Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

BeritagarIDAvatar border
TS
MOD
BeritagarID
Sentimen negatif yang membuat survei Ahok kian anjlok

Pasangan Bakal Calon Gubernur dan Wagub DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat bersama Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri saat pendaftaran Cagub-Cawagub DKI Jakarta 2017 di Kantor KPUD DKI Jakarta, Jakarta, Rabu (21/9/2016).
Sejumlah lembaga survei menyatakan tingkat keterpilihan pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama-Dharot Saiful Hidayat semakin menurun. Sejumlah sentimen negatif menyebabkan tren penurunan elektabilitas pasangan calon petahana. Pilkada yang akan berlangsung Februari 2017 itu pun diperkirakan akan melaju dengan dua putaran.

Tren menurunnya tingkat keterpilihan Ahok itu terlihat dari hasil sigi lembaga PolMark Indonesia yang dirilis, Rabu 5 Oktober 2016. PolMark telah menggelar tiga kali survei pada Februari, Juli dan Oktober 2016.

Hasil survei memperlihatkan elektabilitas Ahok mengalami penurunan sebesar 10,8 persen dalam rentang waktu Juli hingga Oktober ini. Dalam survei PRC PolMark Indonesia bulan Juli 2016 Ahok memiliki elektabilitas sebesar 42,7 persen dan turun menjadi 31,9 persen pada Oktober 2016 ini.

Berdasarkan hasil survei Oktober 2016, pasangan calon Ahok-Djarot memiliki elektabilitas 31,9 persen diikuti oleh Anies Rasyid Baswedan - Sandiaga Salahuddin Uno 23,2 persen dan Agus Harimurti Yudhoyono - Sylviana Murni dengan elektabilitas 16,7 persen. Masyarakat Jakarta yang belum menentukan pilihan sebesar 28,2 persen.

PRC PolMark Indonesia melakukan wawancara tatap muka pada 28 September - 4 Oktober 2016 lalu terhadap 1.190 responden, yaitu warga Jakarta yang memiliki hak pilih. Responden terdistribusi secara proporsional di setiap Kota di DKI Jakarta.

Eep menambahkan, secara umum masyarakat DKI Jakarta menilai Ahok-Djarot berhasil dalam penyediaan transportasi umum yang memadai, pembersihan sungai-sungai di Jakarta, perbaikan fasilitas angkutan dan jalan raya, dan perbaikan kinerja birokrasi.

Sentimen negatif muncul ketika masyarakat menganggap Ahok-Djarot gagal dalam penanggulangan banjir, penanggulangan kemacetan, penertiban "pemukiman liar", dan penertiban pedagang kaki lima (PKL). "Saya pribadi menduga bahwa Pilkada Jakarta berpotensi besar berlangsung dalam dua putaran," kata Eep.

Pilkada dua putaran itu juga menjadi kesimpulan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang merilis sigi bertajuk Ahok Potensial Kalah? Agus Harimurti Yudhoyono Kuda Hitam? Lembaga ini pun menemukan tren penurunan elektabilitas Ahok berdasarkan survei Maret, Juli dan Oktober.

Dalam survei LSI Maret 2016, Ahok merupakan kandidat perkasa dengan elektabilitas 59,3 persen. Saat itu elektabilitas Ahok sendirian tetap lebih besar dibandingkan 10 calon gubernur yang lain yang digabung menjadi satu, seperti Yusril Ihza Mahendra, Tri Rismaharini, Sandiaga Uno, dan lain-lain yang hanya mencapai 26,3 persen.

Survei LSI digelar pada 28 September-2 Oktober 2016 dengan mewawancarai secara tatap muka 440 responden di Jakarta. Hasilnya, tingkat keterpilihan Ahok secara perorangan tinggal 31,1 persen, meskipun tetap berada di urutan teratas setelah Agus Harimurti Yudhoyono 22,3 persen dan Anies Baswedan 20,2 persen.

Ketika berpasangan, Ahok-Djarot unggul tipis 31,4 persen dibandingkan Anies-Sandiaga 21,1 persen dan Agus-Sylviana 19,3 persen. Prosentase itu masih berpeluang berubah karena ada pemilih yang belum memutuskan sebanyak 28,2 persen.

Peneliti LSI Adjie Alfaraby, dalam rilis tertulisnya, menyebutkan pilkada DKI 2017 bakal berlangsung dua putaran kalau tidak ada perubahan radikal. Beradasarkan hasil survei, Adjie memperkirakan tak ada pasangan calon yang unggul mutlak di atas 50 persen.

"Siapapun bisa tersingkir di putaran pertama. Jika tren terus menurun, Ahok pun bisa tersingkir di putaran pertama," ujar Adjie.

LSI mencatat beberapa musabab tren penurunan elektabilitas Ahok. Pertama mengenai isu kebijakan publik seperti kebijakan penggusuran beberapa wilayah seperti Kampung Pulo, Kalijodo, Pasar Ikan, dan Kampung Luar Batang, serta kebijakan reklamasi teluk.

Kebijakan penggusuran dan reklamasi menuai pro dan kontra. Namun, Adjie menambahkan kebijakan itu membuat Ahok tak populer di kalangan wong cilik, yang acapkali menjadi korban. Aneka gerakan civil society di bidang terkait ikut membesarkan sentimen anti Ahok.

Faktor lainnya yang mempengaruhi penurunan elektabilitas adalah karakter Ahok yang dianggap kasar dan suka memaki, isu primordial, serta tampilnya kompetitor yang dianggap segar. "Ahok masih bisa menang jika membuat gebrakan baru. Jika tidak, tren menunjukkan Ahok tak sekuat dulu dan bisa dikalahkan."



Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...ok-kian-anjlok

---

Baca juga dari kategori BERITA :

- Jessica digoda atau tergoda oleh trik penyidikan?

- Sadisnya Dimas Kanjeng menghabisi bekas muridnya

- Istri polisi tega membunuh dan memutilasi anak kandungnya

anasabila
anasabila memberi reputasi
1
15K
14
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Beritagar.id
Beritagar.idKASKUS Official
13.4KThread733Anggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.