JAKARTA - Kuasa hukum pengunggah video Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), Si Buni Yani (SBY), Aldwin Rahadian mengatakan, bahwa kliennya mendapatkan teror melalui sambungan telepon selama tiga hari berturut usai mencuatnya dugaan penistaan agama tersebut.

"Jadi klien saya sejak tanggal 7 Oktober kemarin, mendapatkan ancaman berupa telepon, beliau mengunakan telepon kantor," kata Aldwin kepada Okezone, Selasa (11/10/2016).

Menurut Aldwin, dalam percakapan sambungan telepon itu, seorang pria dengan nada mengancam menyatakan, dalam waktu dekat rumah Buni akan didatangi oleh ratusan massa. Pasalnya, Buni dianggap telah memprovokasi atas penyebaran video Ahok itu.

"Jadi dalam sambungan telepon itu, seorang pria yang mengatas namakan apa gitu, akan ada ratusan orang menyerbu rumahnya," ujar dia.

Tak hanya itu, Buni juga diteror mengenai pekerjaannya sebagai seorang dosen. Bahkan, atas terornya tersebut Buni memutuskan untuk berhenti menjadi dosen lantaran ancaman yang dirinya terima bakal menyasar ke institusi tempatnya mengajar.

Sebelum diteror, Buni Yani telah dilaporkan ke polisi oleh Komunitas Advokat Pendukung Ahok-Djarot (Kotak Adja) lantaran dianggap memotong dan memelintir video Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang diunggahnya ke media sosial.

Namun, Buni tak tinggal diam. Dia melaporkan balik Guntur Romli dan Muannas Alaidid, yang merupakan bagian dari Kotak Adja atas tudingan memelintir video Ahok ketika melakukan kunjungan ke Kepulauan Seribu. Dalam video itu Ahok dinilai melakukan penistaan agama terkait surat Al Maidah ayat 51.

Menurut Aldwin, Buni hanya ingin mengkritisi pernyataan dari petahana yang dianggap telah mencuri waktu kampanye di Pilgub DKI Jakarta 2017.


http://news.okezone.com/read/2016/10...-ratusan-orang

Brutal...