat pemungutan suara dan mereka yang berusaha memberikan suara untuk Kaisar diserang. Para pengamat mengatakan bahwa kecurangan yang terjadi sangat jelas. Di Saigon, misalnya, Diệm mengklaim bahwa terdapat pemilih terdaftar di seluruh wilayah itu. (Bekas Kaisar) Kepala negara Bảo Đại dipaksa untuk mengundurkan diri ketimbang membagi negara itu lebih jauh dan menerbitkan sebuah permohonan terakhir yaitu agar negara itu bersatu di bawah suatu pemerintahan yang demokratis. Semua ini membuat para penasihat Amerika Diệm merasa frustrasi, karena tak seorangpun percaya bahwa bekas kaisar yang telah lama absen dapat menjadi ancaman dari vilanya di Perancis.
Pemerintahan
Pemerintahan Diệm bersifat otoriter dan nepotistik. Pejabat yang paling dipercayainya adalah adiknya, Ngô Đình Nhu, pemimpin partai politik pro-Diệm yang paling utama. Ngô Đình Cẩn, abangnya, diberinya tanggung jawab atas bekas Kota Kerajaan Huế. Saudara lelakinya yang lain, Ngô Đình Luyện, ditunjuk sebagai Duta Besar di Britania Raya dan juga diberinya tanggung jawab atas suku Cham Cham yang minoritas di Dataran Tengah Vietnam.
Madame Ngo Dinh Nhu, istri abangnya Nhu, adalah Ibu Negara Vietnam Selatan. Ia memimpin program-program Diệm untuk memperbarui masyarakat Saigon sesuai dengan nilai-nilai Katolik mereka. Bordil-bordil dan tempat-tempat mengisap opium ditutup, perceraian dan aborsi dijadikan ilegal, dan undang-undang perzinahan diperkuat. Diệm juga memenangi sebuah perang jalanan melawan pasukan-pasukan gangster Le Van Vien, penguasa terkenal dari bordil-bordil Cholon dan tempat-tempat perjudian yang sebelumnya menikmati perlindungan khusus di bawah Perancis dan Bảo Đại. Diệm juga sangat anti-komunis. Penyiksaan dan pembunuhan terhadap orang-orang yang dicurigai komunis dilakukan setiap hari.
Sebagai bagian dari minoritas Katolik Vietnam, usaha Diệm untuk mengembangkan kebijakan pro-Katolik membangkitkan amarah orang-orang Buddhis Vietnam. Polisi negara seringkali dituduh menyerang orang-orang Buddhis (agama mayoritas negara itu). Para aktivis Buddhis melakukan protes-protes massal dan bahkan penyiksaan diri yang berpuncak dalam beberapa upaya kudeta, dan yang terakhir mengakibatkan kematian Diệm sendiri.
Sumber:
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ngô_Đình_Diệm
http://www.biography.com/people/ngo-dinh-diem-39809
Ini salah satu presiden favorit ane nih gan, kata paman ane yg pernah ke vietnam tahun 70an, dia ini dikenal sbg presiden yang sangat tegas dan berwibawa.
Diubah oleh juventusmaling 14-10-2016 01:25
0
14.1K
Kutip
79
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
924.4KThread•88.1KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya