Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

BeritagarIDAvatar border
TS
MOD
BeritagarID
Nobel Fisika dan keseimbangan gender
Nobel Fisika dan keseimbangan gender
Sebuah proyektor menampilkan foto ketiga pemenang Nobel Fisika tahun 2016, yakni David Thouless, Duncan Haldane, dan Michael Kosterlitz.
Pemenang penghargaan Nobel Fisika 2016 sudah diumumkan di Stockholm, Swedia, pada Selasa (4/10/2016). Tiga ahli fisika yang lahir di Inggris, yakni David Thouless, Duncan Haldane, dan Michael Kosterlitz, berbagi penghargaan.

Yang menarik dari pengumuman pemenang tersebut adalah reaksi yang datang dari beberapa ilmuwan, terutama perempuan ahli astrofisika teoretis Katherine Mack.

Melalui akun Twitter-nya, @AstroKatie, Dr. Mack menunjukkan ketimpangan gender dalam daftar penerima Nobel Fisika sejak pertama diberikan pada 1901.
Altogether, 200 people have won Nobel Prizes in Physics since the prize began in 1901. Two of them were women. One guy won it twice. [URL="https://S E N S O R8pQ8gvaMMY"]https://S E N S O R8pQ8gvaMMY[/URL]
— Katie Mack (@AstroKatie) October 4, 2016 Marie Curie also won the Nobel Prize twice but her second one was in Chemistry.
— Katie Mack (@AstroKatie) October 4, 2016 Even in 1960s, last time a woman was awarded a Nobel Prize in Physics, fraction of women getting physics PhDs was above 1%. About 20% now.
— Katie Mack (@AstroKatie) October 4, 2016
Sejak penghargaan ini mulai diberikan pada tahun 1901, dalam daftar 204 penerima Nobel Fisika --sendiri maupun tim yang terdiri dari dua hingga maksimal tiga orang-- baru ada dua perempuan, yakni Marie Curie (1903) dan Maria Goeppert Mayer (1963).

Penghargaan ini --hingga pengumuman pemenang Nobel Fisika 2016-- telah 49 kali diberikan kepada perempuan, termasuk dua kali kepada Curie, masing-masing di bidang fisika (1903) dan kimia (1911).
Nobel Fisika dan keseimbangan gender
Jumlah perempuan pemenang Nobel dari masa ke masa.
Memang dari enam kategori Nobel, perbandingan jumlah tersebut bukan yang paling sedikit karena baru 1 perempuan, Elinor Ostrom (2009), yang pernah menerima Nobel Ekonomi. Akan tetapi Nobel Ekonomi, yang bernama resmi Penghargaan Sveriges Riksbank dalam bidang Ekonomi untuk Mengenang Alfred Nobel, baru diberikan mulai 1969.

Padahal, menurut Dr. Mack, ketika Goeppert Mayer menerima Nobel, jumlah perempuan yang memiliki gelar PhD fisika hanya 1 persen dari total penyandang gelar keilmuan tersebut, sementara saat ini sudah mencapai sekitar 20 persen.

Ketimpangan ini juga bukan karena kurangnya jumlah perempuan peneliti di bidang fisika yang berhasil menemukan sesuatu yang bisa mengubah dunia, seperti salah satu syarat untuk bisa menerima Nobel.

Washington Post (4/10), menyebut nama Vera Rubin, ahli astronomi dari Amerika Serikat, sebagai salah satu kandidat yang bahkan mestinya sudah mengukir namanya dalam daftar penerima Nobel.

Pada era 1970-an, Rubin dan koleganya Kent Ford memberikan bukti nyata pertama tentang keberadaan materi gelap (dark matter) --materi yang tak terlihat, tak diketahui, barang misterius yang justru mengisi lebih dari seperempat alam semesta.

Perkembangan pemahaman manusia terhadap alam semesta di mana mereka tinggal menjadi semakin luas berkat penemuan Rubin dan Ford tersebut. Tetapi hingga saat ini para pemilih di Komite Nobel belum melirik mereka.

Emily Levesque, seorang ahli astronomi di University of Washington, adalah ilmuwan yang paling keras menyuarakan kelayakan Rubin untuk mendapatkan Nobel.

"Eksistensi materi gelap jelas telah merevolusi konsep kita tentang alam semesta dan bidang kita secara keseluruhan. Upaya yang terus dilakukan untuk memahami peran materi gelap pada dasarnya telah menyebar ke subbidang lainnya di dalam astrofisika dan fisika partikel saat ini," kata Rubin kepada Astronomy.com.

"Wasiat Alfred Nobel mendeskripsikan penghargaan fisika sebagai sebuah pengakuan terhadap 'penemuan yang paling penting' di dalam ranah fisika. Jika materi gelap tidak memenuhi deskripsi tersebut, saya tidak tahu lagi apa yang bisa."

Menurut situs Washington Post (4/10), Rubin, yang kini berusia 88 tahun, telah menjadi salah satu favorit dalam beberapa tahun terakhir. Tetapi ia berurutan dikalahkan blue light-emitting diodes pada 2014, neutrino pada 2015, dan kini dari studi tentang materi eksotik.

Mengingat usia Rubin dan peraturan Nobel yang menyatakan tidak bisa memberikan hadiah kepada orang yang sudah meninggal (posthumous), kemungkinan wanita asal Philadelphia ini untuk menang semakin kecil.

"Kemahsyuran itu hanya sekejap," kata Rubin dalam wawancara dengan majalah Discover pada 1990 (h/t APS Physics). "Bagi saya, data (hasil penelitian) saya lebih berarti daripada nama saya. Jika para ahli astronomi masih menggunakan data saya selama beberapa tahun ke depan, itulah pencapaian terbesar saya."

Selain Rubin, laman Slate dan i News, yang juga menyuarakan keprihatinan akan ketimpangan gender dalam daftar pemenang Nobel Fisika, menyusun daftar siapa saja perempuan ilmuwan yang hasil penelitiannya layak untuk dianugerahi Nobel.
Nobel Fisika dan keseimbangan gender


Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...mbangan-gender

---

Baca juga dari kategori BERITA :

- Nobel Fisika dan keseimbangan gender Jessica digoda atau tergoda oleh trik penyidikan?

- Nobel Fisika dan keseimbangan gender Sadisnya Dimas Kanjeng menghabisi bekas muridnya

- Nobel Fisika dan keseimbangan gender Istri polisi tega membunuh dan memutilasi anak kandungnya

anasabila
anasabila memberi reputasi
1
1.9K
1
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Beritagar.id
Beritagar.idKASKUS Official
13.4KThread739Anggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.